PENDIDIKAN ANAK

Mungkin sebagian kita pernah berpikiran,
Anakku, aku sekolahkan di tempat yang favorite agar menjadi anak yang pandai dan kelak hidupnya bahagia dan berhasil menjadi ini dan itu, dan seterusnya... dan seterusnya. Pendek kata biar hidupnya mapan dan berhasil menjadi orang yang kaya.” 
 
Hal ini adalah sesuatu yang sangat wajar sekali, siapa sih.... yang tidak menginginkan anaknya menjadi yang demikian. Tapi lupakah kita, bahwa anak yang kita miliki adalah merupakan amanah titipan Allah SWT.
Dan amanah itu akan di tagih pertanggung jawabannya di hadapan Allah SWT. Apakah kita sudah mulai memikirkan & menyiapkan pertanggung jawabannya?
                                                                                                                                                                                                                                   Hal utama adalah mengenalkan anak kita terhadap kebesaran Allah SWT, dan secara terus menerus di setiap langkahnya di bimbing untuk beriman secara benar dengan acuan perilaku mulia Nabi Muhammad shalallahu`alaihiwasallam.
Bukannya tidak setuju dengan sistem belajar modern, tapi sebagai seorang muslim, sudah sepatutnya kita mengutamakan pendidikan agama Islam sebagai dasar keberhasilan hidup. Karena banyak sekali terdengar bahwa seolah-olah pendidikan lulusan dengan dasar agama akan kesulitan mencari kerja dan bermasa depan kurang cerah dibandingkan dengan yg berpendidikan umum. Pendidikan umum juga sangat penting utk kemajuan ilmu dan teknologi bagi kaum muslim untuk kemaslahatan orang banyak, akan tetapi itu semua dilakukan setelah ilmu agama islam, ilmu Al-Qur'an, akhlaq dan lainnya di pahamkan. Seperti yang dilakukan pendahulu kita : 

Ibnu Sina ( ilmu kedokteran), Jabir Ibn- Hayyan (ilmu Kimia), Ibnu Khaldun ( ilmu historiografi, sosiologi dan ekonomi), Ibnu al-Haytham (optik, astronomi, serta matematika), Umar Khayam (penghitung panjang tahun matahari secara akurat), dll.

Kita saja yang sudah berusia dewasa dan tua, merasa menyesal karena di masa anak sampai remaja tidak mengenal dekat apa kandungan alquran. Ada yang cuman bisa baca saja bahkan sama sekali tak bisa baca Quran. Yang bisa baca AlQuran, cuman membaca saja, tanpa tahu apa makna dan arti yang di baca. Maka pendidikan berbasis Islam, akan membantu kita dalam upaya menunaikan kewajiban orang tua utk mengajarkan Al-Qur'an pada anak-anaknya.

Tidaklah salah bila kita memilih jalur sekolah yang bersifat umum, tetapi disitu kita harus siap bekerja extra keras dua kali karena kita harus mengarahkan lagi pada jalur beragama yang benar pada anak kita. Seperti bagaimana bergaul dengan yang bukan muhkrimnya, sholat yang benar dan pendalaman terhadap hal-hal yang kelihatan sepele tapi dilarang agama.
Sudah bukan barang baru lagi bila kita melihat remaja pelajar laki - laki & perempuan berboncengan bersama, berpacaran, berpakaian tanpa mejaga dan menutup aurat, berbicara urakan, melakukan kegiatan yang kurang bermanfaat, individualitas tinggi, kegiatan Exschool seperti kegiatan Modelling, Cheers Leader ( yang mempertontonkan aurat ), dan kegiatan yang lain yang kelihatan keren dan gaul tapi dilarang oleh agama Islam.
Yang jelas pelajaran ahklaq islami kurang ditekankan dan pemikiran fanatik terhadap agama menjadi kuno, kemudian timbul pemikiran yg serba netral dan semua pemikiran masalah lebih banyak menggunakan akal logika tanpa esensi pemikiran yang menggunakan hati nurani serta keimanan.

Mengenai banyak pemikiran bahwa keberhasilan pendidikan sekolah umum lebih menjamin kehidupan yang mapan, rasanya tidaklah benar. Mengapa kita seakan tidak menyadari bahwa rezki dan keberhasilan sudah ditentukan oleh Allah. Memang kita wajib ber-ikhtiar dan Allah yg menentukan tapi bukankah ikhtiar kita juga harus tetap dalam sisi yg lebih baik di hadapan Allah SWT. Pilihan tetap pada kita akan tetapi alangkah baiknya bila pilihan itu lebih condong pada keridhoan Allah.
Mengapa kita terasa ketakutan bila anak kita akan kelaparan dan miskin ? Mengapa harus kita pertaruhkan aqidah Islam dengan kehidupan secara financial ? Mengapa kita tidak lebih takut terhadap azab yang sangat pedih bila kita tidak memperhatikan maksud dari amanah yang berupa anak ? Yakinlah segala sesuatu itu sesuai ketetapan Allah. Berkehidupan dengan lurus & hanya menghamba pada Allah, serta memfokuskan segala segi kehidupan dalam rangka bertaqwa kepada Allah. Mengenai hasil kelak, kita berpasrah diri kepada Allah.

Maaf bila salah🙏, bukan untuk maksud menggurui. Koreksi kalau salah.  Karena mendidik anak dengan tujuan menggapai ridho Allah itu bukan hal yang mudah.
Semoga kita semua diarahkan ke dalam kebaikan oleh Allah SWT, dan dapat jadi pelajaran terhadap tingkah laku dan cara hidup yang diridhoi-Nya.
Banyak penyesalan orang tua disaat sudah menjadi tua,... karena bukan kekayaan & jabatan yang membuat bahagia. Dzuriyah / keturunan yang sholeh lah yang membahagiakan kita dunia akherat. Karena disitu ada Akhlaqul Karimah, dan petunjuk lurus menuju kebahagiaan akhirat.

Perhatikan juga pengaruh Hand Phone sebagai sarana vital dalam komunikasi. Juga bukan berita baru bahwa Hp sarat dengan kemaksiatan pelajar. Semakin canggih, semakin berbahaya bagi akhlaq pelajar. Belum lagi ajang fitnah dan penipuan. Oleh karena itu mungkin sebaiknya kita tidak memberikan sesuatu yang tidak kita sadari dapat menghancurkan akhlaq anak kita. Jangan sampai rasa sayang kita malah menjerumuskan amanah besar itu dalam suatu hal yang dimurkai Allah.  Boleh kita berikan, asal kita tahu kapan dan bagaimana cara mengontrolnya. Kita lihat dahulu, apakah kebutuhan itu benar2 penting, kita timbang dulu antara kebaikan dan keburukannya. Jangan sampai rasa sayang dan cinta kita malah menarik kita kelak menuju neraka jahanam. Nauzubillahi min dzalik

Wallahu a`lam, Semoga bermanfaat

Komentar