Bulletin Jihad Pagi Edisi ke 5 : ALL ABOUT THE QURAN



FENOMENA BELAJAR membaca ALQURAN
Sungguh suatu kemuliaan besar jika seorang muslim berkeinginan bisa membaca Al-Qur`an. Allah juga akan memberikan keutamaan dan pahala yang melimpah bagi mereka yang mau belajar Al-Qur`an. Hanya saja, banyak di antara kita yang belum tercapai keinginannya tersebut karena beberapa alasan. Di antaranya, karena waktu yang sempit dan usia yang sudah lanjut.

Berdasarkan beberapa pengalaman, banyak orang yang merasa jenuh dan malas belajar Al-Qur`an sehingga mereka berhenti di tengah jalan. Ternyata, semua itu terjadi dikarenakan merasa kesulitan mempelajari Al-Qur`an, baik dari segi bacaan maupun materi yang diajarkan. Rasa ketidakpercayaan diri ini mengundang syaitan untuk menghembuskan godaannya bagi mereka yang mau belajar Al-Qur`an.
Berkaca dari sebuah lingkungan dan pergaulan yang hati ini alami, bisa membaca alQuran saja (belum mengetahui tafsir serta maknanya) adalah suatu prestasi hebat. Mohon maklumlah, karena semasa kecil saya kurang sekali pembekalan agama semisal dalam membaca alQuran. Salah dalam memilih pergaulan lingkungan semakin memperparah diri dalam pemahaman tentang pentingnya bisa membaca alQuran. Hari demi hari terus menggulir dalam padatnya urusan dunia, hingga mengenyampingkan belajar membaca alQuran. Usia bertambah dan rasa malu untuk belajar membaca alQuran semakin mendera. Kala itu dalam hati hanya bergumam,” Baca terjemahan aja udah cukup.” Atau baca latinnya saja udah cukup, Allah kan Maha Tahu. Toh, ini semua bukan salah kita, tapi salah orang tua kita, kenapa dari kecil nggak disuruh bersungguh-sungguh belajar membaca alQuran.” Yang penting sholat lima waktu dan berbuat baik pada sesama.” (Mungkin hal itu juga dialami oleh saudara-saudaraku semua)
Kenapa diatas tadi hati ini katakan prestasi hebat dengan hanya bisa membaca alQuran (walau masih tergagap-gagap). Hal ini karena hampir lebih dari 80% teman-teman saya kala itu tidak bisa membaca alQuran (bahkan sampai sekarang), dan dari 6 bersaudara hanya 2 orang yang bisa membaca alQuran (itupun setelah berusia lebih dari 40 tahun). Hati ini sendiri baru tergerak belajar dan baru bisa membaca di usia 39 tahun (itupun juga bacaannya masih jauh dari bagus). Alhamdulillah, karena izin Allah maka hati ini diberi kesempatan untuk mau belajar alQuran dan paling tidak, bisa membaca alQuran.
Mengapa hati ini mengusung tema ini & mau menceritakan pengalaman pribadi ? Tidak lain adalah untuk memotivasi saudaraku semuanya utamanya teman lampauku, serta kakak-kakakku untuk bersegera meniatkan diri dalam belajar membaca alQuran. Mungkin antum juga mempunyai pengalaman yang sama, dan marilah mulai saat ini kita prioritaskan untuk belajar membaca alQuran. Kesibukan duniawi serta harta tidak akan pernah habis menyita waktu kita. Jangan sampai jadikan penyesalan yang tiada berguna disaat nyawa sudah sampai pada kerongkongan kita.
Yang lebih mengherankan adalah sebagian orang yang bisa membaca alQuran, akan tetapi jarang dibaca kecuali disaat bulan Ramadhan. Padahal orang yang kepingin bisa membaca alQuran banyak (kepingin thok, tanpa mau berusaha belajar), tapi yang udah lancar baca alQuran malah malas untuk memperdalam makna dan tafsirnya.
Melihat berbagai pengalaman dari yang pernah hati ini temui, maka pangkal utamanya adalah bagaimana cara kita mendidik anak. Mulai saat ini kita harus memprioritaskan putra putri kita untuk mencintai alQuran dengan cara mempelajari alQuran secara bacaan dan bahasa, serta pemahaman akan makna dan tafsirnya.
Berikut ini beberapa alasan , mengapa masih ada ke-engganan dalam belajar membaca dan memahami alQuran, yg hati ini dapatkan dari beberapa sumber:
Alasan Klasik
Ikhwah fillah
Ketika kita dihadapkan pada peluang belajar Al Qur’an, sering muncul gangguan-gangguan yang akhirnya membuat kita mundur dan menunda-nunda peluang tersebut. Dan mungkin selalu ada saja alasan yang seakan masuk akal, sehingga kita tidak lagi merasa bersalah ketika mengabaikan tugas yang sangat penting ini.
Sudah terlalu tua
Di antara kita mungkin ada yang beralasan, bahwa kita sudah terlambat dalam belajar. Masa-masa keemasan kita sudah lewat. Kita sudah terlalu tua untuk dapat mengingat ayat-ayat Al Qur’an dengan baik. Lidah kita sudah terlalu kaku untuk dapat melafalkan huruf dengan fashih.
Padahal tahukah antum, bahwa Rasulullah mulai menghafal Al Qur’an di usia 41 tahun? Tahukah antum bahwa rata-rata usia para sahabat ketika mulai belajar Al Qur’an adalah 30 tahun? Di antara mereka bahkan ada yang mantan perampok, pembunuh, pemerkosa atau pelacur, sementara mereka juga adalah kaum buta huruf? Allahlah yang telah menutup dosa-dosa mereka dengan maghfirohNya. Kemuliaan dan keberkahan akan lahir berkat perjuangan mereka sendiri. Allah berfirman,                                                                                                                              Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka mau merubah diri mereka sendiri.
Ada pepatah mengatakan,
Belajar di masa kecil seperti mengukir di atas batu, sementara belajar di masa tua seperti mengukir di atas air
Ini adalah pepatah yang benar adanya. Tapi bukan berarti ia menjadi pembenaran atas berdiam dirinya kita dari upaya ini. Mengukir di atas air memang susah, tapi bukan sesuatu yang mustahil. Kemauan yang kuat akan membekukan air menjadi es. Kerja keras akan menjadikannya karya yang indah. Dan kontinyuitas akan menjaganya sepanjang usia kita. Jadi, masihkah alasan itu kita pergunakan?
Kesibukan yang menyita
Alasan kesibukan adalah alasan yang paling sering kita kemukakan. Kita merasa bahwa waktu kita sudah habis oleh ini dan itu. Ketika kita bermaksud untuk belajar Al Qur’an di sebuah halaqoh, tiba-tiba kita menemukan bahwa di waktu tersebut kita memiliki kegiatan yang jauh lebih penting. Akhirnya kita menyerah oleh keadaan. Dan kitapun —lagi-lagi— meninggalkan keinginan tersebut.
Benarkah kita sudah tak memiliki waktu lagi?
Hitunglah berapa jam waktu tidur kita… Berapa jam waktu yang kita habiskan di perjalanan… Juga jam-jam istirahat kita dan jam-jam bersenda gurau dengan orang lain…
Sudahkah semua itu sebanding dengan ibadah harian yang kita kerjakan? Sudahkah kita berlaku adil terhadap waktu kita? Tak bisakah kita menyisihkan waktu untuk Al Qur’an meskipun hanya sesaat? Benarkah tak bisanya kita adalah karena kehabisan waktu?
Allah berfirman dalam sebuah hadits qudsi,“Barang siapa yang disibukkan Al Qur`an dalam rangka berdzikir dan memohon kepadaKu, niscaya akan Aku berikan sesuatu yang lebih utama dari apa yang telah Kuberikan pada orang-orang yang meminta…”
Yang penting pemahaman
Bagi orang yang menganggap bahwa memahami Al Qur’an lebih utama dari membacanya, atau mungkin sebaliknya, cukuplah baginya hadits-hadits Rasulullah berikut ini,
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Qur’an, maka baginya satu kebaikan. Satu kebaikan akan menjadi sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf, melainkan alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf”.
“Sikap iri tidak diperbolehkan kecuali terhadap dua hal; seseorang yang di beri Al Qur’an oleh Allah kemudian ia membacanya sepanjang malam dan siang hari…”
“Orang yang pandai membaca Al Qur’an akan bersama para malaikat yang mulia dan taat, sementara orang yang membaca Al Qur’an dengan terbata-bata serta merasa kesulitan akan mendapatkan dua pahala.”
Bacalah Al Qur’an! Sesungguhnya Al Qur’an akan datang pada hari kiamat menjadi pemberi syafa’at bagi sahabat-sahabatnya”
“Dikatakan kepada Shohib Al Qur’an, ‘Bacalah! Naiklah (ke surga) dan nikmatilah (bacaan Al Qur’anmu) sebagaimana kamu menikmati bacaan Al Qur’an di dunia! Sesungguhnya kedudukanmu (di surga) sesuai dengan akhir ayat yang kamu baca.” Ketahuilah bahwa nilai membaca Al Qur’an, menghafal dan memahaminya adalah sama di hadapan Allah. Membaca adalah kunci pembuka menuju pemahaman. Dan pemahaman akan meyakinkan kita tentang keharusan menghafal Al Qur’an.
Sesungguhnya masih banyak lagi alasan-alasan lain yang sering melintas di benak kita, yang telah dan akan terus menghalangi kita dari belajar dan berinteraksi dengan Al Qur’an. Tapi kita cukupkan pembahasan tentang hal ini, karena semua alasan itu sesungguhnya hanya alasan yag dipaksakan.
Yang perlu kita perbaiki adalah hati. Jika hati baik, maka baik yang lainnya. Jika hati rusak, maka rusak seluruhnya. Di antara penyebab kerusakan hati adalah apa yang diungkapkan oleh Rasulullah,
“Seseorang yang tak ada sedikitpun Al Qur’an dalam hatinya seperti rumah yang rusak”
Selama ini paradigma umat Islam ketika mereka membaca Quran cukup hanya membaca. Targetnya adalah khatam. Nah, setelah khatam dilanjutkan numpeng, kemudian mulai kembali membaca mulai dari Al-Baqarah sampai khatam lagi, begitu berulang-ulang hingga bertahun-tahun. Kalau ditanya apa isi Al-Quran nya, jawabannya "Allah Maha Tahu" yang maksudnya "Allah yang tahu, saya yang nggak tahu" he..he….he....... Maaf, ini umumnya begitu.

Berarti kalau baca Quran yang dicari pahala atau petunjuk? Ciri-ciri orang yang membaca Quran hanya untuk cari pahala saja adalah membaca saja tanpa mengerti isinya. Tetapi jika mencari petunjuk maka pahala dapat, petunjuk juga dapat. Jadi, kita pilih mana? Cari pahala saja atau cari petunjuk?

Inilah yang terjadi saat ini dengan umat Islam. Ketika mereka membaca Quran, mereka tidak mengerti apa yang dibaca. Sehingga banyak sekali pengajian di mana-mana. Pengajian banyak, tadarusan banyak, tetapi mengapa tidak sampai mengubah perilaku. Nah, sekarang bagaimana caranya agar kita mengerti apa yang kita baca? Marilah mulai saat ini kita mencari dan menghadiri majlis2 tentang pemahaman alQuran secara bahasa dan tafsirnya. InsyaAllah setelah paham akan makna dan tafsirnya, hati kita akan berdegup kencang, mulut bisa ternga-nga dan kita baru bisa mengatakan bahwa alQuran itu indah dan merupakan petunjuk dunia dari A sampai Z, ….saudaraku majlis2 seperti itu akan mudah kita cari , teknologi sudah tersebar luas, selama ada kemauan maka insyaAllah, pintu akan dibukakan lebar-lebar oleh-Nya. Semoga bermanfaat.
Al-Quran tetap Al-Quran.
Terjemahan adalah cuma terjemahan. Jangan disamakan Al-Quran dengan terjemahan.
Firman Allah s.w.t pada Surah Yusuf, ayat 2 :
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآَنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Sesungguhnya Kami menurunkan kitab itu sebagai Quran yang dibaca dengan bahasa Arab, supaya kamu (menggunakan akal untuk) memahaminya.
Justru, terjemahan itu arti yang paling dekat dan sesuai untuk umum kepada maksud Al-Quran yang sebenar dan bukan Al-Quran itu sendiri.
Ahmad Sarwat: “Terjemahan itu sama sekali bukan Al-Quran”
Anda boleh saja membaca terjemahan Al-Quran, kalau memang anda tidak mampu mengeja tulisan arab, atau kalau anda tidak paham bahasa Arab.
Memang terjemahan itu dibuat untuk membantu orang-orang yang buta bahasa Arab, untuk mengetahui sedikit sekali tentang isi kandungan yang terdapat dalam suatu ayat. Kok sedikit ?
Ya, terjemahan itu adalah informasi yang bersifat darurat, sekedar untuk mengatasi masalah dari pada tidak paham sama sekali.
Tetapi jangan sekali-kali berpikir bahwa terjemahan itu adalah Al-Quran itu sendiri. Tidak, terjemahan itu sama sekali bukan Al-Quran. Terjemahan adalah sekedar interpretasi para penerjemah tentang apa yang mereka pahami dari ayat Quran.
Dan secara hukum, terjemahan itu bukanlah ayat Al-Quran. Sehingga kalau dibaca tidak mendatangkan pahala. (Pahala yang didapatkan adalah pahala membaca terjemah Al-Qur'an, bukan pahala membaca al-Qur'an.) Terjemahan itu juga bukan mukjizat yang turun kepada Rasulullah SAW. Terjemahan itu sama sekali tidak mengandung kekuatan bahasa, balaghah, dan juga hukum syariah.
Terjemahan Al-Quran tidak lain hanyalah sandi atau morse yang digunakan dalam keadaan darurat saja. Informasi yang terkandung di dalam terjemahan tentu sangat terbatas dan fungsinya sangat minim.
Berbeda dengan teks asli Al-Quran dalam bahasa Arab. Teks itu sendiri adalah mukjizat, karena asalnya dari lauhil mahfuz di langit sana. Turun secara berangsur-angsur selama 23 tahun dengan tidak berarturan awal dan akhirnya.
Dibawa oleh malaikat yang palig mulia, yaitu Jibril alaihissalam. Disampaikan kepada nabi yang paling mulia, yaitu Muhammad SAW. Dan ditalqinkan kepada para shahabat beliau yang umumnya juga langsung menghafalnya. Dan diriwayatkan secara mutawatir dari generasi ke generasi hingga sampai ke generasi kita. Dihafal oleh orang berjuta di luar kepala.
Yang dibawa itu bukan teks yang terdiri dari huruf-huruf, melainkna suaranya. Kira-kira seperti file mp3, bukan doc atau txt.
Jangankan membacanya, mendengarkan lantunan ayat Quran aslinya itu saja sudah memberikan pahala. Bahkan saat mendengarkan, kita wajib memperhatikan, tidak boleh berisik atau ngobrol sendiri. Kalau kita bunyikan dengan mulut kita, maka tiap hurufnya akan diganjar dengan satu kebajikan yang lalu dilipat-gandakan menjadi sepuluh kali lipatnya.
Sehingga begitu kita mengucapkan lafadz alif laam miim, kita sudah mendapat pahala 30 kali. Dan itulah Al-Quran dalam bahasa aslinya.
Paham atau tidak paham, Al-Quran itu bacaan mukjizat. Apalagi kalau dibaca dan paham, maka tentunya keutamaannya akan berkali lipat.
Alangkah menyedihkan kalau kita menyaksikan ada orang mengaku muslim, lahir dari keluarga muslim, KTP-ya tertulis beragama Islam, tetapi lidahnya kelu tidak bisa mengucapkan ayat-ayat Al-Quran. Ini merupakan malapetaka terbesar dalam sejarah. Mengaku muslim tapi tidak bisa membaca Al-Quran.
Lalu berlari kepada terjemahan dengan alasan bahwa berpegang kepada Al-Quran itu kan yang penting paham, bukan bagaimana membaca. La haula wala quwwata illa billah. Bukankah nanti di alam barzakh yang dingin dan gelap serta penuh siksa itu, justru Al-Quran lah yang akan menjadi pemberi syafaat buat orang yang membacanya? Tentu yang membaca lafadznya dalam bahasa arab, bukan yang membaca terjemahannya.
SEMENIT SAJA posting a friend”Lintasan Pikiran”
Wahai teman dalam tulisan ini aku ingin memberikan motivasi untuk diriku dan kalian semua agar kita bisa menghargai waktu. Aku ingin mengingatkan hati dan pikiran kita akan semua kelalaian yang melekat pada jiwa dan sanubari di mana seringkali membuat kita rela menghabiskan waktu tanpa kebaikan sedikit pun. Tulisan ini adalah implementasi rasa syukur kepada Allah, kasih sayang sesama muslim, dan cinta kepada persaudaraan. Dengan memohon ridha, hidayah, dan kemampuan melaksanakan petunjuk-Nya, semoga tulisan ini dapat mencerahkan pembacanya. Amiin.
Jika diamati dan diperhatikan ternyata waktu semenit saja dapat diisi dengan banyak sekali kebaikan. Misalnya saja membaca Al-quran; satu ayat saja sudah terdiri dari banyak huruf dan satu huruf diganjar dengan sepuluh kebaikan. Jika kita membaca semenit saja niscaya ratusan bahkan ribuan kebaikan yang kita dapat. Dalam semenit kita dapat membaca surat Al-Fatihah sebanyak 6 kali. Ada ulama yang telah menghitung ganjaran membaca surat Al-Fatihah sebanyak satu kali, ternyata ganjaranya melebihi 1.400 kebaikan maka dalam satu menit kita sudah mendapat lebih dari 8400 kebaikan. Tidak percaya? Silahkan cek sendiri.
Jika kita berdzikir, seperti membaca “Subhanallah wa bihamdih” (Mahasuci Allah dengan segala pujian bagi-Nya). Orang yang membaca “Subhanallah wa bihamdih” seratus kali (hanya memerlukan waktu satu menit untuk itu) akan diampuni dosa-dosanya, walaupun sebanyak buih di lautan (Shahih Bukhari, hadits no. 6405).
Tujuanku menyebutkan ini adalah untuk memberi tahu dan mengingatkan kita semua betapa bernilainya waktu dalam semenit. Bahwa, ia dapat diisi dengan segala macam kebaikan yang mempunyai manfaat luar biasa, seperti mengaji, berdzkir, membaca, dan menulis. Satu menit saja mampu memberi nilai tambah bagi hidup, karya, pemikiran, pemahaman,hafalan, dan kebajikan kita.
Percayalah saudaraku, dalam semenit kita dapat bershalawat kepada Nabi Muhammad dalam redaksi yang paling ringkas—yaitu,”Shallallahu ‘alaihi wa sallam”(semoga Allah bershalawat dan salam atas beliau)—sebanyak 60 kali. Sebagai imbalannya maka Allah akan bershalawat kepada kita 600 kali, karena satu shalawat dibalas dengan sepuluh kali lipat. Sungguh orang yang beruntung yang namanya disebut-sebut oleh Sang Maha Agung.
Pernahkah kita berfikir dan merenung bahwa banyak kesempatan yang tersia-siakan?, berapa banyak kebaikan yang terbuang percuma? Berapa sering kita menghabiskan waktu dengan membicarakan keburukan orang lain, memangkas waktu dengan kemalasan, mempercepat waktu dengan tidur yang berlebihan, dan menghinakan waktu dengan dosa?.
Mencurahkan satu menit dalam sehari untuk menghafal satu ayat pendek dalam juz amma adalah hal yang sangat mungkin. Jika itu kita lakukan maka dalam 40 hari kita telah mengahafal surat An-Naba dan dalam setahun kita sudah menghafal dari An-Naba sampai Al-fajr itu setara dengan 2/3 dari keseluruhan juz amma.
Dalam satu menit biasanya kita dapat membaca 3-4 halaman dengan fokus dari buku apapun. Anggaplah satu hari kita hanya membaca dalam satu menit maka dalam setahun kita telah membaca 1092-1456 halaman. Jika literatur ilmiah, keagamaan, dan pengetahuan umum biasanya terdiri dari 350 halaman berarti dalam setahun kita sudah membaca 3-4 buku. Maka dalam waktu satu menit yang diakumulasikan pengetahuan kita sudah bertambah, kemuliaan kita meninggi, dan kebodohan kita semakin terkikis.
Siapa yang senang menulis maka dalam semenit akan mampu menulis sebanyak 3 baris jika mengandalkan hafalan. 5 baris jika menyalin dengan cepat. Artinya, jika setiap hari anda menulis lima baris maka dalam sebulan telah tertulis 10 halaman, 120 halaman dalam setahun, maka dalam lima tahun anda telah menulis 600 halaman itu sebanding dengan novel-novel tebal. Dalam sepuluh tahun anda telah menulis 1200 halaman dan itu sedikit lebih tipis dari Tafsir Ibnu Katsir.
Ternyata berkat semenit, kita dapat menjernihkan hati, menciptakan karya, menajamkan daya hafal, dan memperluas wawasan. Berkat itu juga kita dapat mencapai ridha Allah, menghapus dosa, memperbanyak pahala, dan memuliakan kedudukan. Tetapi saudaraku, butuh tekad yang kuat dan semangat yang berkobar untuk itu. Ya  Allah kami berlindung kepada-Mu dari padamnya semangat, meluruhnya tekad, dan ketertutupan hati. Amiin. Semoga tulisan ini bermanfaat. (terinspirasi dari buku “silahkan terpesona” karya DR. A’id Abdullah Al-Qarni)

Agar Kita Cinta Al Quran

Apabila kita memperhatikan keadaan kita saat ini, maka akan di dapati bahwa masih banyak di antara kaum Muslimin yang amat jauh dari Al Quran, bahkan begitu sangat jauhnya mereka dari petunjuk dan pengajaran yang ada di dalam Al Quran. Di antara mereka ada yang tidak mau atau malas membaca Al Quran, sebagian lagi ada yang membacanya hanya ketika waktu shalat saja atau membacanya ketika ada acara-acara perlombaan saja. Ada pula yang membacanya hanya ketika dalam kondisi terjepit dan kesulitan. Ada juga yang sekedar membaca Al Quran, namun tidak mau mentadabburinya  (memperhatikan arti, maksud dan isinya), atau membacanya tapi tidak mau mangamalkannya. Bahkan, yang paling parah adalah ada orang yang menolak sebagian ayat-ayat-Nya dan selalu mempermasalahkannya.


Mengapa demikian? Apa sebabnya? Penyebab utamanya adalah tidak adanya kecintaan kepada Al Quran. Rasa cinta kepada Al Quran itu telah redup dan menghilang atau bahkan rasa cinta itu telah mati atau biasa-biasa saja.
Sesungguhnya jika hati kita cinta kepada sesuatu, maka dia akan tertambat dan bergantung kepadanya, selalu merasakan kesenangan bersamanya dan  kerinduan ingin bertemu dengannya serta tidak ingin berpisah dan jauh-jauh darinya. Begitu juga terhadap Al Quran. Jika hati seseorang sudah mencintainya, maka dia akan merasakan kenikmatan ketika membacanya, merasa senang dan gembira saat bersamanya. Dia akan berusaha untuk mengetahui, memahami dan menyelami arti dan makna yang terkandung di dalamnya.  Sebaliknya, jika tidak ada kecintaan, maka hati ini akan sulit menerima Al Quran, terasa berat untuk  tunduk taat kepada Al Quran.


Kenyataan menunjukkan benarnya pernyataan ini. Sebagai contoh; seorang pelajar yang memiliki semangat, kesukaan, dan kecintaan pada suatu pelajaran tertentu, maka ia akan cepat menguasai apa yang telah diajarkannya, dia dengan segera dapat menyelesaikan tugas dan kewajibannya dalam waktu yang singkat.  Sebaliknya, siswa yang tidak suka pelajaran tersebut, maka ia tidak akan bisa menguasi pelajaran yang sudah disampaikan kecuali setelah mengulang-ulangnya berkali-kali. Dia menghabiskan banyak waktu untuk mempelajarinya, dan tidak bisa menyelesaikan tugas dan kewajibannya dengan baik.
Bagaimanakah cara menumbuhkan rasa cinta ini terhadap Al Quran? Sebelum dijawab, ada baiknya kita mengetahui tanda-tanda jika hati itu cinta kepada Al Quran.


·        Tanda-Tanda Kecintaan Hati kepada Al Quran
Kecintaan hati kepada Al Quran mempunyai beberapa tanda, di antaranya:
1.    Sebagaimana cintanya seseorang kepada sesuatu, cinta pada Al Quran pun ditandai dengan kesukaannya ketika bersua (berjumpa) dengannya.
2.    Tidak  merasa jenuh dan bosan ketika duduk-duduk bersama dan membacanya dalam waktu yang cukup lama.
3.    Jika jauh darinya, maka ia akan selalu merindukannya dan berharap bisa segera bertemu dengannya.
4.    Banyak berdialog dengannya dan meyakini petunjuk dan arahannya serta kembali kepadanya ketika menghadapi berbagai persoalan hidup, baik kecil maupun besar.
5.    Mentaatinya, baik dalam perintah maupun larangan.
Inilah tanda-tanda terpenting dan utama akan adanya rasa kecintaan seseorang kepada Al Quran. Jika salah satunya tidak ada, kecintaan itupun ikut berkurang. Maka, ukurlah diri kita dengan tanda-tanda utama tersebut di atas. Pertanyaannya sekarang adalah: “Apakah kita mencintai Al Quran?”

Cara Agar Hati Mencintai Al Quran                                                               Pertama, Berdo’a dan Bertawakkal hanya kepada Allah
Persoalan cinta adalah persoalan (qalbu) hati. Sementara kita tidak sanggup menguasai hati kita sendiri. Hati seseorang terletak di tangan Allah. Dia membuka dan menutup hati seseorang kapan saja Dia menghendaki, dengan hikmah-Nya, serta ilmu-Nya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (artinya): “Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya lah kamu akan dikumpulkan.” (QS. Al Anfal: 24)
”…Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka…”(Al Kahfi: 57).


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya hati semua anak cucu Adam itu berada di antara dua jari dari sekian jari Allah Yang Maha Pemurah. Allah Subhanahhu wa Ta’ala akan memalingkan hati manusia menurut kehendak-Nya.” (HR. Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits yang lain bersabda:

إِنَّقُلُوبَ بَنِيآدَمَ كُلَّهَابَيْنَ إِصْبَعَيْنِمِنْ أَصَابِعِالرَّحْمَنِ كَقَلْبٍوَاحِدٍ يُصَرِّفُهُحَيْثُ يَشَاءُثُمَّ قَالَرَسُولُ اللَّهِصَلَّى اللَّهُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Sesungguhnya hati semua anak cucu Adam itu berada di antara dua jari dari sekian jari Allah Yang Maha Pemurah. Allah subhanahhu wa ta’ala akan memalingkan hati manusia menurut kehendak-Nya.” (HR. Muslim)
Oleh karena cinta letaknya di hati, dan hati berada di dalam genggaman Allah, maka memohonlah bantuan kepada Allah dan berdoalah  kepada-Nya agar Dia memberikan karunia kecintaan kepada Al Quran agar kita bisa mencintainya. Hendaknya berdo’a dengan tulus, penuh ketundukan, memohon dengan mendesak dan memohon dengan belas kasihan serta sangat berharap untuk segera diberi.


Kedua,Berilmu, yaitu berusaha mempelajari dan memahami keagungan dan keutamaan Al Quran dan keutamaan orang-orang yang mempelajarinya, menghafalnya dan mengamalkannya.
Diantara keutamaan Al Quran dan keutamaan orang yang mempelajarinya, adalah:

  • Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al Quran dan yang mengajarkannya.” (HR. Al Bukhari)
  • Nabi shallallahu ’alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah, mereka membaca Al Quran dan saling mempelajari diantara mereka, kecuali turun kepada mereka ketentraman, mereka diliputi rahmat, malaikat menaungi mereka dan Allah menyebut-nyebut kebaikan mereka dihadapan makhluk yang mulia yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim)
  • Dari Ibnu Mas’ud bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Quran, maka ia akan mendapatkan satu kebaikan yang dilipatgandakan sepuluh kali lipat.  Nabi melanjutkan:” Aku tidak mengatakan bahwa Alif laam miim itu adalah satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.” (HR. At Tirmidzi)
  • Dikisahkan oleh ’Aisyah radhiyallahu ’anha, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Orang yang membaca Al Quran dan ia pandai maka ia bersama para malaikat pembawa kitab yang mulia dan baik. Orang yang membaca Al Quran terbata-bata dan kesulitan maka ia mendapat dua pahala.” (HR. At Tirmidzi)
  • Umar bin Khatthab meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah mengangkat derajat suatu kaum dengan Al Quran dan merendahkannya juga dengan kitab ini (Al Quran).” (HR. Muslim)
Ketiga,Bergaul dengan orang-orang shalih.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Perumpamaan teman yang shaleh ibarat penjual minyak wangi. Bila dia tidak memberimu minyak wangi, kamu akan mencium bau keharumannya. Sedangkan perumpamaan teman yang buruk ibarat tukang pandai besi. Bila kamu tidak terjilat apinya, kamu akan terkena bau asapnya”. (HR. Al Bukhari)
“Seseorang adalah sejalan dan sealiran dengan teman akrabnya, maka hendaklah kamu berhati-hati dalam memilih teman pendamping.” (HR. Ahmad)


Ke-empat,Bersabar, yaitu bersabar dalam ketiga hal di atas.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, (artinya):  “Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (QS. Al Baqarah: 153)
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung”. (QS. Ali Imran: 200)
“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu; dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu”. (QS. Muhammad: 31)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Tidak ada suatu rezeki yang Allah berikan kepada seorang hamba yang lebih luas baginya daripada sabar”. (HR. Al Hakim)
“Barangsiapa yang menjaga diri dari meminta-minta kepada orang lain, maka akan diberi rezeki kepuasan oleh Allah. Dan barangsiapa yang merasa dirinya cukup, maka akan diberi kekayaan (hati dan jiwa) oleh Allah. Dan barangsiapa yang berlaku sabar, maka akan dikurnia kesabaran oleh Allah. Tiada seorangpun yang dikaruniai suatu pemberian yang lebih baik serta lebih luas (manfaatnya) daripada kurnia kesabaran itu.” (Muttafaq ‘alaih).
Wallahu ta’ala a’lam.

(disadur dari Kunci-Kunci Tadabbur Al Quran,  karya Dr. Khalid al-Laahim dengan sedikit tambahan)

TIPS Memotivasi Anak agar Mau Belajar Mengaji
Mengajari anak mengaji merupakan suatu kewajiban tersendiri bagi orang tua disamping melindungi dan mengasuh anaknya. Apabila orang tua kurang atau tidak mampu untuk mengajarkan ilmu agama, maka orang tua berhak atau berkewajiban untuk menyerahkan (menitipkan) anaknya kepada ustadz ustadz atau kyai di mushola, masjid, madrasah diniyah, pesantren, maupun di rumah.

Ibnu Khaldun dalam kitabnya al-Muqoddimah mengatakan, mengajarkan Al Qur’an kepada anak merupakan salah satu bentuk syiar agama yang dilakukan oleh orang tua. Mengajarkan Al Qur’an, menurut Farid Ma’ruf, harus dimulai sejak anak masih dalam kandungan, yakni dengan cara sang ibu membaca Al Qur’an secara rutin. Dengan belajar Al Qur’an sejak dini, dapat membentuk aqidah yang kokoh pada diri anak.
Anak-anak biasanya akan terpengaruh dengan lingkungan tempat tinggal. Ketika anak-anak seusianya banyak yang belajar mengaji, tidak menutup kemungkinan anak kita akan ikut mengaji.
Jika orang tua mengharapkan anaknya rajin mengaji, tentu orang tuanya juga harus memberikan contoh kepada anak. Misalnya, setiap seusai shalat orang tua membaca Al Qur’an. Secara perlahan anak akan mengikuti apa yang dilakukan orang tuanya.
Selain itu, orang tua harus menciptakan suasana yang menyenangkan agar anak tidak merasa terbebani dan bosan. Tanamkan pada diri anak bahwa manusia adalah hamba Allah SWT yang harus menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Dengan mengaji itulah kita bisa mengetahui apa saja perintah dan larangan Allah SWT. Jelaskan pula tentang adanya pahala dan siksa, juga adanya surga dan neraka. Dalam menjelaskan, hendaknya orang tua menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak. Dengan demikian, anak akan mudah memahami isi Al Qur’an dan tergerak untuk menjalankan isinya. Cara mudah agar anak dapat menyerap atau dapat belajar mengaji yaitu dengan memberikan motivasi-motivasi yang baik dan komunikatif. Ini ada beberapa tips agar anak  mau belajar mengaji diantaranya:
1.     Memotivasi dengan pujian: Berikanlah pujian pada apapun kemajuan dan kemauan anak untuk mengaji, pujian ini bisa menjadi penguatan motivasi (enforcement).
2.     Memotivasi dengan pepatah/quote : Pilihlah pepatah, kata mutiara yang relevan dengan semangat belajar untuk anda katakan atau tuliskan pada anak.
3.     Memotivasi dengan rasa syukur : mintalah anak untuk mengungkapkan rasa syukur atas kesehatan dan kelengkapan indrawinya dgn dimanifestasikan dengan mengaji
4.     Memotivasi dengan kehati-hatian : “Nak nanti akan ada orang-orang yang buta diakherat karena tidak mau belajar Alquran, hati-hati ya nak..kita jangan sampai seperti mereka”.
5.     Memotivasi dengan rasa balas budi: “Nak, ibu bapakmu  ikhlas mengasuhmu, jika engkau ingin membalas budi baik kami maka jadilah anak sholeh yang hafal dan mencintai alquran”
6.     Memotivasi dengan kontens quran: “Tahukah kalian bahwa didalam alquran terdapat informasi, bahwa didalam lautan terdapat karang api yang menyala-nyala, tahukah kalian bahwa helicopter dibuat manusia dengan meniru cara lalat terbang, ternyata dalam alquran sudah diberitahukan semuanya”.
7.     Memotivasi dengan konteks belajar quran; Siapkan ruang belajar yang menyenangkan untuk belajar Alquran,meliputi: warna cat, wewangian, gambar, hidangan khusus, gambar-gambar yang memotivasi dll.
8.     Memotivasi dengan modelling: Anda dapat menceritakan tentang kisah-kisah orang besar yang rajin membaca Alquran, yang biasa khatam membaca alquran seminggu 3 kali, dll
9.     Memotivasi dengan game of study: Buatlah aturan main dan sistem hadiah untuk kemajuan dalam belajar dan membaca Alquran, seperti Bintang, sticker, stempel dll
10.                        Memotivasi dengan cerita: Pilihlah kisah-kisah yang menggugah tentang perjuangan belajar alquran para Imam Madzhab, Qori, pengalaman pribadi anda dll
11.                        Memotivasi dengan upacara penghargaan: tidaklah salah apabila setiap 1 bulan, 3 bulan hingga setahun ada upacara khusus untuk buah hati anda yang berprestasi dalam interaksi dengan Alquran, misalnya; kenaikan jilid, khataman, wisuda dll
12.                        Memotivasi dengan ikatan rasa cinta: Semakin hangat orang tua memperlakukan anak ketika belajar, maka semakin mudah anda membujuk mereka mempelajarinya
13.                        Memotivasi dengan rasa tanggung jawab: “Nak dikampung kita banyak anak-anak yang tidak bisa membaca alquran, maka belajarlah nak dengan sungguh-sungguh..KELAK KAMULAH YANG MENJADI GURU BAGI MEREKA!”
14.                        Memotivasi dengan AMBAK(apa manfaatnya bagiku): Ilustrasikan banyak kemungkinan manfaat/apa kerennya bagimereka, apabila bisa membaca alquran : penghargaan dirumah, disekolah, masyarakat hingga penghargaan negara, alam kubur, makhsyar dan nikmat surga.
15.                        Memotivasi dengan harapan dan aspirasi :”Kalian boleh jadi apa saja asal berguna bagi masyarakat dan agama, tetapi ingat jika ingin jadi dokter harus dokter yang ahli membaca alquran, jika jadi presiden harus presiden yang ahli membaca Alquran!”
16.                        Memotivasi dengan kekurangan yang ada: “Justru karena kita kekurangan yang ada berupa ….kita harus semakin rajin membaca Alquran, karenaAllah akan sangat membantu pembaca Quran seperti kita.”
Dll.
Dengan cara seperti itu anak akan mudah mempelajarinya. Try This at Home !! Semoga Allah selalu memudahkan langkah kita dalam menuju keridhoan-Nya.


Al-Quran ternyata mudah dipelajari posting by DjokoKartiko(dengan sedikit penambahan sebagai pelengkap)

Menurut kita, baca Quran itu susah atau mudah? Bagi yang sering baca pasti jawabnya mudah, tapi bagi yang jarang pasti bilang susah heuheuheu.... Ada juga sebagian yang bilang baca Quran itu tidak mudah. Harus mengerti aturan-aturannya, harus memperhatikan tajwid, salah baca bisa berakibat dosa karena artinya bisa berbeda, harus ini harus itu. Ada benarnya, tapi jangan sampai aturan-aturan itu membuat orang jadi enggan belajar Quran, sehingga nantinya banyak yang beranggapan bahwa baca Quran itu susah. Bahkan ada yang beranggapan, "kalo gitu Quran hanya untuk orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah". Nah, kalau sudah begini makin sedikit tuh orang yang mau belajar Quran. Padahal kan semestinya tidak begitu. Padahal Quran kan diturunkan buat siapa? Ibarat orang sakit, meminum obat. Pasti tuh obat lengkap dengan petunjuk cara meminumnya. Nggak sekedar asal minum, bisa-bisa over dosis. Begitu kehidupan dunia ini. Bagaimana cara orang hidup yang baik. Maka AlQuran dan Hadist adalah petunjuk kehidupan. Kalau kita hidup tanpa petunjuk, kita bakalan hidup kebelangsak. Untuk itulah maka kita perlu mempelajari aturan petunjuk hidup, yang nota bene berarti kita harus belajar alQuran juga Hadist.

Yuk, kita lihat apa kata Allah. Coba buka surat 54 (Al-Qomar) ayat 17, 22, 32, dan 40.
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (54:17, 22, 32, 40)

Tuh...! Allah sendiri bilang, Al-Quran itu sudah dimudahkan untuk pelajaran. Diulang sampai empat kali. Kira-kira kenapa Allah sampai mengulang-ulang? Untuk menegaskan, "Ini lhooooo sudah dimudahkan, tinggal dibaca dan dipelajari. Tinggal kamunya mau apa nggak mempelajari?". Gitu kan??

Yuk kita lihat mengapa Allah mengulang-ulang peringatan-Nya. Buka surat 17 (Al-Israa') ayat 41.
وَلَقَدْ صَرَّفْنَا فِي هَٰذَا الْقُرْآنِ لِيَذَّكَّرُوا وَمَا يَزِيدُهُمْ إِلَّا نُفُورًا
Dan sesungguhnya dalam Al Quran ini Kami telah ulang-ulangi (peringatan-peringatan), agar mereka selalu ingat. Dan ulangan peringatan itu tidak lain hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). (17:41)

Tuuh..! Allah mengulang-ulang peringatan-Nya agar kita selalu ingat. Kenapa? Karena kita cenderung lari dari kebenaran. Dalam hal ini konteksnya adalah kita selalu lari dari kebenaran bahwa Al-Quran itu mudah dipelajari. Bukannya dibuat mudah, malah dibuat sulit sendiri. Gituuu....

Nah, sekarang bagaimana cara Allah memudahkan Quran untuk dipelajari. Yuk buka Quran surat 19 (Maryam) ayat 97 dan surat 44 (Ad-Dukhaan) ayat 58.
فَإِنَّمَا يَسَّرْنَاهُ بِلِسَانِكَ لِتُبَشِّرَ بِهِ الْمُتَّقِينَ وَتُنذِرَ بِهِ قَوْمًا لُّدًّا
Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran itu dengan bahasamu, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al Quran itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang.
فَإِنَّمَا يَسَّرْنَاهُ بِلِسَانِكَ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
Sesungguhnya Kami mudahkan Al Quran itu dengan bahasamu supaya mereka mendapat pelajaran.

Tuh..! Al-Quran dimudahkan untuk dipelajari dengan bahasa yang dimengerti. Waktu itu diturunkan di Jazirah Arab dengan menggunakan bahasa Arab agar orang-orang waktu itu mudah mengerti. Betul nggak? Koreksi kalau saya salah.

Nah, sekarang bagaimana keadaan umat Islam di Indonesia? Ternyata ada tiga golongan. Apa saja itu?
1.     Bisa baca Quran dan bisa bahasa Arab
2.     Bisa baca Quran dan tidak bisa bahasa Arab
3.     Tidak bisa baca Quran apalagi bahasa Arab (heuheuheu...)
Lha, tapi kan kita diwajibkan membaca, mempelajari dan memahami Al-Quran agar bisa diamalkan, betul nggak? Bagaimana mungkin kita bisa melaksanakan kalau tidak bisa mengambil pelajaran dari Al-Quran, betul nggak sih?

Nah, ini ada solusi alternatif yaitu mempergunakan terjemahan sebagai sarana antara untuk memahami Al-Quran sebelum kita bisa baca maupun berbahasa Arab. Tapi ya.. jangan digampang-gampangin tanpa mau terus belajar alQuran dengan serius. Jangan hanya ngandelin terjemahan thok !! Anggap saja membaca terjemahan itu sebagai proses awal belajar, tapi jangan berhenti di situ aja. Tetap terus belajar untuk bisa paham AlQuran baik dari segi bacaan maupun berbahasa Arab. Serta terus berlanjut mencari guru yang faham benar tentang tafsir untuk mengkaji terus ilmu AlQuran sampai akhir hayat kita.
Marilah kita tingkatkan minat baca dengan pamahaman Al Qur’an agar kita tidak termasuk golongan orang-orang yang “tidak memperhatikan”, “menganggap remeh”, “tidak mengetahui”, “mendengar tetapi tidak mentaati”, “tuli, buta”, “mendustakan”, “mensyairkan”, “bermain-main / senda gurau” maupun “memanterakan” Al Qur’an.

Sebagai ilustrasi nih, kalau kita haus mau minum, apa yang bisa kita lakukan :
1.     Minum air yang dibeli di toko
2.     Minum air dengan menggali sumur
3.     Minum air yang dibeli di toko sambil berupaya menggali sumur
Ada nggak kira-kira yang mengambil pilihan nomor dua? heuheuheu..... keburu mati kehausan. Alangkah baiknya ambil pilihan yang ketiga, kan? Ngerti kan maksud ilustrasi ini?

Nah, sekarang bagaimana caranya agar kita bisa memahami isi Quran? Yuk kita tinjau ayat yang satu ini. Buka surat 3 (Al-Imran) ayat 79.

مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَن يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِّي مِن دُونِ اللَّهِ وَلَٰكِن كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنتُمْ تَدْرُسُون
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah". Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. (3:79)

Yang namanya tetap mempelajarikira-kira bisa diartikan terus mempelajari, nggak? Bisa nggak diartikan selalu mempelajari, secara rutin mempelajari, setiap hari mempelajari? Lebih dari 6000 ayat di dalam Quran yang harus dibaca dan dipelajari. Kira-kira kita mempelajarinya sebulan sekali, seminggu sekali, dua hari sekali atau tiap hari sebaiknya? Tapi yang perlu di ingat adalah dalam belajar harus ada gurunya. Jangan belajar sendiri, nanti bisa kesesat jauh…. Cari tuh.. majlis2 pemahaman belajar AlQuran. Banyak kok… kagak usah beralasan sulit, karena pasti ada kemudahan untuk menuju ridho Allah. Tinggal bagaimana usaha dan niat kita aja.
Ibadah adalah cinta dan kesungguhan. Jadi, jangan pernah lelah untuk meletakkan kata-kata itu dalam hati kita dan menjadikannya pelecut ibadah dan amal. Sesungguhnya, Al Quran itu mudah untuk dipelajari. Buktikanlah bro…!!



Mengapa Al-Quran Diturunkan Berbahasa Arab?

Barangkali ada sebagian dari kita, termasuk kaum muslimin, masih muncul pertanyaan dalam dirinya:
Mengapa Al-Quran, wahyu Alloh yang diturunkan melalui Rasululloh Muhammad, menggunakan bahasa Arab sebagai mediatornya?
Mengapa bukan Bahasa Inggris, yang notabene saat ini merupakan bahasa terbesar di dunia? Atau Bahasa Indonesia, atau Bahasa Jawa?

Pada prinsipnya pastilah Alloh yang Maha Sempurna mempunyai alasan yang bagus mengenai masalah ini, yang di luar kemampuan dan pengetahuan kita. Namun artikel berikut ini mudah-mudahan dapat sedikit menjawab pertanyaan di atas. Artikel ini penulis kutip dari artikel “tanya jawab ustadz” di sebuah situs dengan sedikit modifikasi, dengan tujuan efisiensi tempat, namun insya Alloh tidak mengurangi isinya. Semoga bermanfaat.

Secara umum Al Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab, karena Rasulullah Muhammad sebagai penerima wahyu adalah orang Arab yang hanya berbahasa Arab. Perhatikan ayat-ayat berikut :
Dan jikalau Kami jadikan al-Qur’an itu suatu bacaan dalam bahasa selain bahasa Arab (Rasul dan orang-orang Arab) tentulah mereka mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya”.Apakah (patut al-Qur’an) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab. (QS. 41:44)
Sesungguhnya Kami mudahkan al-Qur’an itu dengan bahasamu (lisan, bahasa orang Arab) supaya mereka mendapat pelajaran. (QS. 44:58)

Alasan lainnya pastilah terkait dengan karakteristik Al-Qur’an itu sendiri, sehingga bahasa lain dianggap tidak layak digunakan oleh Al-Qur’an . Maka untuk menjawabnya, kita perlu tahu karakteristik Al-Qur’an itu sendiri.

1. Al-Qur’an untuk Semua Manusia

Berbeda dengan kitab suci agama sebelum Islam yang diperuntukkan khusus kepada kalangan terbatas , Al-Qur’an diperuntukkan untuk seluruh makhluk melata yang bernama manusia. Maka bahasa yang digunakan Al-Qur’an haruslah bahasa yang punya posisi strategis bagi semua bangsa manusia. Dan bahasa itu adalah bahasa arab dengan sekian banyak alasannya. Di antaranya:

a. Bahasa arab adalah bahasa tertua di dunia.

Sebagian ahli sejarah bahasa mengatakan bahwa Nabi Adam as dan istrinya Hawwa adalah manusia yang pertama kali menggunakan bahasa Arab . Sebab mereka diciptakan di dalam surga, dimana ada dalil yang menyebutkan bahwa bahasa penduduk surga adalah bahasa arab. Ketika Adam as menjejakkan kaki pertama kali di permukaan planet bumi, maka bahasa yang dilafadzkannya tentu bahasa arab.

Kalau kemudian anak-anak Adam berkembang biak dan melahirkan jutaan bahasa yang beragam di muka bumi, semua berasal dari bahasa arab. Jadi bahasa arab memang induk dari semua bahasa yang dikenal umat manusia. Wajar pula bila Al-Qur’an yang diperuntukkan untuk seluruh umat manusia menggunakan bahasa yang menjadi induk semua bahasa umat manusia.

b. Bahasa Arab Paling Banyak Memiliki Kosa Kata

Sebagai induk dari semua bahasa di dunia dan tetap digunakan umat manusia hingga hari ini, wajar pula bila bahasa Arab memiliki kosa kata dan perbendaharaan yang sangat luas dan banyak. Bahkan para ahli bahasa Arab menuturkan bahwa bahasa Arab memiliki sinonim yang paling menakjubkan . Kata unta yang dalam bahasa Indonesia hanya ada satu padanannya, ternyata punya 800 padanan kata dalam bahasa arab, yang semuanya mengacu kepada satu hewan unta. Sedangkan kata ‘anjing’ memiliki 100-an padanan kata.

Fenomena seperti ini tidak pernah ada di dalam bahasa lain di dunia ini. Dan hanya ada di dalam bahasa arab, karena faktor usia bahasa arab yang sangat tua, tetapi tetap masih digunakan sebagai bahasa komunikasi sehari-hari hingga hari ini. Dengan alasan ini maka wajar pula bila Alloh SWT memilih bahasa arab sebagai bahasa yang dipakai di dalam Al-Qur’an.




2. Al-Qur’an Berlaku Sepanjang Masa

Berbeda dengan kitab suci agama lain yang hanya berlaku untuk masa yang terbatas , Al-Qur’an sebagai kitab suci diberlakukan untuk masa waktu yang tak terhingga, bahkan sampai datangnya kiamat. Maka bahasa yang digunakan Al-Qur’an haruslah bahasa yang tetap digunakan oleh umat manusia sepanjang zaman.

Kenyataannya, sejarah manusia belum pernah mengenal sebuah bahasa pun yang tetap eksis sepanjang sejarah . Setiap bahasa punya usia, selebihnya hanya tinggal peninggalan sejarah. Bahkan bahasa Inggris sekalipun masih mengalami kesenjangan sejarah. Maksudnya, bahasa Inggris yang digunakan pada hari ini jauh berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh orang Inggris di abad pertengahan. Kalau Ratu Elizabeth II masuk ke lorong waktu dan bertemu dengan ‘mbah buyut’-nya, King Arthur, yang hidup di abad pertengahan, mereka tidak bisa berkomunikasi, meski sama-sama penguasa Inggris di zamannya. Mengapa?

Karena meski namanya masih bahasa Inggris, tapi kenyataannya bahasa keduanya jauh berbeda. Karena setiap bahasa mengalami perkembangan, baik istilah maupun grammar-nya. Setelah beratus tahun kemudian, bahasa itu sudah jauh mengalami deviasi yang serius.

Yang demikian itu tidak pernah terjadi pada bahasa Arab. Bahasa yang diucapkan oleh nabi Muhammad SAW sebagai orang arab yang hidup di abad ke-7 masih utuh dan sama dengan bahasa yang dipakai oleh Raja Abdullah, penguasa Saudi Arabia di abad 21 ini. Kalau seandainya keduanya bertemu dengan mesin waktu, mereka bisa ‘ngobrol ngalor ngidul’ hingga subuh dengan menggunakan bahasa arab.

Dengan kenyataan seperti ini, wajarlah bila Alloh SWT memilih bahasa arab sebagai bahasa Al-Qur’an Al-Kariem yang abadi. Kalau tidak, boleh jadi Al-Qur’an sudah musnah seiring dengan musnahnya bahasanya.



3. Al-Qur’an Mengandung Informasi yang Padat

Diantara keistimewaan bahasa arab adalah kemampuannya menampung informasi yang padat di dalam huruf-huruf yang singkat. Sebuah ungkapan yang hanya terdiri dari dua atau tiga kata dalam bahasa arab, mampu memberikan penjelasan yang sangat luas dan mendalam. Sebuah kemampuan yang tidak pernah ada di dalam bahasa lain.

Makanya, belum pernah ada terjemahan Al-Qur’an yang bisa dibuat dengan lebih singkat dari bahasa arab aslinya. Semua bahasa umat manusia akan bertele-tele dan berpanjang-panjang ketika menguraikan isi kandungan tiap ayat. Sebagai contoh, lafadz ‘ain dalam bahasa arab artinya ‘mata’, ternyata punya makna lain yang sangat banyak. Kalau kita buka kamus dan kita telusuri kata ini, selain bermakna mata juga punya sekian banyak makna lainnya. Di dalam kamus kita mendapati makna lainnya, seperti manusia, jiwa, hati, mata uang logam, pemimpin, kepala, orang terkemuka, macan, matahari, penduduk suatu negeri, penghuni rumah, sesuatu yang bagus atau indah, keluhuran, kemuliaan, ilmu, spion, kelompok, hadir, tersedia, inti masalah, komandan pasukan, harta, riba, sudut, arah, segi, telaga, pandangan, dan lainnya.

Bahasa lain tidak punya makna yang sedemikian padat yang hanya terhimpun dalam satu kata dan hurufnya hanya ada tiga. Dan wajar pula bila Alloh SWT berkenan menjadi bahasa arab sebagai bahasa untuk firman-Nya yang abadi.

4. Al-Qur’an Mudah Dibaca dan Dihafal

Sesuai dengan fungsi Al-Qur’an yang salah satunya sebagai pedoman hidup pada semua bidang kehidupan, Al-Qur’an harus berisi beragam materi dan informasi sesuai dengan beragam disiplin ilmu. Dan kita tahu bahasa dan istilah yang digunakan di setiap disiplin ilmu pasti berbeda-beda. Dan sangat boleh jadi seorang yang ahli di dalam sebuah disiplin ilmu akan menjadi sangat awam bila mendengar istilah-istilah yang ada di dalam disiplin ilmu lainnya.

Dan kalau beragam petunjuk yang mencakup beragama disiplin ilmu itu harus disatukan dalam sebuah kitab yang simpel, harus ada sebuah bahasa yang mudah, sederhana tapi tetap mengandung banyak informasi penting di dalamnya. Bahasa itu adalah bahasa Arab. Karena bahasa Arab mampu mengungkapkan beragam informasi dari beragam disiplin ilmu, namun tetap cair dan mudah dimengerti. Dan saking mudahnya, bahkan bisa dihafalkan di luar kepala.

Salah satu karakteristik bahasa Arab adalah mudah untuk dihafalkan, bahkan penduduk gurun pasir yang tidak bisa baca tulis pun mampu menghafal jutaan bait syair. Dan karena mereka terbiasa menghafal apa saja di luar kepala, sampai-sampai mereka tidak terlalu butuh lagi dengan alat tulis atau dokumentasi. Kisah cerita yang tebalnya berjilid-jilid buku, bisa digubah oleh orang arab menjadi jutaan bait puisi dalam bahasa arab dan dihafal luar kepala dengan mudah. Barangkali fenomena ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tulis menulis kurang berkembang di kalangan bangsa arab saat itu. Buat apa menulis, kalau semua informasi bisa direkam di dalam otaknya?

Maka sangat wajar kalau Alloh SWT menjadikan bahasa arab sebagai bahasa Al-Qur’an.

5. Al-Qur’an Indah dan Tidak Membosankan

Salah satu keunikan bahasa arab adalah keindahan sastranya tanpa kehilangan kekuatan materi kandungannya. Sedangkan bahasa lain hanya mampu salah satunya. Kalau bahasanya indah, kandungan isinya menjadi tidak terarah. Sebaliknya, kalau isinya informatif maka penyajiannya menjadi tidak asyik diucapkan.

Ada sebuah pintu perlintasan kereta api yang modern. Setiap kali ada kereta mau lewat, secara otomatis terdengar rekaman suara yang membacakan peraturan yang terkait dengan aturan perlintasan kereta. Awalnya, masyarakat senang mendengarkannya, tapi ketika setiap kali kereta mau lewat, suara itu terdengar lagi, maka orang-orang menjadi jenuh dan bosan. Bahkan mereka malah merasa terganggu dengan rekaman suara itu. Ada-ada saja komentar orang kalau mendengar rekaman itu berbunyi secara otomatis.

Tapi lihatlah surat Al-Fatihah, dibaca orang ribuan kali baik di dalam shalat atau di luar shalat, belum pernah ada orang yang merasa bosan atau terusik ketika diperdengarkan. Bahkan bacaan Al-Qur’an itu begitu sejuk di hati, indah dan menghanyutkan. Itu baru pendengar yang buta bahasa arab. Sedangkan pendengar yang mengerti bahasa arab, pasti ketagihan kalau mendengarnya.

Tidak ada satu pun bahasa di dunia ini yang bisa tetap terdengar indah ketika dibacakan, namun tetap mengandung informasi kandungan yang kaya, kecuali bahasa arab. Maka wajarlah bila Alloh SWT berfirman dengan bahasa arab.

Apa yang kami sampaikan ini baru sebagai kecil dari sekian banyak hikmah diturunkannya Al-Qur’an dengan bahasa arab. Kita tidak tahu apa jadinya bila Al-Qur’an ini tidak berbahasa arab. Mungkin bisa jadi Al-Qur’an hanya ada di museum saja.

وَلَوْ جَعَلْنَاهُ قُرْآناً أَعْجَمِيّاً لَّقَالُوا لَوْلَا فُصِّلَتْ آيَاتُهُ أَأَعْجَمِيٌّ وَعَرَبِيٌّ قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاء وَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِي آذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى أُوْلَئِكَ يُنَادَوْنَ مِن مَّكَانٍ بَعِيدٍ

Dan jikalau Kami jadikan al-Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan, “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?… . [QS. Fushshilat: 44]

Wallohu a’lam bish-showab,











TEMPAT  Diturunkannya Al-Qur’an

Menurut tempat diturunkannya, setiap
suratdapat dibagi atas surat-surat Makkiyah (surat Mekkah) dan Madaniyah (surat Madinah). Pembagian ini berdasarkan tempat dan waktu penurunan surat dan ayat tertentu di mana surat-surat yangturun sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinahdigolongkan surat Makkiyah sedangkan setelahnya tergolong surat Madaniyah.

Masa turunnya Al-Qur’an sealam 22 tahun lebih tersebut terbagi dalam dua periode, sebagai berikut:
a.     Periode pertama adalah Makkah. Yaitu, Wahyu Ilahi yang diturunkan sebelum hijrah tersebut di sebut surat/ ayat makkiyah merupakan 19/30 dari Al-Qur’an, yang menurut Ahli Tahkiq selama 12 tahun 5 bulan dan lebih 13 hari. Dan terdiri dari 90 surah yang mencakup 4.773 ayat. surat dan ayatnya pendek-pendek dan gaya bahasanya singkat-padat ( Ijaz ), karena sasaran pertama dan utama pada periode ini adalah orang-orang arab asli ( Suku Quraisy )yang sudah tentu paham benar akan bahasa Arab. Mengenai isi surat/ayat Makkiyah pada umumnya berupa ajakan untuk bertauhid yang murni atau ketuhanan yang Maha Esa secara murni dan juga tentang pembinaan mental dan akhlaq.
b.     Periode kedua adalah periode Madinah. Yaitu, wahyu Ilahi yang turun sesudah hijrah disebut surat/ayat Madaniyyah dan merupakan 11/30 dari Al-Qur’an. Selam 9 tahun 9 bulan lebih 9 hari, yang terdiri dari 24 surah yang meliputi 1463 ayat.  surat dan ayatnya panjang-panjang dan gaya bahasanya panjang lebar dan lebih jelas ( Ithnab ), karena sasarannya bukan hanya orang-orang arab asli, melainkanjuga non arab dari berbagai bangsa  yang telah mulai masuk islam dan sudah tentu mereka belum menguasai bahasa arab. Mengenai isi surat/ayat Madaniyyah pada umumnya berupa norma-norma hukum untuk pembentukan dan pembinaan suatu masyarakat / umat islam dan Negara yang adil dan makmur yang diridhai Allah SWT.
Cara Al-Qur’an itu diwahyukan

 
Nabi Muhammad SAW dalam hal menerima wahyu mengalami bermacam-macam cara dan keadaan, di antaranya:

1. Malaikat memasukkan wahyu itu ke dalam hatinya. Dalam hal ini Nabi Muhamad SAW tidak melihat sesuatu apapun, hanya beliau merasa bahwa itu sudah berada saja dalam kalbunya. Mengenai hal ini Nabi mengatakan: "Ruhul qudus mewahyukan ke dalam kalbuku", (lihat surah (42) Asy Syuura ayat (51).

2. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi berupa seorang laki-laki yang mengucapkan
kata-kata kepadanya sehingga beliau mengetahui dan hafal benar akan kata-kata itu.

3. Wahyu datang kepadanya seperti gemerincingnya loceng. Cara inilah yang amat berat dirasakan oleh Nabi. Kadang-kadang pada keningnya berpancaran keringat, meskipun turunnya wahyu itu di musim dingin yang sangat. Kadang-kadang unta beliau terpaksa berhenti dan duduk karena merasa amat berat, bila wahyu itu turun ketika beliau sedang mengendarai unta. Diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit: "Aku adalah penulis wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah. Aku lihat Rasulullah ketika turunnya wahyu itu seakan-akan diserang oleh demam yang keras dan keringatnya bercucuran seperti permata. Kemudian setelah selesai turunnya wahyu, barulah beliau kembali seperti biasa".

4. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi, tidak berupa seorang laki-laki seperti keadaan no. 2, tetapi benar-benar seperti rupanya yang asli. Hal ini tersebut dalam Al-Qur’an surah (53) An Najm ayat 13 dan 14 yang artinya:
Sesungguhnya
Muhammad telah melihatnya pada kali yang lain (kedua). Ketika ia berada di Sidratulmuntaha.


Tahap-tahap Al-Qur’an di turunkan
            Yang dimaksud dengan “ tahap-tahap turunnya Al-Qur’an” ialah tertib dari fase-fase disampaikan kitab suci Al-Qur’an, mulai dari sisi Allah hingga langsung kepada Nabi Muhammad SAW, kitab suci ini tidak seperti kitab-kitab suci sebelumnya. Sebab kitab suci ini diturunkan secara bertahap, sehingga betul-betul menunjukkan kemukjizatannya. 
            Allah SWT telah memberikan penghormatan kepada Al-Qur’an dengan membuat turnnya tiga tahap;

·        Tahap Pertama Turun Di Lauh Mahfudz (اللوح المحفوظ )
sebagaimana dalm firman allah:
بل هو قرأن مجيد . في لوح محفوظ.
Artinya: bahkan yang di dustakan itu ialah Al-Qur’an yang mulia, yang tersimpan di Lauhul Mahfudz ( QS. Al-Buruj 21).
Wujudnya Al-Qur’an di Lauhu Mahfudz adalah dalam suatu cara dan tempat yang tidak bisa diketahui kecuali oleh Allah sendiri. dalam Lauhul Mahfudz Al-Qur’an berupa kumpualn lengkap tidak terpisah-pisah.
Hikmah dari Tanazul tahap pertama ini adalah seperti hikmah dari eksistensi Lauhul Mahfudz itu sendiridan fungsinya sebagai tempat catatan umum dari segala hal yang ditentukan dan diputuskan Allah dari segala makhluq alam dan semua kejadian. Dan membuktikan kebesaran kekuasaan Allah SWT dan keluasaan ilmunya serta kekuatan kehendak dan kebijaksanaa-Nya

·        2. Tahap Kedua Di Baitul Izzah (بيت العزة )
yaitu tempat mulia di langit yaitu langit pertama, atau langit yang terdekat dengan bumi. Berdasarkan firman allah:
إِِِِنَّا أَنْزَلْناَهُ فِى لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ
      Artinya: sesungguhanya kami menurunkannya (al-qur’an )pada suatu malam yang              diberkahi. (QS. Ad-dukhan: 3)
            Ayat tersebut menunjukkan turunnya Al-Qur’an tahap kedua ini dan cara turunnya, yaitu secara sekaligus turun seluruh isi al-qur’an dari lauhul mahfudz ke baitul izzah, sebelum di sampaikan ke nabi Muhammad SAW

·        Tahap ketiga.
            Al-Qur’an turun dari dari Baitul Izzah di langit dunia langsung kepada nabi Muhammad. Artinya, Al-Qur’an disampaikan langsung kepada Nabi Muhammad, baik melalui perantara Malaikat Jibril ataupun secara langsung ke dalam hati sanubari nabi Muhammad SAW, maupun dari balik tabir.
      Dalilnya ayat Al-Qur’an antara lain:
ولقد أنزلناه إليك ايت بينت
Artinya: dan sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas.” (Q.S. al-baqoroh:99)
نزل به الروح الامين . على قلبك لتكون من المنذربن
Artinya: ia (al-qur’an ) dibawa turun oleh Ar-Ruhul Al-Amin (Jibril) kedalam hatimu (Muhammad)agar kamu menjadi salah seorang diantara orang-orang yang memberi peringatan.” (Q.S. asy-syu’ara: 193-194)

Alasan Al-Qur’an Diturunkan Secara Berangsur-angsur

Al-Qur'an tidak turun sekaligus, Al-Qur'an turun secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Oleh para ulama membagi masa turun ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah. Periode Mekkah berlangsung selama 12 tahun masa kenabian Rasulullah SAW dan surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat Makkiyyah. Sedangkan periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10 tahun dan surat yang turun pada kurun waktu ini disebut surat Madaniyah. Alasan Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur itu ialah:
Pertama,    Pengokohan hati Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Berdasarkan firman Allah ‘Azza wa Jalla pada surat Al-Furqan, ayat 32—33,
“Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?” Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.”
Kedua, Memberi kemudahan bagi manusia untuk menghapal, memahami serta mengamalkannya, karena Al-Quran dibacakan kepadanya secara bertahap. Berdasarkan firman Allah ‘Azza wa Jalla dalam surat Al-Isra`, ayat 106,
“Dan Al Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.”
Memberikan semangat untuk menerima dan melaksanakan apa yang telah diturunkan di dalam Al-Quran karena manusia rindu dan mengharapkan turunnya ayat, terlebih lagi ketika mereka sangat membutuhkannya.
Penetapan syariat secara bertahap sampai kepada tingkatan yang sempurna.
Seperti yang terdapat dalam ayat khamr, yang mana manusia pada masa itu hidup dengan khamr dan terbiasa dengan hal tersebut, sehingga sulit jika mereka diperintahkan secara spontan meninggalkannya secara total.
1.     Maka untuk pertama kali turunlah firman Allah ‘Azza wa Jalla (yaitu, surat Al-Baqarah ayat 219) yang menerangkan keadaan khamr. Ayat ini membentuk kesiapan jiwa-jiwa manusia untuk pada akhirnya mau menerima pengharaman khamr, di mana akal menuntut untuk tidak membiasakan diri dengan sesuatu yang dosanya lebih besar daripada manfaatnya.
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfa’at bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfa’atnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ” Yang lebih dari keperluan.” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.”
2.     Kemudian yang kedua turun firman Allah ‘Azza wa Jalla (yaitu surat An-Nisaa` ayat 43). dalam ayat tersebut terdapat perintah untuk membiasakan meninggalkan khamr pada keadaan-keadaan tertentu yaitu waktu shalat.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub , terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci). sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema’af lagi Maha Pengampun.”
3.     Kemudian tahap ketiga turun firman Allah ‘Azza wa Jalla (yaitu surat Al-Ma-idah ayat 90–92). Dalam ayat tersebut terdapat larangan meminum khamr dalam semua keadaan, hal itu sempurna setelah melalui tahap pembentukan kesiapan jiwa-jiwa manusia, kemudian diperintah untuk membiasakan diri meninggalkan khamr pada keadaan tertentu.
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah , adalah termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). Dan ta’atlah kamu kepada Allah dan ta’atlah kamu kepada Rasul-(Nya) dan berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami, hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.”



Ketiga,  Turunnya sesuatu ayat sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi akan lebih mengesankan dan lebih berpengaruh di hati.

Ke-empat, Memudahkan penghafalan. Orang-orang musyrik yang telah menayakan mengapa Al-Qur’an tidak diturunkan sekaligus. sebagaimana tersebut dalam Al-Qur’an ayat (25) Al Furqaan ayat 32, yaitu:

Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).

Kelima,  Di antara ayat-ayat ada yang merupakan jawaban daripada pertanyaan atau penolakan suatu pendapat atau perbuatan, sebagai dikatakan oleh lbnu ‘Abbas r.a. Hal ini tidak dapat terlaksana kalau Al-Qur’an diturunkan sekaligus.







Sejarah penulisan Al-Qur’an
Penulisan/penghimpunan Al-Qur’an mengalami 3  ( tiga ) periode yaitu:
     
 1.  Penulisan Al-Qur’an pada periode Nabi Muhammad SAW
Nabi menunjuk beberapa sahabat yang pandai tulis baca sebagai penulis        Wahyu, antara lain empat sahabat nabi yang terkemuka, Mu’awiyah, Zaid Bin Tsabit, Ubay Bin Ka’ab Dan Khalid Bin Walid.
Para penulis wahyu itu diperinatah Nabi untuk menuliskan setiap wahyu yang diterimanya dan meletakkan urut-urutanya sesuai dengan petunjuk nabi berdasarkan petunjuk tuhan lewat Jibril. Dan kemudian Nabi bersabda:

ضعوا هذه السورة فى الموضع الذي يذكر فيه كذا ركذا
               Artinya: “letakkan surat ini pada tempat yang disebutkan didalamnya ungkapan ini dan itu”
Kemudian ayat-ayat Al-Qur’an yang telah ditulis dihadapan Nabi di atas benda-benda yang bermacam-macam antara lain batu, tulang, kulit binatang, pelepah kurma dan sebagainya. Semuanya itu disimpan di rumah Nabi dalam keadaan terpencar-pencar ayatnya belum dihimpun dalam suatu  Mushaf Al-Qur’an, dan diperkuat dengan naskah-naskah Al-Qur’an yang dibuat oleh para penulis untuk pribadi masing-masing serta ditunjang oleh hafalan para sahabat yang Hafidz Al-Qur’an yang tidak sedikit jumlahnya, maka semuanya itu menjamin  Al-Qur’an tetap terpelihara secara lengkap dan murni.

      2. Penulisan  Al-Qur’an pada periode Khalifah Abu Bakar
Setelah Nabi wafat dan Abu Bakar diangkat sebagai Khalifah, terjadilah gerakan pembangkangan membayar zakat dan gerakan keluar dari agama islam (Murtad) dibawah pimpinan Musailamah. Gerakan ini segera di tindak Oleh Abu Bakar dengan mengirimkan pasukan di bawah Khalid Bin Walid. Terjadilah clash fisik di Yamamah yang menimbulkan banyak korban di kalangan Islam termasuk 70 sahabat yang Hafidz Al-Qur’an terbunuh sebagai Syuhada’

Peristiwa itu mendorong umar untuk menyarankan kepada Khalifah segera menghimpun  ayat-ayat Al-Qur’an dalam satu mushaf, karena kawatir kehilangan sebagian Al-Qur’an dengan wafatnya sebagian  para penghafalnya. Ide sahabat Umar di terima oleh Abu Bakar, kemudian  ia memerintahkan Kepada Zaid Bin Tsabit agar segera menghimpun ayat-ayat Al-Qur’an dalam satu mushaf/suhuf
Zaid sangat berhati-hati dalam menjalankan tugas ini, ia berpegangan pada dua hal, ialah:
         Pertama, Ayat-ayat Al-Qur’an yang ditulis di hadapan nabi dan di simpan di rumah Nabi  Muhammad SAW.
         Kedua,   Ayat-ayat yang dihafal oleh para sahabat yang Hafidz Al-Qur’an.

Zaid tidak mau menerima tulisan ayat-ayat Al-Qur’an kecuali kalau disaksikan dengan dua orang saksi yang adil bahwa ayat itu benar-benar ditulis dihadapan Nabi atas perintah/ petunjuknya. Tugas penulisan ini oleh zaid dapat di laksanakan dalam waktu kurang lebih 1 (satu) tahun, yakni antara sesudah terjadi perang Yamamah dan sebelum Abu Bakar wafat.
Mushaf karya Zaid Bin Tsabit ini kemudian disimpan oleh Abu Bakar dan kemudian Umar  setelah Abu Bakar wafat,. Kemudian disimpan hafsah setelah Umar mangkat atas pesan Umar, dengan pertimbangan bahwa Hafsah adalah istri nabi yang hafidz Al-Qur’an dan pandai baca tulis.


3. Penulisan/ penghimpunan Al-Qur’an periode Khalifah Utsman Bin Affan
Pada masa pemerintahan Utsman, terjadilah perbedaan bacaan Al-Qur’an di kalangan umat islam dan kalau dibiarkan, bisa menggganggu persatuan dan kesatuan umat Islam. Karena itu sahabat Hudzaifah menyarankan kepada khalifah agar berusaha mengusahakan keseragaman bacaaan Al-Qur’an.

Khalifah Utsman dapat menerima ide Hudzaifah, kemudian membentuk panitia terdiri dari empat orang, yakni: Zaid Bin Tsabit, Sai’id Bin Al-Ash, Abdullah Bin Al-Zubair Dan Abdurrahman Bin Harits Bin Hisyam. Panitia ini diketuai oleh Zaid dan bertugas menyalin Al-Qur’an yang disimapn oleh Hafsah, sebab suhuf Hafsah ini di pandang sebagai naskah Al-Qur’an standart.

Panitia Zaid diperintah menyalin suhuf Hafsah dalam jumlah beberapa buah untuk dikirimkan ke beberapa daerah Islam disertai intruksi bahwa semua suhuf yang berbeda dengan Mushaf Utsman yang terkirim itu harus di musnahkan / dibakar.

Setelah panitia Zaid berhasil melaksanakan tugasnya, mushaf Hafsah yang dipinjamnya dikembalikan ke Hafsah. Marwan Bin Al-Hakam seoarang Khalifah Bani Umayyah, pernah meminta Hafsah agar suhufnya dibakar, tetapi ditolak oleh Hafsah. Baru setelah hafsah wafat, suhufnya di ambil oleh Marwan dan kemudian dibakarnya. Tindakannya terpaksa dilakukan, demi untuk menagamankan keseragaman mushaf Al-Qur’an yang telah diusahakan oleh Khlaifah Utsman, dan lagi untuk menghindari keragu-raguan umat Islam di masa yang akan datang terhadap mushaf Al-Qur’an, jika masih terdapat dua macam naskah (Suhuf Hafsah dan Mushaf Utsman). Mushaf inilah yang kita kenal sampai sekarang dengan nama Mushaf Utsmaniyah.








KETIKA Al-Ghasyiyah menyusup di hari JUMAT
(Al Qolbi Yatakalamu - alkhomsa.com)

Hari itu adalah hari Jumat,.. hari yang sangat mulia bagi kita umat Islam. Sepulang dari masjid setelah menunaikan sholat jumat, hati ini duduk di sebuah kursi dan bersandar melepas sedikit kepenatan. Sambil nyantai sedikit, kuraih remote televisi di sebelah meja dan kunyalakan televisi. Saluran yang muncul adalah chanel TVRI siaran langsung sholat jumat di Masjid Istiqlal Jakarta.
Suara Imam masjid itu amat sangat merdu dan fasih. sampai-sampai hati ini bermimpi kepingin bisa memiliki suara yang merdu dan fasih (suara yang menyentuh hati). Siaran itu juga ada translate bahasa Indonesianya dari surat yang dibacakan/terjemahannya.
Tak terasa dada ini berdegup kencang dan air mata ini terasa mau meleleh. Padahal surat itu sudah sering aku dengar dan tahu juga terjemahannya. Tapi entah kenapa, kala terdengar ayat dan terjemahan yang ada di running text itu, hati ini terasa amat ketakutan dan ngeri membayangkannya. Kemudian aku ajak ketiga anakku untuk memahami dan merenungi Surat tersebut. Alhamdulillah, ketiga putriku mendengarnya dengan penuh perhatian. Dan semoga niat hati ini untuk men-share keadaan itu, bisa menggugah hati kita serta menjadi bahan muhassabah setiap pribadi muslim. Tiada maksud untuk menggurui, hanya sebatas meretas ilmu yang InsyaAllah bermanfaat.
Surat itu adalah surat Al-Ghashiyah, khususnya pada ayat ke 2 sampai 7.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ
[88:1] Sudah datangkah kepadamu berita (tentang) hari pembalasan?
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ
[88:2] Banyak muka pada hari itu tunduk terhina,
عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌ
[88:3] bekerja keras lagi kepayahan,
تَصْلَى نَاراً حَامِيَةً
[88:4] memasuki api yang sangat panas (neraka),
تُسْقَى مِنْ عَيْنٍ آنِيَةٍ
[88:5] diberi minum (dengan air) dari sumber yang sangat panas.
لَّيْسَ لَهُمْ طَعَامٌ إِلَّا مِن ضَرِيعٍ
[88:6] Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri,
لَا يُسْمِنُ وَلَا يُغْنِي مِن جُوعٍ
[88:7] yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar.
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَّاعِمَةٌ

Surat ini terdiri atas 26 ayat, termasuk surat-surat Makkiyah, diturunkan sesudah surat Adz Dzaariat. Nama Ghaasyiyah diambil dari kata Al-Ghaasyiyah yang terdapat pada ayat pertama surat ini yang artinya peristiwa yang dahsyat, tetapi yang dimaksud adalah Hari Kiamat.
Nu’man bin Basyir ra berkata, “Rasulullah saw membaca surat Al-A’laa dan Al-Ghasiyah pada sholat Jum’at dan sholat ‘Id (‘Idul Fithri dan Adha).” (HR. Muslim)
Marilah saudaraku,... kita mengelupas sedikit dari ayat ini, agar hati kita semua bisa merasakan dan mengambil hikmah darinya. Dan kita jadikan pedoman agar kita tidak bermain-main dalam berkehidupan, serta tidak menganggap remeh dan biasa-biasa saja dengan "Hari Kemudian". Baca dengan perlahan dan resapi sambil sesekali memejamkan mata, membayangkan keadaan akan makna ayat-ayat tersebut.

"Sudah datangkah kepadamu berita (tentang) hari pembalasan?" Pertanyaan retorik ini merupakan penggambaran akan kebesaran /kedahsyatan dari apa yang ditanyakan. Adalah sudah menjadi kebiasaan manusia ketika hendak menggambarkan suatu hal yang sangat dahsyat dengan menanyakan "Tahu-kah kamu akan...?". Demikianlah dalam ayat ini, melalui pertanyaan retorik tersebut, Allah swt menggambarkan kedahsyatan dari apa yang ditanyakan tersebut, yakni Al Ghasiyah, hari kiamat.
Menurut sumber lain, kalimat ini tidak dimaksudkan sebagai kalimat tanya sesungguhnya. Ia hanya dimaksudkan sebagai pembangkit rasa takjub bagi pendengarnya, disamping untuk memancing rasa ingin tahu pendengarnya. Kalimat ini berupaya mengarahkan pikiran dari pendengarnya tentang hari kiamat.
Dinamakan Al-Ghasyiyah karena pada hari itu wajah orang-orang kafir menghitam diliputi kehinaan seperti termaktub dalam firman Allah (QS. Al-Ankabut: 55). Demikian juga orang-orang munafiq akan mendapat kehinaan karena kehidupannya di dunia penuh dengan tipu muslihat; mereka berpura-pura beriman, berpura-pura dalam ibadah dan berpura-pura baik kepada orang-orang beriman padahal sebetulnya tidak. Sudah sepantasnya mereka diliputi kehinaan dan mereka akan ditinggalkan orang-orang yang beriman dalam kegelapan. Akhirnya mereka pun sadar dan memanggil-manggil orang beriman untuk sekadar mendapatkan cahaya, akan tetapi sudah terlambat (QS. Al-Hadid:13). Pada hari itu tidak ada yang dapat menyelamatkan manusia kecuali amal kebajikan yang pernah ia kerjakan dulu di dunia. Sungguh rugi orang-orang yang tidak beriman, amalnya tidak diterima (QS.Ali-Imron: 31 dan QS. Al-Ashr: 2).

Ayat 2: Artinya: "Banyak muka pada hari itu tunduk terhina" Allah swt menerangkan kondisi orang-orang kafir, yakni wajah mereka penuh ketakutan, hina, tertunduk. Di dunia mereka merasa tinggi, merasa hebat dan merasa sombong. Di akhirat mereka dibuat hina oleh Allah swt.

Ayat 3 Artinya: "Bekerja keras lagi kepayahan" Mereka capek-capek bekerja di dunia. Menurut tafsir dari Al-Qasyani, setelah orang-orang itu dimasukkan ke dalam neraka, bekerja keraslah dia, berpayah lelah, berusaha hendak naik dari dalamnya. Hendak melepaskan diri karena sakitnya azab. Namun usahanya itu hanya mendatangkan lelah saja, karena dia tidak akan dapat keluar, sebelum azab siksaannya selesai. Atau bekerja keras siang dan malam karena dikerahkan, dipaksa dan dihantam oleh Malaikat Zabaniyah yang menjaga neraka itu.
Dan kata Al-Qasyani pula; boleh juga ditafsirkan bahwa orang-orang ini di kala hidupnya di dunia dahulu, bekerja keras siang dan malam, berpayah lelah menghabiskan tenaga mengejar kemewahan dunia, mengumpul harta, mengumpul kekayaan; namun faedah yang didapatnya untuk akhirat tidak ada sama sekali.”
Berapa banyak orang bekerja keras, bersusah payah mempertahankan kedudukan, kekayaan dan berbagai kemegahan dalam dunia. Padahal yang dikejar hanyalah suatu fatamorgana belaka. Sehabis-habis tenaga ajal pun datang. Selain dari lapisan kain kafan tak ada yang dibawa pulang ke hadhirat Allah. Amal tak ada, jasa tak ada, bekal pun tidak.
Saudaraku.... marilah kita bertanya pada diri kita masing-masing, Apakah kita termasuk yang demikian? berusaha payah, jungkir balik, istilahnya kepala jadi kaki dan kaki jadi kepala. Atau dalam hal ibadah, baik itu sholat kita, shodaqoh kita, puasa kita, zakat kita, haji kita, serta amal perbuatan kita, amatlah kurang didasari "Keikhlasan" karena Allah. Yang jadi masalah adalah : Terkadang ibadah kita sajapun, masih banyak didasari oleh karena pandangan orang lain, dan bukan pandangan Allah. Bukannya hati ini menuduh orang lain, akan tetapi adalah karena diri pribadi inipun masih sering terjebak di dalamnya. Marilah saudaraku... kita semua belajar bersama tentang keikhlasan kita dalam beribadah kepada Allah.

Ayat 4 Artinya: "Memasuki api yang sangat panas (neraka)" Akan tetapi akhirnya mereka di bakar dalam api neraka. Kata "haamiyah" berarti panas yang sangat panas, puncaknya panas. Dari Abu Hurairah radhiyallaahu anhu beliau berkata, “Rasulullah shallallaahu alaihi wa salam bersabda, ‘Api kalian, yang dinyalakan oleh anak Adam, hanyalah satu dari 70 bagian nyala api Jahannam. Para shahabat kemudian mengatakan, ‘Demi Allah! Jika sepanas ini saja niscaya sudah cukup wahai Rasulullah! Rasulullah menjawab, ‘Sesungguhnya masih ada 69 bagian lagi, masing-masingnya semisal dengan nyala api ini’”. Saudaraku... menginjak putung rokok saja, kita mencak-mencak. Tersenggol knalpot kendaraan saja rasa panasnya berhari-hari. Bagaimana kalau di bakar hidup-hidup? melihatnya saja sudah ngeri. Apalagi membayangkan tentang hadist diatas. Manusia yang normal pasti "Ngeri"

Ayat 5 Artinya: "Diberi minum (dengan air) dari sumber yang sangat panas" Minumannya dari air yang sangat panas... Kata "aaniyah", memiliki arti yang sama dengan "haamiyah" pada ayat sebelumnya, yakni panas yang sangat panas, yang merupakan puncaknya panas. Hamiim ialah air yang mendidih oleh panasnya api Jahannam, yang mampu melelehkan isi perut dan menceraiberaikan kulit mereka yang meminumnya. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dengan air itu dihancur luluhkan segala apa yang ada dalam perut mereka dan juga kulit (mereka)” (QS. Al Hajj : 20).[15]

Pernahkah saudaraku semua meminum air yang panas yang disajikan (Kopi,Teh, dll) ? Kita harus menunggu dulu beberapa saat, atau kalau sudah ndak tahan, kita mengilingnya dalam lepekan(piring kecil). Bagaimana dengan hal di atas? Naudzubillahimindzalik. Semoga kita semua terhindar dari kepedihan itu.
Di dalam dunia ini pun ada orang yang merasakan demikian itu. “Nasi dimakan rasa sekam, air diminum rasa duri.” Atau laksana orang meminum air laut, tambah diminum tambah haus. Kepuasan tidak ada, haus tidak lepas. Sebab yang dicari bukan obat penawar, melainkan upas racun.

Ayat 6 Artinya: "Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri" Tidak ada makanan lagi bagi mereka kecuali kayu dhorii' yakni sejenis pohon berduri yang sangat menjijikan lagi pahit rasanya. “Tidaklah ada untuk mereka makanan, kecuali dari duri.” , yang menyangkut dalam kerongkongan, dikeluarkan kembali susah, ditelan ke dalam tak mau turun ke perut. Saudaraku... tersedak saja rasanya sakit, apalagi ada duri yang menancap di kerongkongan serta masuk menghancurkan perut kita. Yang menjadi semakin menakutkan dan amat sangat mengerikan adalah: Bahwa karena tidak ada lagi makanan selain pohon berduri itu, dan rasa lapar itu amat sangat mendera. Dan dengan terpaksa harus memakannya karena dera-an rasa lapar itu. Ibarat kejadian nyata yang pernah terjadi seperti orang yang terkatung-katung dalam perahu di tengah laut selama berhari-hari. Meminum air laut akan semakin membuat rasa haus. Dan tidak akan makanan yang tersisa, sampai-sampai dalam sebuah kejadian, beberapa orang meninggal karena stress dan kelaparan. Dan tersisa satu orang yang selamat setelah berhari-hari ditemukan. Dan orang yang selamat itu dalam mempertahankan hidupnya dengan cara memakan kertas-kertas yang di kapalnya. Ini membuktikan bahwa apapun akan dimakan untuk memenuhi dera-an rasa lapar. Satu hikmah lagi adalah;" Iya kalau di dunia ini kita kelaparan yang sangat dan berakhir dengan kematian. Setelah mati ya..sudah. Akan tetapi yang sangat tragis adalah pada saat di neraka, setelah mati akan dihidupkan lagi. Begitu seterusnya berulang-ulang dan terus menerus menghadapi kengerian itu. Belum lagi rasa mati sakaratul maut yang amat mengerikan. Hidup dan mati berulang-ulang berarti sama halnya dengan mengalami sakaratul maut berulang-ulang. Semoga hikmah ini menjadi pelajaran bagi kita semua.
Ayat 7 Artinya: "yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar" Semakin dimakan semakin terasa lapar... Inilah gambaran Allah tentang neraka. Makanan tersebut tidak bisa dijadikan sebagai pelepas rasa lapar dan tidak pula menggemukan badan. Makanan tersebut tidak berfaedah, makanya Allah swt menamakannya Ad-Dari’. Sesungguhnya makanan tersebut hanya sebuah kiasan saja. Sebab di alam akhirat tidak ada kejadian dengan pertumbuhan badan dan pelapukan sesuatu sebagai mana kehidupan di dunia. Semua yang terjadi di alam akhirat diungkapkan secara analogis dengan kejadian di dunia, dan bukan berarti sama atau sejenis.

Begitu mengerikannya sehingga para sahabat ketika mendengar ayat-ayat ini tersungkur menangis karena merasa takut. Kondisi tersebut tidak kita dapati sekarang ini, dimana ayat-ayat ini hanya menjadi informasi saja yang tidak menyentuh hati. Secara logika, jika untuk mencari kesenangan duniawi saja seseorang harus bekerja keras, apalagi lagi untuk bisa masuk surga, dimana kesenangan tiada batasnya. Rasulullah saw dan para sahabat tidak pernah berhenti bekerja keras.

Kondisi umat islam dewasa ini hampir menyerupai kaum kafir, dimana mereka bekerja keras tiada kenal lelah untuk mencari kehidupan dunia. Hanya, orang muslim diselingi dengan sebentar shalat. Itupun secukupnya saja. Saudaraku yang terkasih......,Contoh yang paling konkrit adalah pada saat kumandang adzan terdengar, kebanyakan dari kita tidak beranjak menuju masjid, akan tetapi lebih menyukai menundanya atau bahkan meninggalkanya hanya karena urusan duniawi. Benar?

Imam Abdur Rozzaq, Ibnul Mundziri dan Al-Hakim meriwayatkan atsar dari Imron Al-Juwaini bahwa beliau bercerita: ”Umar bin al-Khattab lewat didepan pendeta kemudian dikatakan kepada pendeta tersebut, ‘Ini adalah Amirul Mu’minin.’ Kemudian Umar memperhatikan keadaan pendeta tersebut dengan seksama; dimana pendeta tersebut sangat menderita karena ia tidak senang lagi dengan dunia (hidupnya didalam gereja saja). Melihat keadaan pendeta tersebut Umar menangis, para sahabatnya berkata, “Kenapa engkau menangisinya padahal ia seorang nashrani?” Umar menjawab, ”Justru itulah saya menangis, karena saya kasihan dia bersusah payah beribadah (menurut ajaran nashrani) akan tetapi ia tetap akan masuk neraka.”

Adapun didalam neraka terdapat minuman yang mendidih yang dapat merobek lambung dan memutuskan usus. Serta makanannya penuh dengan duri, yang tidak mengenyangkan dan juga tidak membikin gemuk.

Demikian saudaraku, sekelumit hikmah yang ada pada hati ini. Semoga bisa bermanfaat pada hati lainnya.


alkhomsa say,..
" Hidup ini adalah pelajaran. Orang yang senantiasa mau belajar memetik setiap hikmah dari setiap kejadian dan peristiwa dalam hidupnya, serta selalu bersandar pada kebesaran Allah, insyaAllah akan memperbaiki setiap langkahnya menuju kebahagian hidup dijalan Allah. Senjata utamanya adalah keikhlasan dan tawakal kepada Allah. Pelurunya adalah rasa syukur atas setiap kejadian yang menimpa. Dan sasaran tembaknya adalah untuk mendapatkan keridhoan Allah." semoga bermanfaat wahai saudaraku semua.
Bila WAKTU berucap….
(alkhomsa- Al Qolbi Yatakalamu)

Diawal tahun ini,.. tahun 2014, entah mengapa hati ini merasakan hari berganti semakin cepat. Mungkin antum juga merasakannya, dimana setiap jam bergulir tajam. Tahu-tahu sudah dhuhur, …ashar,… magrib, …isya`, malam hari kemudian subuh dan pagi menjelang, dan terus berputar cepat. Tahun berganti juga terasa cepat, kayaknya baru kemarin awal tahun 2013, sekarang udah masuk bulan januari akhir di tahun 2014.Apa karena usia kita yang sudah tidak muda lagi ? Tapi anehnya, anakku yang sekarang usia hampir 14 tahun juga pernah merasakan cepatnya waktu bergulir.
Dalam sebuah hadist dikatakan,
أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بَحْرَانَ ، قَالَ : حَدَّثَنَا النُّفَيْلِي ، قَالَ : حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ مُعَاوِيَةَ ، عَنِ سُهَيْلِ بْنِ أَبِي صَالِحٍ ، عَنْ أَبِيْهِ أِبِي صَالِحٍ ، عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : « لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى يَتَقَارَبَ الزَّمَانُ ، فَتَكُوْنَ السَّنَةُ كَالشَّهْرِ ، وَيَكُوْنَ الشَّهْرُ كَالْجُمُعَةِ ، وَتَكُوْنَ الْجُمُعَةُ كَالْيَوْمِ ، وَيَكُوْنَ الْيَوْمُ كَالسَّاعَةِ ، وَتَكُوْنَ السَّاعَةُ كَاحْتِرَاقِ السَّعَفَةِ  أَوِ الْخُوْصَةِ »
Telah menghabarkan kepada kami Ahmad bin Abdullah Bahran, ia berkata : telah menceritakan kepada kami An Nufaili, ia berkata : telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Mu’awiyah, dari Suhail bin Abi Shalih, dari Bapaknya ( Abi Shalih ), dari Abi Hurairah Ra, ia berkata : Rasulullah Saw bersabda : Tidak akan terjadi kiamat sehingga waktu saling berdekatan (berjalan cepat), maka setahun seperti sebulan, sebulan seperti sepekan, sepekan seperti sehari, sehari seperti sejam, dan satu jam waktunya  seperti membakar satu daun kurma. (HR. Ahmad bin Hambal rahimahullah dalam Musnadnya no.10956, dan At-Tirmidzi dalam al-Jami’ish shahih Sunan at-Tirmidzi no.2332 dari Anas RA dan dinyatakan shahih oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Jaami’ no.7422)

Nah, untuk bisa menjelaskan tetang hal ini, maka akan lebih bermutu bila kita mengkajinya dengan pengetahuan ilmiah moderen saat ini. Salah satunya yang pernah diungkapkan oleh seorang cendikiawan Muslim, Harun Yahya. Menurutnya, saat ini waktu memang terasa berputar lebih cepat. Perjalanan yang dulu berlangsung beberapa bulan, kini dapat dilakukan dalam beberapa jam. “Dengan perbandingan yang lebih aman, lebih mudah, dan format yang lebih nyaman” Ujar Harun Yahya.

Bukti ilmiah lainnya untuk hadits di atas dijelaskan oleh Dr. Ahmad Syauqi. Ia berkata: “Para Ilmuwan telah sampai pada kesimpulan tentang hakekat alam semesta yang sangat mencengangkan, di antaranya adalah bahwa Matahari setelah jutaan tahun akan mengalami kerapatan (kepadatan) molekul-molekulnya, yang pada akhirnya berubah menjadi Matahari yang mengecil, dan sangat padat (rapat). Hal ini mempercepat gerakan Bumi mengitarinya dan semakin cepat juga Bumi berputar terhadap dirinya sendiri (rotasi) di sekeliling Matahari. Maka jadilah satu tahun itu bagi Bumi seperti satu bulan, dan satu bulan seperti satu hari dan seterusnya. Dan demikianlah hadits Rasulullah SAW, ia adalah sebuah kenyataan dan kebenaran, yang beliau ucapkan berdasarkan wahyu dari Allah SWT, yang maknanya secara ilmiah tidak diketahui oleh manusia, kecuali pada zaman kita sekarang ini. Engkau benar wahai kekasihku, kekasih dan kekasih seluruh kaum Muslimin (maksudnya adalah Rasulullah SAW). Maka perkataanku ini aku tujukan untuk kaum Muslimin secara umum dan untuk orang-orang non muslim secara khusus, aku ingin berkata kepada non muslim: “Lihatlah oleh kalian semua apa yang telah dikatakan oleh Rasul yang mulia Muhammad SAW semenjak (lebih dari) seribu tahun yang lalu, dan sekarang ilmu pengetahun modern telah sampai kepada hakikat apa yang disabdakan oleh beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam

Lalu bagaimana sikap kita tehadap fenomena besar ini ? Akankah hanya kita sikapi sebagai suatu kewajaran belaka ? atau bersikap masa bodoh ? Atau kita menyikapinya dengan mempersiapkan diri kita, mengambil hikmah yang dalam akan kebesaran Allah. Marilah saudaraku,… kita dekatkan diri kita kepada Allah, kita siapkan bekal sebanyak-banyaknya agar tidak ada penyesalan kelak. Kita ikuti langkah lurus junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam“.
Dalam sub tema bahasan kali ini, kita tidak membahas akan tanda-tanda kiamat. Akan tetapi yang kita bahas adalah mengenai “sang WAKTU”. Agar supaya kita bisa mengambil hikmah terbaik utamanya untuk diri pribadi dan anak istri kita. Juga sebagai pemicu akan memanfaatkan waktu di jalan Allah. Karena pada hakekatnya kita ini amat sangat....sangat.. dan sangat kecil dihadapan Allah.
Allah telah memberikan sifat Ar-Rahman Ar-Rahim-Nya kepada kita semua sebagai hamba Allah. Tapi terkadang kita lupa merasakan berbagai nikmat yang dikaruniakan Allah  kepada kita, baik yang ada dalam organ tubuh, kebutuhan keseharian, alam sekitar kita, maupun alam semesta ini semuanya, adalah semata-mata buah dari kasih sayang-Nya, yang mengharuskan kita untuk tunduk dan bersyukur kepada-Nya, serta membalasnya dengan ketaatan, bukan dengan kemaksiatan dan kerusakan.
Mari kita mulai berhitung secara umum saja, karena setiap orang mempunyai kebiasan masing-masing dalam hidupnya.
Misal dalam sehari kegiatan yang kita lakukan:                                                                   Waktu untuk ibadah kepada Allah:                                                                                    Sholat (setiap sholat kurang lebih 10 menit) = 10x5 waktu = 50 menit                  Sholat sunnah, global saja 25 menit                                                                           Membaca Al Quran (dalam sehari semalam) = 20 menit                                                Dzikir 5 menit ba`da sholat fardhu = 5x5 =25 menit                                                                                                                      Total semua adalah 120 menit / 2 jam dalam sehari                                                  Sisa waktu = 24 jam – 2 jam = 22 jam
Kemudian kita gunakan untuk:                                                                                   Makan(misal setiap makan 10 menit)x3 kali makan = 30 menit                                     Kerja atau sekolah = 8 jam                                                                                                      Menelpon = 30 menit                                                                                                   Menonton televisi = 5 jam                                                                                                      Tidur siang dan malam = 8 jam                                                                                    Mengobrol tentang hal dunia = 5 jam                                                                                           Lain-lain  = sekian jam
Misal umur kita sekarang 63 tahun, maka:
Waktu untuk ibadah kita (sholat,ngaji dzikir) = 2 jam x (360 hari x 63)=45.360 jam kalau dijadikan hari 45.360 : 24 = 1890 hari = 5 tahun 8 bulan
Padahal usia 63 tahun ini saya hitung ketika kita baru lahir,sedang kita mulai sholat sejak umur berapa tahun?? belum lagi apa benar sholat kita selama 10 menit?? Apa benar kegiatan ibadah diatas dilakukan dengan istiqomah? bagaimana jika kita mengambil paket sholat ekspress?? Apalagi yang sholatnya bolong-bolong atau mengambil jalur by pass alias babarblas tidak sholat.        Belum lagi para wanita yang harus ada masa haid dan nifas. Untuk mengetahui hitungan lebih akurat, antum hitung saja sendiri sesuai dengan ritme hidup antum.
Kita lihat perbandingannya ! untuk kepentingan kehidupan akhirat yang abadi dan kekal kita hanya menyisihkan waktu 5 tahun 8 bulan dari umur rata-rata manusia 63 tahun, tapi untuk kehidupan dunia yang fana, yang pasti akan kita tinggalkan, kita telah menghabiskan waktu selama 57 tahun 2 bulan ! lebih 80 persen dari umur kita !
Sekarang mari kita hitung hal pasti yang dilakukan manusia, yaitu TIDUR , karena hal ini merupakan fitrah kita semua. Mari kita hitung waktu tidur kita, bila saat usia kita 63 tahun. Anggap saja kita tidur dengan jumlah jam pendek yaitu 8 jam sehari. Padahal pada masa kita kecil  jumlah waktu tidur kita tentu akan lebih dari 8 jam/hari. Maka 1 tahun = 8 jam x 360 hr = 2880 jam.
Disaat usia 63 th menjadi, 2880 jam x 63 th = 181.440 jam                                  Kalaudijadikan hari, 181.440 : 24 = 7560 hari ,                                                          dijadikan tahun, 7560 : 360 = 21 tahun                                                                    Bayangkan....  dalam usia 63 tahun kita telah tertidur selama 21 th.                                Tahun sisanya, kita tidak tahu jelas banyak kebaikan atau keburukan di hadapan Allah.   Baik atau buruk ya..? Oh.....o..... saatnya mengoreksi diri…..
Kalau urusan makan, dari rata-rata  30 menit sehari, berarti bisa dikalkulasi dalam usia 63 tahun, telah menghabiskan waktu untuk makan selama kurang lebih sekitar 1 tahun 3 bulan    …. Dll, coba antum hitung sendiri.
Terussss....... tidak ada kata terlambat untuk selalu memperbaiki diri !!        Allah Maha Pengampun kepada umatnya, asal kita bersungguh-sungguh untuk mulai yang lebih baik dan menyesali atas segala kekeliruan yang kita lakukan di masa lalu dengan Taubatan Nasuha, maka Inya Allah akan mendapatkan ampunan-Nya.
Mulai hari ini, hati ini akan bersiap untuk belajar dan berusaha, agar disisa waktu umur yg tidak tahu kapan kita di jemput-Nya, semoga hati ini pergunakan (waktu) untuk hal yang bermanfaat serta di ridhoi-Nya.
Utamakan Niat dalam aktivitas apa saja(tentu aktivitas yang diridhoi Allah),agar setiap yang kita lakukan bernilai kadar sebagai Ibadah kepada-Nya.
Dan baru tersadar juga di hati ini bahwa,” Mangkanya  dalam Agama Islam di ajarkan banyak sekali doa  hidup sehari2. Mulai bangun tidur, masuk kamar mandi dan keluar WC, bercermin, berangkat kerja, mulai kerja, dan lain....lain...., sampai hendak tidur kembali.” Semuanya bernilai ibadah dengan niat yang ikhlas karena Allah ta`ala
Subhannallah,.. Sungguh Allah Maha Sempurna, hingga dalam hidup satu hari saja, kita  di tuntun setiap saat untuk terus  dalam jalan kebaikan. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada manusia yang mulia, yang memberi pencerah dari segala kehidupan dunia, petunjuk kehidupan yang benar dan lurus, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam
Sungguh,… Allah Maha Rahman dan Rahim terhadap kita semua umat manusia yang selalu banyak membuat kerusakan dan mengingkari akan kebenaran hakiki. Dia tetap memberi rizqi kita, kesehatan kita, nikmat panca indera kita, kebahagian keluarga kita, nikmat pasangan hidup kita, alam semesta raya, laut, sungai, hutan, gunung-gunung dan semuanya pelengkap hidup. Lalu nikmat mana lagi yang kita dustakan ???
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Ayat ini diulang sampai 31 kali dalam surat Ar-Rahman. Kerap membuat orang tertegun membacanya. Begitu kita, sebagai mahluk-Nya terkadang terlalu sombong untuk mengucapkan “terima kasih” pada Sang Maha Pencipta, Allah. Sudah begitu banyak nikmat yang diberikan. Namun kita malah tidak bersyukur kepadaNya.
Semoga kita dimasukkan dalam golongan orang2 yg berhasil mempergunakan waktu di dunia dengan memanfaatkan dunia sebagai sarana beribadah, dan masuk golongan orang2 saleh, bukan golongan orang2 yang dimurkai & sesat. Amiin

Fakta Mencengangkan Tentang Al Quran


Perhatikan dan bacalah sejenak hasil penemuan Dr. Tariq Al Swaidan. Saya yakin yang berikut ini akan membuat anda terkesima.
Dr Tariq menemukan dan membandingkan kata-kata yang mirip dalam Al Quran, seperti misalnya laki-laki dan perempuan, dua kata yang mempunyai hubungan sangat erat.
Walaupun hal ini tidak ada hubungannya dengan tata bahasa, tetapi tetap ini ini menandakan sebuah konsistensi yang tinggi dari wahyu Allah SWT. Dan fakta yang mencengangkan dari perpaduan tersebut.
Seperti misalnya laki-laki disebutkan 23 kali dan perempuan disebutkan 23 kali. Bukan masalah tata bahasa, tetapi secara matematika ini “Amazing!!”. Dan ternyata 23 + 23 = 46 adalah jumlah kromosom pada manusia.
Dalam penemuan lebih lanjut banyak kata-kata yang mempunyai konsistensi serupa.
Dunia 115 kali, akherat 115 kali
Malaikat 88 kali, syetan 88 kali
Kehidupan 145 kali, kematian 145 kali
Orang 50 kali, utusan 50 kali
Sedekah 73 kali, kepuasan 73 kali
Muslimin 41 kali, jihad 41 kali
Emas 60 kali, hidup makmur 60 kali
Sihir 60 kali, fitnah 60 kali
Zakat 32 kali, barokah 32 kali
Pikiran 49 kali, cahaya 49 kali
Lidah 25 kali, khutbah 25 kali
Kesulitan 114 kali, sabar 114 kali
Dan yang mencengangkan lagi :
Salat 5 kali, bulan 12 kali, hari 365 kali
Lautan 32 kali, Daratan 13
Lautan + Daratan = 32 + 13 = 45
Lautan = 32/45 x 100% = 71,11111%
Daratan = 13/45 x 100% = 28,8880%
Lautan + Daratan = 100%
Ilmu pengetahuan akhirnya membuktikan bahwa luas Lautan di bumi ini 71,111% dan Daratan hanya 28,88889%

Berikut beberapa fakta ilmiah Alquran yang dihimpun dari berbagai sumber, di mana berbagai penemuan ilmiah saat ini ternyata sesuai dengan ayat-ayatnya.

1. Fakta tentang besi

Besi adalah salah satu logam berat yang sangat bermanfaat bagi kehidupan. Dalam Alquran surat Al Hadiid ayat 25 menjelaskan bahwa Allah menurunkan besi yang memiliki kekuatan hebat dan memiliki banyak manfaat bagi manusia.
“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Alkitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami turunkan (anzalnaa) besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya, padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa.”
Kata “anzalnaa” yang berarti “kami turunkan” khusus digunakan untuk besi dalam ayat ini, dapat diartikan secara kiasan untuk menjelaskan bahwa besi diciptakan untuk memberi manfaat bagi manusia.

Tapi ketika kita mempertimbangkan makna harfiah kata ini, yakni “secara bendawi diturunkan dari langit”, kita akan menyadari bahwa ayat ini memiliki keajaiban ilmiah yang sangat penting.

Ini dikarenakan penemuan astronomi modern telah mengungkap bahwa logam besi yang ditemukan di bumi kita berasal dari bintang-bintang raksasa di angkasa luar.

Logam berat di alam semesta dibuat dan dihasilkan dalam inti bintang-bintang raksasa. Akan tetapi sistem tata surya kita tidak memiliki struktur yang cocok untuk menghasilkan besi secara mandiri.

Besi hanya dapat dibuat dan dihasilkan dalam bintang-bintang yang jauh lebih besar dari matahari, yang suhunya mencapai beberapa ratus juta derajat. Ketika jumlah besi telah melampaui batas tertentu dalam sebuah bintang, bintang tersebut tidak mampu lagi menanggungnya, dan akhirnya meledak melalui peristiwa yang disebut “nova” atau “supernova”. 

Akibat dari ledakan ini, meteor-meteor yang mengandung besi bertaburan di seluruh penjuru alam semesta dan mereka bergerak melalui ruang hampa hingga mengalami tarikan oleh gaya gravitasi benda angkasa.

Semua ini menunjukkan bahwa logam besi tidak terbentuk di bumi melainkan kiriman dari bintang-bintang yang meledak di ruang angkasa melalui meteor-meteor dan “diturunkan ke bumi”, persis seperti dinyatakan dalam ayat tersebut: Jelaslah bahwa fakta ini tidak dapat diketahui secara ilmiah pada abad ke-7 ketika Al Qur’an diturunkan.
Paling tidak, terdapat sembilan ayat dalam Alquran yang membahas dan menjelaskan tentang besi. Salah satunya, “Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya).” (QS An-Nahl: ayat 81)

 

2.  Fakta penciptaan berpasang-pasangan

1.1Surat Yaasin ayat 36 menjelaskan, Allah menciptakan segala sesuatu secara berpasang-pasang. Dalam ayat lain, Allah juga berfirman, “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah.” (QS Adz-Zaariyat: 49).
Menurut ayat ini, Allah menciptakan yang berpasangan tidak hanya manusia, melainkan segala sesuatu yang tumbuh dari bumi dan berbagai partikel yang tidak terlihat mata.
Seorang ilmuwan asal Inggris, Paul Dirac, berhasil melakukan penelitian yang membuktikan bahwa materi diciptakan secara berpasangan. Penemuannya dinamakan ‘Parite. Dia memperoleh Nobel di bidang fisika pada tahun 1933 karena penemuannya itu.

3. Fakta tentang garis edar Tata Surya

Matahari, planet, satelit dan benda langit lainnya bergerak dalam garis edarnya masing-masing. Alquran surat Al Anbiya ayat 33 dan surat Yaasin ayat 38 menjelaskan mengenai fakta ilmiah itu dan terbukti kebenaranya.
Banyak ayat dalam Alquran yang menjelaskan tentang alam semesta dan tata surya. Beberapa di antaranya seperti:
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (QS Al Anbiya:33)
“Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS Yaa Siin: 38)
“Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.” (QS Yaa Siin: 39)
“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” (QS Yaa Siin: 40)
Pengamatan astronomi telah membuktikan kebenaran fakta ini.  Menurut ahli astronomi, matahari bergerak sangat cepat dengan kecepatan mencapai 720 ribu km per jam ke arah bintang Vega dalam sebuah garis edar yang dinamakan Solar Apex.
Selain matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan menempuh jarak ini. Semua bintang yang ada di alam semesta juga berada dalam suatu gerakan serupa.

4. Fakta tentang penciptaan manusia dalam 3 tahap

Dalam Alquran surat Az Zumar ayat 6 dijelaskan, manusia diciptakan dalam tubuh ibunya dalam tiga tahapan.
“Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan Yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?”
Perkembangan ilmu Biologi modern telah berhasil mengungkap petunjuk dari ayat itu. Pertumbuhan bayi di dalam rahim melewati tiga tahap (tiga kegelapan). Alquran menggunakan istilah ‘kegelapan’ karena memang proses penciptaan manusia dalam perut ibu terjadi di dalam rahim yang gelap. Tahap-tahap itu, pertama, tahap Pre-embrionik, zigot tumbuh membesar melalui pembelahan sel kemudian menjadi segumpalan sel yang membenamkan diri pada dinding rahim. Seiring pertumbuhan zigot, sel-sel penyusunnya mengatur diri mereka sendiri untuk membentuk tiga lapisan.
Kedua, tahap Embrionik yang berlangsung lima setengah minggu. Bayi pada tahap ini disebut “embrio”. Organ dan sistem tubuh bayi juga mulai terbentuk.
Ketiga tahap fetus yang dimulai sejak kehamilan bulan 8 hingga lahir. Pada tahap ini bayi telah menyerupai manusia dengan wajah, kedua tangan dan kakinya.

5. Fakta tentang jenis kelamin bayi

Hasil penemuan ilmu genetika abad 20 menjelaskan bahwa jenis kelamin seorang bayi ditentukan oleh air mani dari pria. Dalam air mani pria terdapat kromosom x yang berisi sifat-sifat kewanitaan dan kromosom y berisi sifat kelaki-lakian. Sedangkan dalam sel telur wanita hanya mengandung kromosom x yang mengandung sifat-sifat kewanitaan. Jenis kelamin seorang bayi tergantung pada sperma yang membuahi, apakah mengandung kromosom x atau y.
Alquran telah menjelaskan fakta itu dalam surat An Najm ayat 45-46, “Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita, dari air mani, apabila dipancarkan.”
Sebelum penemuan itu diperoleh, masyarakat menganggap bahwa penentu jenis kelamin berasal dari wanita.

6. Fakta tentang sidik jari manusia

Setiap manusia memiliki ciri sidik jari yang unik dan berbeda antara satu orang dengan lainnya. Keunikan sidik jari baru ditemukan pada abad 19. Sebelum penemuan itu, sidik jari hanya dianggap sebagai lengkungan biasa yang tidak memiliki arti.
Alquran surat Al Qiyaamah ayat 3-4 menjelaskan tentang kekuasaan Allah untuk menyatukan kembali tulang belulang orang yang telah meninggal, bahkan Allah juga mampu menyusun kembali ujung-ujung jarinya dengan sempurna.
QS Al Qiyamah ayat 3-4:
“Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya?”
“Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna.”

7. Fakta tentang menyusui bayi selama 2 tahun
Air susu ibu atau ASI sangat bermanfaat bagi bayi. ASI adalah sumber makanan terbaik bagi bayi dan mengandung zat yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Tidak ada susu buatan manusia yang mampu menandingi kualitas ASI.
Alquran surat Luqman ayat 14 menganjurkan manusia untuk berbuat baik kepada ibu bapaknya, ibunya telah mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Surat ini menjelaskan bahwa waktu yang terbaik untuk memberikan ASI bagi seorang bayi adalah 2 tahun karena memberikan banyak manfaat.
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.  Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”

8. Fakta tentang relativitas waktu

Albert Einstein pada awal abad 20 berhasil menemukan teori relativitas waktu. Teori ini menjelaskan bahwa waktu ditentukan oleh massa dan kecepatan. Waktu dapat berubah sesuai dengan keadaannya. Beberapa ayat dalam Alquran juga telah megisyaratkan adanya relativitas waktu ini, di antaranya dalam Alquran surat Al Hajj ayat 47, surat As Sajdah ayat 5 dan Alquran surat Al Ma’aarij ayat 4.
“Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS Al Hajj: 47)
“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS As Sajdah:5)
“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.” (QS Al Ma’arij:4)
Beberapa ayat Alquran lainnya menjelaskan, manusia terkadang merasakan waktu secara berbeda, waktu yang singkat dapat terasa lama dan begitu juga sebaliknya.

9. Fakta tentang gunung

Gunung tidak hanya memperindah pemandangan. Dikaji dari ilmu geologi, gunung berfungsi sebagai penyeimbang bumi dari goncangan. Gunung  muncul karena tumbukan lempengan-lempengan raksasa yang membentuk kerak bumi. Ketika dua lempengan bertumbukan, lempengan yang lebih kuat menyelip ke bawah sedangkan  lempengan yang lemah melipat ke atas membentuk dataran tinggi dan gunung.
Alquran menjelaskan fungsi gunung dalam beberapa ayat di antaranya dalam surat Al Anbiyaa ayat 21 dan surat An Naba’ ayat 6-7. Gunung diibaratkan sebuah paku yang menjadikan lembaran kayu tetap saling menyatu.
“Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka, dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.” (QS Al Anbiya:31)
“Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?, dan gunung-gunung sebagai pasak?,” (QS An Naba’: 6-7)

10. Fakta tentang dasar lautan yang gelap

Manusia tidak mampu menyelam di laut dengan kedalaman di bawah 40 meter tanpa peralatan khusus. Dalam sebuah buku berjudul Oceans juga dijelaskan, pada kedalaman 200 meter hamper tidak dijumpai cahaya, sedangkan pada kedalaman  1000 meter  tidak terdapat cahaya sama sekali.
Kondisi dasar laut yang gelap baru bisa diketahui setelah penemuan teknologi canggih. Namun Alquran telah menjelaskan keadaan dasar lautan semenjak ribuan tahun lalu sebelum teknologi itu ditemukan. Alquran surat An Nur ayat 40 menjelaskan mengenai fakta ilmiah ini.
“Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barang siapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikit pun.” (QS An Nuur: 40).

 

 

Mukjizat Al Quran; Penjelasan dan Hikmah di Balik Asinnya Air Laut

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
”Dan tidaklah sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu pakai, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur.” (QS. Faathir: 12) 
 Penjelasan Ilmiah 
Jika salah seorang di antara kita mengunjungi pabrik pembuatan es krim, niscaya akan didapati bahwa pembekuan es krim dengan menggunakan es saja tidak cukup karena es tidak dapat mendinginkan hingga di bawah 0 (nol) derajat celcius.
Oleh karena itu, para pekerja mencampurkan garam ke dalam es, sehingga membentuk campuran cairan asin yang meleleh pada derajat di bawah nol derajat (yang perlu diperhatikan bahwa pendinginan dengan cara ini –yaitu peningkatan konsentrasi garam- tidak dapat dilakukan sampai suhu di bawah 12 derajat celcius).

Dan pengamatan sederhana ini termasuk hal yang penting yang terjadi di perairan laut. 
 Maka keberadaan kadar garam di laut ini membuat air laut baru membeku pada derajat di bawah 0 (nol) derajat, suatu hal itu yang memungkinkan air laut tetap mengalir/tidak beku (karena ia cair) pada derajat kurang dari 10 derajat.

Sehingga hal itu memudahkan pelayaran pada musim dingin pada waktu yang lebih lama (karena air laut tidak membeku pada suhu di bawah nol derajat). Sementara kita mencermati bahwa air sungai telah membeku pada musim dingin. 
 Dan ini, di samping keadaan air garam yang memmudah binatang, ikan, dan manusia untuk berenang, karena ia (air garam) memperingan berat badan. Sebagaimana salinitas (kadar garam) laut berfungsi untuk mensterilkan air, sehingga mencegah terjadinya pembusukan, dan perkembangbiakan penyakit.

Kalau tidak demikian niscaya laut menjadi menjadi pusat (markas) yang baik bagi wabah dan penyakit yang menyebar ke seluruh negara dan bangsa. 
 Dan kita dapati diri kita berada dalam keheranan ketika kita mengingat bahwa dari benda cair ini (air), Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan segala jenis makhluk, sebagai bukti dari firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
”"Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tidak juga beriman?"(QS. Al-Anbiya': 30) 
 Maka air masuk ke dalam komposisi beberapa tumbuhan dengan kadar 99%, sedangkan pada manusia dan hewan terkadang kadarnya lebih dari 75 %. Air masuk ke dalam komposisi semua unsur cairan dalam tubuh (seperti darah merah, getah bening/sel darah putih, dahak, hormon, berbagai jenis kelenjar dan lain-lain).

Dan jika jumlah air dalam tubuh berkurang, maka cairan tubuh ini dianggap tidak lagi mampu berpartisipasi secara khusus dalam tubuh tersebut. Dan dimungkinkan bagi manusia untuk tetap hidup tanpa makanan dalam waktu satu bulan atau lebih, akan tetapi dia tidak bisa hidup tanpa air lebih dari beberapa hari. (alsofwah/bytocom)







Beberapa Rahasia Menakjubkan dari Alquran di era modern:
Dalam uji coba baru-baru ini menegaskan bahwa informasi yang tersimpan dalam hati adalah informasi nyata dan jujur, namun pusat kebohongan terletak di bagian atas dan depan otak, dan dengan demikian ketika seseorang berbohong melalui lisannya, hakikatnya mengatakan kebalikan dari apa yang ada dalam hati, dan yang menakjubkan adalah bahwa Al-Quran telah mengisyaratkan fakta medis ini dengan firman Allah:
يَقُولُونَ بِأَلْسِنَتِهِمْ مَا لَيْسَ فِي قُلُوبِهِمْ
"Mereka mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam hatinya" (Al-Fath:11)
Karena itu, lisan bergerak atas perintah bagian depan otak yang disebut dengan nashiyah (ubun-ubun),mereka menemukan bahwa daerah yang bertanggung jawab untuk berbohong adalah bagian depan otak atau ubun-ubun, dan wilayah ini aktif secara dramatis selama melakukan kesalahan, oleh karena itu mereka berkesimpulan bahwa proses berbohong dan kesalahan terjadi di bagian atas dan bagian depan otak yang disebut dengan (ubun-ubun), dan yang menakjubkan adalah bahwa Al-Quran telah berbicara tentang fungsi ubun-ubun  dalam kurun waktu yang lama! Allah berfirman tentang Abu Jahal:
كَلا لَئِنْ لَمْ يَنْتَهِ لَنَسْفَعًا بِالنَّاصِيَةِ نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ
"Ketahuilah, sungguh jika Dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka". (Al-Alaq:15-16),
Pergerakan darah di sel-sel saraf otak bahwa wilayah ubun-ubun aktif secara dramatis selama berbohong, dan bahwa proses berbohong berakibat pada boros energi. Katika seseorang bersikap jujur tidak membutuhkan energi yang mengingatkan otaknya, namun ketika berbohong, itu menghabiskan banyak energi karena kebohongannya! Para ilmuwan menggunakan FMRI (pemindaian perangkat magnetik) dan menemukan bahwa manusia tidak pernah dapat dikendalikan otaknya, ketika ia ingin berbohong maka kegiatan akan terjadi di otak dan tidak bisa menghentikan kegiatan ini. Subhanallah! Semua yang diperintahkan Al-Quran, di dalamnya terdapat kebaikan, manfaat dan faedah. Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan Jadilah bersama-sama orang yang jujur" (At-Taubah:119)
Para ilmuwan mengatakan bahwa petir yang selalu menimpa bumi sangat diperlukan untuk keselamatan atmosfer! Sekiranya tidak ada kilat maka atmosfer bumi akan diisi dengan listrik dan akan menghancurkan kehidpuan serta tidak akan ada turun hujan ...
Para ilmuwan menegaskan bahwa bumi dalam setiap detiknya selalu tertimpa petir lebih dari satu 100 kali, berarti rata-rata 8000000 petir setiap harinya! Dan dengan rahmat Allah petir tersebut terjadi di daerah yang tidak berpenghuni, Maha suci Allah yang telah berfirman:
هُوَ الَّذِي يُرِيكُمُ الْبَرْقَ خَوْفًا وَطَمَعًا
“Dia-lah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan dan harapan”. (Ar-Ra’ad:12)









JAMAAH FESBUKIYAH
Hari gini siapa yang tidak kenal Facebook ? Bisa-bisa dibilang ketinggalan jaman atau tidak up todate kalau tidak punya akun Facebook. Tapi tahukah anda, fenomena Facebook ini ternyata sudah pernah disinggung di dalam ayat Al Qur’an. Tentu saja didalamnya tidak serta merta menyebutkan Facebook
secara eksplisit. Melainkan fenomena yang berkaitandengan aktivitas manusia modern di jejaring socialyang satu ini.

Tidak percaya? Coba buka surat Al-Ma’arij ayat 19-21

70:19
70:20
70:21
“ Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,  dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir ”
Ayat diatas menjelaskan fenomena jamaah “Fesbukiyah” secara umum. Coba kita lihat status-status yang bertebaran di wall Facebook. Kebanyakan berisi keluh kesah, mirip kisah sinetron. Mulai dari bisul,jerawat sampai sakit encok semua ada. Masalah cuacajuga setali tiga uang. Saat hujan, mengeluh tidak bisa
kemana-mana. Giliran hari panas, ganti mengeluhkepanasan di jalan. Mungkin kalau di Indonesia ini ada musim salju, maka status yang keluar ,” Aduhh.. dingin bro…. badanku membeku”

Bahkan ibadah pun juga dipublikasikan.“Hmm buka puasa cuma pakai kolak 3 mangkok, es buah 4 gelas n gorengan 10 biji nih“. Atau
“Alhamdulillah ya sehari semalam sudah khatam Quran3 kali“. Semoga saja niatnya bukan untuk riya ataupamer supaya dicap alim ya.
Yang lebih lebay lagi… aduh…nih mata rasanya ngantuk aja ya…maklum aja karena semalam aku sholat tahajud sampai menjelang subuh… (Pengumuman ya..????)
Memang kebanyakan status di FB itu sifatnya pengumuman, tapi alangkah baiknya kalau pengumuman yang terlalu penting itu kita gunakan untuk kutipan2 hadist, cerita hikmah kehidupan, dakwah kultum, ataupun segala sesuatu yang bersifat memberi manfaat.
Sepertinya tinggal sholat yang belum pernah nongol di status Facebook. Tidak lucu kan kalau ada yang pasang status, “Lagi jumatan nih. udah rokaat kedua, tapibacaan imam nya lama betul..“ he..he,,he ….. atau mungkin lagi denger ceramah, terus nge-share isi ceramah," hari ini ceramahnya bagus banget."

Penggalan ayat berikutnya pun begitu juga. Disitudikatakan, “apabila dapat kebaikan maka ia kikir”. Paling banter statusnya hanya ‘pemberitahuan’ naik gaji, mobil baru, nginep di hotel makan enak, dsb.

Sungguh Facebook ibarat pisau. Bila digunakankoki, bisa tercipta masakan lezat. Tapi kalau yangpegang tukang todong, dompet bisa melayang. Jadiberhati-hatilah update status di Facebook dan social network yang lain. Karena tidak ada amalan yang tidak dihitung nantinya. Mari kita pergunakan sarana facebook untuk berdakwah. Sekecil apapun kita harus memanfaatkan kesempatan untuk Tholibul `Ilmi. Jangan sampai malah kita yang tergerus sisi negatifnya. Kita memang sulit sekali menghindari arus  teknologi. Bila perlu, kita tidak perlu menghindarinya, akan tetapi kita harus mengikutinya dalam koridor Islamiyah. Maka kita harus tunggangi teknologi itu dengan cara mengambil sisi positifnya untuk kepentingan berjihad di jalan Allah serta beramar ma`ruf nahimunkar.

Semoga bermanfaat dan dapat diambil hikmahnya.

SEKILAS INFO

Muhammad muda telah menjadi pedagang internasional sejak 12 tahun. Beliau ikut pamannya melakukan perjalanan bisnis ke Syam (sekarang Suriah) dan sejak berumur 16 tahun beliau ke Yaman, Suriah, dan beberapa negara teluk sekarang.

Kemampuan bisnisnya membuat Muhammad muda menjadi seorang pengusaha sukses yang kaya raya. Sebagai gambaran bisa kita lihat mahar (mas kawin) yang diberikan Muhammad muda ketika melamar Khadijah.

Ia menyerahkan 20 ekor unta sebagai mahar. Menurut suatu riwayat, ditambah dengan 12 uqiyah (ons) emas. Suatu jumlah yang sangat besar apabila dikonversi ke mata uang kita sekarang.
Harga unta standar sekarang mencapai 4.000 riyal (untuk unta pilihan tentu saja lebih mahal). Jika 1 riyal sama dengan Rp. 2.500, maka harga satu unta mencapai 10.000.000. Maka mahar unta yang diberikan Muhammad muda bernilai sekitar  Rp. 200.000.000.

Lalu, bagaimana dengan emasnya?

Satu uqiyah sama dengan 7,4 dinar. Satu dinar setara dengan Rp. 1,5 juta (ketika buku ini ditulis, harga dinar masih segitu. Sekarang sudah 1,8 juta). Artinya mahar emas yang diberikan Muhammad muda senilai dengan 12 uqiyah x 7,4 dinar/uqiyah x 1,5 juta, sama dengan Rp. 133.200.000.
Woouuuwwww....
Tidak pernah ada kisah Muhammad muda bangkrut gara-gara lamaran ini. Artinya, ada kemungkinan kekayaan sebenarnya masih lebih besar.

Di Copas dari “Think Dinar!” terbitan Asma Nadia Publishing House

Itulah salah satu ke zuhud-an Beliau. Dan menjadi contoh kita semua agar kita mengoreksi kehidupan , karena biasanya acara pengantinnya saja yang terlalu dibesar-besarkan, bukan mas kawinnya, sampek direwangi golek utangan ngalor ngidul, engkok bowohane gae nyauri, sisae gae tuku kasur. mbiyen aku yo ngono he..he.. Tapi sekarang sudah sedikit paham ilmunya, ya... mulai belajar dari setiap kejadian dari Sirah Nabi.
Nah di zaman ini yang terjadi apa? Mas kawinnya paling banter 500.000 tapi acara pesta perkawinannya sampai 5 jutaan bahkan puluhan juta (ini berdasar survey yang saya temui). Belum lagi musikknya yang memekakkan telinga. Sound systemnya hampir serupa dengan panggung band metal. Apalagi yang dipelosok-pelosok kota kecil atau desa, sungguh sangat ironis. Pagi harinya music di keraskan sampai jarak radius 1 km, lagunya dangdut koplo atau sejenisnya. Liriknya terkadang tidak sopan dan bukan mencerminkan orang muslim. Tapi sore hari menjelang akad nikah, musiknya berganti shalawatan, Orang membaca AlQuran, doa yang khidmat. Tapi selepas itu, Musik bergaung lagi dengan kekuatan penuh hingga dada ini berdegub-degub. Sungguh ironis…. Tapi para pendakwah dan ustadnya kok nggak pernah menegur ya…? Atau paling tidak selalu memberi pengertian bahwa hal itu tidak bermanfaat, sehingga lain kali tidak terulang. Atau itu semua sudah kadung menjadi adat. Capek dehh…….
Sekian edisi bulletin ke 5 kami, semoga banyak member manfaat bagi kita semua, utamanya diri penulis/pengkliping pribadi. Semoga semua kebaikan di jalan Allah yang kita lakukan selalu ISTIQOMAH serta terhindar dari terbolak baliknya keteguhan hati. Akhirnya, hanya perlindungan Allahlah yang bisa menyelamatkan kita semua dari tipu daya syaitan dan sudah seharusnyalah kita semua selalu memohon perlindungan dari-Nya.




KAIFA NATA’AMALU MA’A AL-QUR’ANI AL-AZHIM (BERINTERAKSI DENGAN AL-QUR’AN)

Adab-adab seorang Muslim terhadap Al-Qur’an:
ADAB I: MEMBACANYA DAN MEMILIKI TILAWAH YAUMIYAH

Tilawatul Qur’an merupakan aktivitas ibadah yang sangat baik untuk memberi kedamaian dan ketenangan hati. Dengan memiliki tilawah harian yang rutin, baik dan stabil, maka akan membuat shahihul ibadah pada diri seseorang dan dimilikinya mutsaqqaful fikr.
Ibadah yang baik tidak hanya pada aspek kuantitatifnya, tapi keistiqamahan atau konsistensi seseorang melakukannya, meskipun sedikit.
“Beramal, berbuatlah semampu kalian! Sesungguhnya Allah tidak bosan sampai kalian sendiri yang bosan. Dan sesungguhnya amal perbuatan yang paling disukai Allah adalah amal perbuatan yang terus menerus walaupun sedikit” (HR Bukhari dan Muslim)

Fadhail membaca Al-Qur’an

Abu Umamah ra. berkata. "Saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Bacalah Qur’an karena ia akan datang pada hari qiamat pembela pada orang yang mempelajari dan menaatinya.". (HR Muslim)

Usman bin Affan ra. berkata. "Rasulullah saw. bersabda: Sebaik-baik kamu yaitu orang yang mempelajari Qur’an dan mengajarkannya.". (HR Bukhari)

Aisyah ra. berkata. "Rasulullah saw. bersabda: Orang yang mahir dalam membaca Qur’an akan berkumpul dengan para Malaikat yang mulia-mulia ta’at. Sedang orang yang megap-megap dan berat jika membaca Qur’an, mendapat pahala lipat dua kali.". (HR Bukhari, Muslim)

Allah telah menghargai kerajinan dan kesungguhan orang yang bersungguh-sungguh untuk dapat membaca, karena itu diberinya pahala berlipat.

Abu Musa Al-Asy’ary ra. berkata. "Rasulullah saw. bersabda, 'Perumpamaan orang mu’min yang membaca Qur’an bagaikan buah limau (jeruk) baunya harum dan rasanya lezat. Dan perumpamaan orang mu’min yang tidak dapat membaca Qur’an bagaikan kurma, rasanya lezat tetapi tidak berbau. Dan perumpamaan orang munafik yang membaca Qur’an bagaikan bunga, berbau harum tetapi rasanya pahit, dan perumpamaan orang munafiq yang tidak membaca Qur’an bagaikan buah handhol tidak berbau dan rasanya pahit.'.". (HR Bukhari, Muslim)

Umar bin Alkhotthob ra. berkata: Bersabda Nabi saw.,"Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat beberapa kaum dengan kitab Qur’an dan akan merendahkan kaum lain dengannya juga.". (HR Muslim)

Kaum yang mengikuti dan mempercayai ajaran-ajarannya akan diangkat tingkat derajatnya, sebaliknya yang mengabaikan ajarannya akan dihinakan dan direndahkan-Nya.

Ibnu Mas’ud r.a. berkata. "Rasulullah saw. bersabda. 'Siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka mendapat hasanat dan tiap hasanat mempunyai pahala berlipat sepuluh kali. Saya tidak berkata: Alif lam mim itu satu huruf, tetapi Alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.'.". (HR At-Tirmidzi)

Ibnu Abbas ra. berkata, "Rasulullah saw. bersabda, 'Sesungguhnya seseorang yang di dalam dadanya tiada Qur’an, maka ia bagaikan rumah yang rusak kosong.'.". (HR At-Tirmidzi)

Mengenai pahala membaca Al-Qur’an, Ali bin Abi Thalib mengatakan bahwa, tiap-tiap orang yang membaca Al-Qur’an dalam sembahyang, akan mendapat pahala lima puluh kebajikan untuk tiap-tiap huruf yang diucapkannya, membaca Al-Qur’an di luar sembahyang dengan berwudhu’, pahalanya dua puluh lima kebajikan bagi tiap-tiap huruf yang diucapkannya dan membaca Al-Qur’an di luar sembahyang dengan tidak berwudhu’, pahalanya sepuluh kebajikan bagi tiap-tiap huruf yang diucapkannya.

Al-Qur’an adalah salah satu rahmat yang tak ada taranya bagi alam semesta.
Setiap orang yang mempercayai Al-Qur’an akan cinta kepadanya, cinta untuk membacanya, cinta untuk mempelajari dan memahaminya serta pula untuk mengamalkan dan mengajarkannya sampai merata rahmatnya dirasa oleh penghuni alam semesta.
Membaca Al-Qur’an (saja) sudah termasuk amal yang sangat mulia. Al-Qur’an adalah sebaik-baik bacaan (baik dikala senang ataupun susah) dan membaca Al-Qur’an juga dapat menjadi obat dan penawar kegelisahan.
Pada suatu ketika datanglah seseorang kepada sahabat Rasulullah yang bernama Ibnu Mas’ud ra. meminta nasehat, katanya, “Wahai Ibnu Mas’ud, berilah nasehat yang dapat kujadikan obat bagi jiwaku yang sedang gelisah. Dalam beberapa hari ini aku merasa tidak tenteram, jiwaku gelisah dan fikiranku kusut; makan tidak enak, tidur tak nyenyak.”

Maka Ibnu Mas’ud menasehatinya, katanya, “Kalau penyakit itu yang menimpa-mu, maka bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat, yaitu ke tempat orang membaca Al-Qur’an, engkau baca Al-Qur’an atau engkau dengar baik-baik orang yang membacanya; atau engkau pergi ke Majlis Pengajian yang mengingatkan hati kepada Allah; atau engkau cari waktu dan tempat yang sunyi, di sana engkau berkhalwat menyembah Allah, umpama di waktu tengah malam buta, di saat orang sedang tidur nyenyak, engkau bangun mengerjakan shalat malam, meminta dan memohon kepada Allah ketenangan jiwa, ketentraman fikiran dan kemurnian hati. Seandainya jiwamu belum juga terobat dengan cara ini, engkau minta kepada Allah, agar diberi-Nya hati yang lain, sebab hati yang kamu pakai itu, bukan lagi hatimu.”.

Setelah orang itu kembali ke rumahnya, diamalkannya nasihat Ibnu Mas’ud ra. itu. Dia pergi mengambil wudhu kemudian diambilnya Al-Qur’an, terus dia baca dengan hati yang khusyu’. Setelah membaca Al-Qur’an, berobahlah kembali jiwanya, menjadi jiwa yang aman dan tenteram, fikirannya tenang, kegelisahannya hilang sama sekali.

1. Sunnat berkumpul untuk mempelajari Qur’an

Abu Hurairah ra. berkata, "Rasulullah saw. bersabda, 'Dan apabila berkumpul suatu kaum dalam majlis untuk membaca kitab Allah dan mempelajari, maka pasti turun pada mereka ketenangan dan diliputi oleh rahmat dan dikerumuni oleh Malaikat dan diingati oleh Allah di depan para Malaikat yang ada pada-Nya.'.". (HR Muslim)
Membaca Al-Qur’an, baik mengetahui artinya ataupun tidak, adalah termasuk ibadah, amal shaleh dan memberi rahmat serta manfaat bagi yang melakukannya; memberi cahaya ke dalam hati yang membacanya sehingga terang benderang, juga memberi cahaya kepada keluarga rumah tangga tempat Al-Qur’an itu dibaca.

2. Membaca Al-Qur’an sampai khatam

Bagi seorang Mu’min, membaca Al-Qur’an telah menjadi kecintaannya.
Tiada suatu kebahagiaan di dalam hati seseorang Mu’min melainkan bila dia dapat membaca Al-Qur’an sampai khatam. Bila sudah khatam, itulah puncak dari segala kebahagiaan hatinya.
Dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin, Imam Al-Ghazali menggambarkan bagaimana para sahabat, dengan keimanan dan keikhlasan hati, berlomba-lomba membaca Al-Qur’an sampai khatam.

3. Mendengar bacaan Al-Qur’an

“Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik dan perhati-kanlah dengan tenang, agar kamu mendapat rahmat” (QS Al-A’raaf [7]: 204)

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu, hanyalah mereka yang apabila disebut (nama) Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka karenanya dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal.” (QS Al-Anfaal [8]: 2)

Mendengar bacaan Al-Qur’an dengan baik, dapat menghibur perasaan sedih, menenangkan jiwa yang gelisah dan melunakkan hati yang keras, serta mendatangkan petunjuk.
Demikian besar mu’jizat Al-Qur’an sebagai wahyu Ilahi, yang tak bosan-bosan orang membaca dan mendengarkannya, semakin terpikat hatinya kepada Al-Qur’an itu.

Adab membaca Al-Qur’an

Al-Qur’an sebagai Kalamullah, mempunyai adab-adab tersendiri bagi orang-orang yang membacanya. Adab-adab itu sudah diatur dengan sangat baik, untuk penghor-matan dan keagungan Al-Qur’an.

Diantara adab-adab membaca Al-Qur’an yang terpenting ialah:

1. Disunatkan membaca Al-Qur’an sesudah berwudhu, dalam keadaan suci
2. Disunatkan membaca Al-Qur’an di tempat yang bersih. Tetapi yang paling        utama ialah di mesjid
3. Disunatkan membaca Al-Qur’an menghadap ke qiblat
4. Sebelum membaca Al-Qur’an, disunatkan membaca ta’awwudz (QS An-Nahl [16]: 98)
“Dan bila kamu akan membaca Al-Qur’an, maka mintalah perlindungan kepada Alloh dari (godaan-godaan) syaithan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl: 98)

5. Disunatkan membaca Al-Qur’an dengan tartil (QS Al-Muzzammil [73]: 4)
6. Disunatkan membacanya dengan penuh perhatian dan pemikiran tentang ayat-ayat yang dibacanya itu dan maksudnya (QS An Nisaa’ [4]: 82)
7. Sedapat-dapatnya membaca Al-Qur’an janganlah diputuskan hanya karena hendak berbicara dengan orang lain. Hendaknya pembacaan diteruskan sampai ke batas yang telah ditentukan, barulah disudahi

Imam Al-Ghazali telah memperinci dengan sejelas-jelasnya bagaimana adab-adab membaca Al-Qur’an itu. Malahan Imam Al-Ghazali telah membagi adab-adab membaca Al-Qur’an menjadi adab yang mengenal batin, dan adab yang mengenal lahir. Adab yang mengenal batin itu, diperinci lagi menjadi arti memahami asal kalimat, cara hati membesarkan kalimat Allah, menghadirkan hati di kala membaca sampai ke tingkat memperluas, memperhalus perasaan dan membersihkan jiwa. Dengan demikian kandungan Al-Qur’an yang dibaca dengan perantaraan lidah, dapat bersemi dalam jiwa dan meresap ke dalam hati sanubarinya. Kesemuanya ini adalah adab yang berhubungan dengan batin, yaitu dengan hati dan jiwa.

Kiat praktis tilawah yaumiyah
Pembagian wirid Al-Qur’an sebagaimana dilakukan oleh generasi salaf:
1. Waktu tercepat mengkhatamkan Al-Qur’an adalah tiga hari. Para ulama menganggap makruh apabila seseorang mengkhatamkan Al-Qur’an dalam waktu kurang dari tiga hari.

2. Batas pertengahan, jika memungkinkan hendaklah seorang da’i mengkhatamkan Al-Qur’an dalam waktu satu pekan.

3. Seandainya tidak mampu mengkhatamkan Al-Qur’an dalam waktu satu pekan karena banyaknya aktifitas yang harus diselesaikan, hendaklah membacanya sesuai dengan kemampuan. Dengan catatan jangan biarkan satu haripun berlalu tanpa membaca Al-Qur’an.

Kebiasaan sahabat “yang paling malas” adalah menghatamkan Al-Qur’an setiap sebulan sekali –yang berarti membaca Al-Qur’an setiap hari satu juz–. Hal ini sebenarnya mudah kita lakukan jika kita memiliki motivasinya: cukup sediakan waktu untuk tilawah Al-Qur’an 2 lembar setiap sehabis shalat fardhu. Maka sehari kita telah membaca 10 lembar yang berarti satu juz.

ADAB II: MEMPELAJARINYA
Urgensi tadabbur Qur’an

Al-Qur’an sebagai kitab petunjuk tidak hanya wajib dibaca tapi diikuti isinya. Maka, mengetahui isi dan menggali makna ayat-ayat Al-Qur’an menjadi kewajiban yang harus dilakukan setiap muslim. Saat ini sudah banyak beredar terjemahan tafsir Al-Qur’an dengan bahasa Indonesia. Ada pula tafsir AL-Qur’an karya ulama Indonesia. Seorang muslim harus senantiasa melakukan pendalaman terhadap Al-Qur’an sehingga ia memiliki bashirah dalam memandang berbagai masalah.

Amalan dalam tadabbur Al-Qur’an

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu, hanyalah mereka yang apabila disebut (nama) Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka karenanya dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal.” (QS Al-Anfaal [8]: 2)

1. Mutakallim (Mengagungkan Allah)
Seorang pembaca harus menghadirkan dihatinya keagungan Allah dan mengetahui bahwa apa yang dibacanya bukanlah pembicaraan manusia dan membaca kalam Allah sangat penting.

“Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.” (QS Al-Waqi’ah [56]: 79)

2. Kehadiran hati dan meninggalkan bisikan jiwa
“Wahai Yahya, ambillah Al-Kitab dengan kekuatan.” (QS Maryam [19]: 12)

Yakni dengan serius dan sungguh-sungguh yaitu dengan berkonsentrasi penuh dalam membacanya, dan mengarahkan perhatian hanya kepadanya.

3. Tadabbur
Tujuan membaca adalah tadabbur, oleh karena itu disunnahkan membaca dengan tartil sedab di dalam tartil secara zhahir memungkinkan tadabbur.

Jika tidak bisa melakukan tadabbur kecuali dengan mengulang-ulang (bacaan) maka hendaklah ia melakukannya kecuali di belakang imam.

4. Tafahhum (Memahami secara mendalam)
Yaitu mencari kejelasan dari setiap ayat secara tepat, karena Al-Qur’an meliputi berbagai masalah tentang sifat-sifat Allah, perbuatan-perbuatan-Nya, ihwal para Nabi, ihwal para pendusta dan bagaimana mereka dihancurkan, perintah-perintah-Nya, larangan-larangan-Nya, sorga dan neraka.

5. Meninggalkan hal-hal yang dapat menghalangi pemahaman:
i. Taqlid kepada madzhab tertentu saja
ii. Berterus menerus dalam dosa
iii. Berpegang pada tafsir zhahir saja dan meyakini tidak ada makna lain bagi kalimat-kalimat al-Qur’an

6. Takhshish (Menyadari bahwa dirinya merupakan sasaran yang dituju oleh setiap nash)
Jika mendengar suatu perintah atau larangan maka ia memahami bahwa perintah atau larangan itu ditujukan kepada dirinya.

7. Ta’atstsur (Mengimbas ke dalam hati)
Hatinya terimbas dengan berbagai imbasan yang berbeda sesuai dengan beragamnya ayat yang dihayatinya –rasa sedih, takut, harap dsb.–.

8. Taraqqi (Meningkatkan penghayatan sampai ke tingkat mendengarkan kalam dari Allah bukan dari dirinya sendiri)

9. Tabarriy (Melepaskan diri dari daya dan kekuatannya)
Apabila membaca ayat-ayat janji dan sanjungan kepada orang-orang shalih maka ia tidak menyaksikan dirinya pada hal tersebut, tetapi menyaksikan orang-orang shiddiqin berada di dalamnya kemudian ia merindukan untuk disusulkan Allah kepada mereka. Apabila membaca ayat-ayat kecaman dan celaan kepada orang-orang yang bermaksiat dan orang-orang yang lali, ia menyaksikan dirinya berada di sana dan merasakan bahwa dirinyalah yang dimaksudkan oleh ayat-ayat tersebut.

ADAB III: MENGAMALKANNYA

Bila setiap kali membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang diawali dengan seruan yang simpatik, “Hai orang-orang beriman!”, maka hendaknya seorang muslim betul-betul memperhatikan apa yang disebutkan setelah seruan ini untuk kemudian diaplikasikan seraya mengatakan, “Kami mendengar dan kami taat, kami mengharap ampunan-Mu ya Allah, kepada-Mu lah kami akan kembali”.

Mengamalkan Al-Qur’an didasari mentalitas jiddiyyah (kesungguhan).
Jiddiyyah adalah lawan dari main-main, menyepelekan, lemah dan santai.
Jiddiyyah adalah pelaksanaan perintah syariat dan dakwah secara langsung disertai dengan ketekunan dan kegigihan, mengeluarkan segala kemampuan maksimal untuk mensukseskannya dan mengatasi segala hambatan dan rintangan yang menghadangnya.

Definisi ini meliputi lima syarat, yaitu:
1. Cepat dalam melaksanakan tugas
2. Kuat dan teguh hati
3. Tahan dan gigih
4. Mengerahkan segala kemampuan
5. Mengatasi rintangan

Generasi sahabat telah banyak memberikan keteladanan mengenai mentalitas jiddiyyah dalam mengamalkan perintah ini.

Kecepatan melaksanakan tugas

Ketika Allah swt. menurunkan ayat, “Hai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya arak, judi, berhala dan undian adalah kotor dari perbuatan syaitan. Oleh karena itu jauhilah dia supaya kamu bahagia. Syaitan hanya bermaksud untuk mendatangkan permusuhan dan kebencian di antara kamu sebab khamar dan judi, serta menghalang kamu daripada ingat kepada Allah dan sembahyang. Apakah kamu tidak mau berhenti?” (QS Al-Ma’idah [5]: 90-91)

Ketika ayat itu turun dan kabar itu dibawa oleh sahabat sementara mereka sedang minum, saat itu juga mereka menghentikannya dan tunduk pada perintah Allah lalu berkata, “Kami telah berhenti kami telah berhenti”.

Contoh lain adalah sikap wanita Anshar ketika turun tentang ayat-ayat kerudung. Ketika itu para suami pulang ke rumah untuk memberitahukan tentang ayat tersebut, “... dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya”, mereka langsung merobek pakaian mereka dan menjahitnya untuk dijadikan kain kerudung. Sehingga ketika mereka melaksanakan shalat Shubuh, terlihat seakan ada yang aneh di atas kepala mereka. Tidak seorang pun tertinggal dalam melaksanakan perintah itu.

Kekuatan dan keteguhan

Adalah Ja’far bin Abi Thalib ra. dalam perang Mu’tah. Ketika tangan kanannya yang membawa bendera terpotong, ia pindahkan bendera itu ke tangan kirinya. Musuh memotong tangan kirinya, lalu ia memeluk bendera itu dengan kedua tangannya yang terputus. Dan bendera itu tetap kokoh berkibar hingga ia syahid.

Ada pula sahabat yang berjuang dengan berani dalam perang Hamra’ul Asad. Walaupun mereka terluka dan baru kembali dari perang Uhud, namun mereka tidak merasa lemah dengan apa yang menipa mereka dalam berjuang di jalan Allah. Mereka bangkit dengan kekuatan dan kegigihan para pejuang dan tekad para pemuda untuk mengejar orang-orang musyrik, meski mereka yang menderita luka ringan harus memikul saudaranya yang terluka parah.

Ketahanan dan Kegigihan

Para sahabat ra terus mempertahankan kebenaran dengan kegigihan dan ketahanan, kepribadian dan kesungguhan yang tinggi, mereka meninggalkan tanah, rumah, keluarga, anak dan harta mereka. Mereka berjihad untuk mendapatkan nilai yang mahal dan murni dari Allah SWT. Mereka menghadapi kesulitan dan rintangan hingga Allah swt mengokohkan agama-Nya dan mengibarkan bendera Islam di setiap pelosok, memperbesar kekuasaannya dan memperluas wibawanya di hadapan raja-raja zaman itu.

Mencurahkan Segenap Kemampuan
Yang dimaksud dengan kemampuan adalah jiwa, anak, harta, keluarga dan apa saja yang dimiliki manusia.
Inilah Ash Shiddiq ra. yang datang dengan seluruh hartanya untuk diinfaqkan dalam berjihad dan berkata, “Aku telah tinggalkan untuk mereka, keluargaku, Allah dan rasul-Nya”.

Utsman ra mempersiapkan tentara yang sempurna dalam perang Tabuk.
Dan Mush’ab ra. meninggalkan seluruh kehidupan mewahnya. Ia ridha dengan yang sedikit, bahkan dapat dikatakan ‘lebih sedikit dari yang sedikit’, dan dia berhijrah. Ia adalah duta besar dakwah. Dia berjihad dan akhirnya menemui Allah sebagai syahid, dalam keadaan yang membuat Rasulullah dan para sahabat begitu trenyuh hingga menangis.

Mengatasi rintangan
Ada sahabat bernama ‘Amru bin Al-Jamuh ra. Ia ingin berjihad, namun dilarang oleh anak-anaknya karena ia pincang, namun ia tetap bersikeras. Maka Rasulullah saw memberitahu tentang rukhshah untuknya. Sahabat itu berkata, “Semoga aku masuk surga dengan kepincanganku”. Dan itulah yang terjadi.

Itulah lima rukun jiddiyyah dalam mengamalkan Al-Qur’an. Saat kita gagal menghadirkan kelima rukun jiddiyah dalam usaha kita mengamalkan Al-Qur’an maka kita belum terlepas dari kewajiban untuk mengamalkan Al-Qur’an tersebut.

ADAB IV: MENGHAFALKANNYA

Ahamiyah (Urgensi) Hifzhul Qur’an

1. Menjaga kemutawatiran Al-Qur’an
Sehingga Al-Qur’an teriwayatkan secara mutawatir dan tidak mudah bahkan tidak mungkin diubah atau dipalsukan oleh tangan-tangan kotor, sebagaimana kitab-kitab suci sebelumnya.

Para ulama menetapkan bahwa hifzhul Qur’an hukumnya fardhu kifayah.
Kifayah artinya cukup. Masuk akalkah kaum muslimin di Indonesia, misalnya, yang jumlahnya lebih dari 200 juta, namun yang hafal Al-Qur’an tidak ada satu persen pun? Sehingga andaikata para penghafal Al-Qur’an yang ada sekarang menangani pembinaan umat tertentu tidak akan memadai jumlahnya. Karena itu, pelaksanaan fardhu kifayah dalam hifzhul Qur’an perlu digalakkan.

2. Meningkatkan kualitas umat
Umat Islam telah dibekali Allah SWT, suatu mukjizat yang sangat besar, yaitu Al-Qur’an. Tidak terangkat umat ini kecuali dengan Al-Qur’an. (QS Al-Anbiyaa’ [21]: 10)

3. Menjaga terlaksananya sunnah-sunnah Rasulullah saw.
Sebagian ibadah yang dilakukan Rasulullah saw., ada yang sangat terkait dengan hifzhul Qur’an dalam pelaksanaannya. Hafalan yang terbatas pada surat-surat pendek dalam juz 30 akan membatasi kita dalam mentauladani ibadah beliau secara sempurna.

a. Shalat Jum’at yang ideal adalah yang dilakukan dengan memendekkan khutbah dan memanjangkan shalat. Rasulullah saw., selain membaca surat Al-A’la dan Al-Ghasiyah, beliau sering juga membaca surat Al-Jumu’ah dan Al-Munafiqun

Sesungguhnya panjang shalat seseorang dan pendek khutbahnya merupakan tanda kefahaman diennya.” (HR Muslim)

b.Pada hari Jum’ar Subuh dua surat yang dibaca adalah surat As-Sajdah dan surat Al-Insan

c.Pada shalat Iedain (dua hari raya) selain membaca surat Al-A’la dan Al-Ghasiyah, beliau sering juga membaca surat Qaf dan Al-Qamar

d.Dalam qiyamullail, beliau pernah membaca surat Al-Baqarah, Ali Imran dan An-Nisaa’

Hal ini seakan memberi teguran kepada kita, betapa umat ini sangat kurang akrab dengan Al-Qur’an. Surat-surat yang dibaca oleh para imam di masjid atau mushalla terbatas pada surat-surat di juz amma, sehingga surat lain menjadi asing di telinga kita. Kondisi ini telah berjalan bertahun-tahun tanpa ada usaha peningkatan.

Wajarlah jika generasi sekarang yang ingin menghafal Al-Qur’an harus berjuang ekstra keras, karena sang telinga tidak biasa dan terlatih sebelumnya mendengarkan ayat-ayat panjang.

Metode tarbiyah Rasulullah lebih banyak mengajak sahabat untuk langsung berinteraksi terhadap ayat-ayat Allah dengan frekuensi waktu yang cukup lama, dari pada mengajak mereka mendengarkan uraian-uraian yang panjang bertele-tele.

4. Menjauhkan mu’min dari aktivitas laghwu (tidak ada nilainya di sisi Allah)
Kembali kepada Al-Qur’an adalah salah satu di antaranya. Dengan selalu membacanya apalagi menghafalnya, secara otomatis akan mendindingi kita dari perbuatan laghwu dan membuang-buang waktu. Seorang penghafal Al-Qur’an dituntut untuk memiliki keterikatan yang tinggi dengan Al-Qur’an, baik ketika ia dalam proses menghafal maupun ketika selesai menghafal.

5. Melestarikan budaya Salafus Shalih
Mereka memberikan perhatian dalam menghafal dan memahami Al-Qur’an. Proses mentahfizhkan anak-anak, mereka lakukan sejak dini (Imam Syafi’i pada usia 10 tahun).

Fadhail (keutamaan) Hifzhul Qur’an

1. Al-Qur’an menjanjikan kebaikan, berkah dan kenikmatan bagi penghafalnya
“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an.” (HR Bukhari dan Muslim)

“Sesungguhnya orang yang di dalam dadanya tidak terdapat Al-Qur’an bagaikan rumah yang rusak dan yang berpenghuni.” (HR At-Turmudzi)

2. Seorang hafizh Al-Qur’an adalah orang yang mendapat tasyrif nabawi (penghargaan khusus dari Nabi saw.)
Rasulullah menimbang kepribadian seseorang tergantung kuantitas hafalan Qur’annya.
Diantaranya adalah perhatian yang khusus kepada para syuhada Uhud yang hafizh Al-Qur’an Rasul mendahulukan pemakamannya.

“Adalah nabi mengumpulkan diantara dua orang syuhada’ Uhud kemudian beliau bersabda, “Manakah diantara keduanya yang lebih banyak hafal Al-Qur’an, ketika ditunjuk kepada salah satunya, maka beliau mendahulukan pemakamannya di liang lahat.” (HR Bukhari)

Pada kesempatan lain Nabi saw., memberikan amanat pada para hafizh dengan mengangkatnya sebagai pemimpin delegasi.

“Telah mengutus Rasulullah saw., sebuah delegasi yang banyak jumlahnya, kemudian Rasul mengetes hafalan mereka, kemudian satu per satu disuruh membaca apa yang sudah dihafal, maka sampailah pada Shahabi yang paling muda usianya, beliau bertanya, “Surat apa yang kau hafal? Ia menjawab, “Aku hafal surat ini … surat ini … dan surat Al-Baqarah.” Benarkah kamu hafal surat Al-Baqarah?” Tanya Nabii lagi. Shahabi menjawab, “Benar.” Nabi bersabda, “Berangkatlah kamu dan kamulah pimpinan delegasi.” (HR At-Turmudzi dan An-Nasa’i)

Kepada hafizh Al-Qur’an, Rasul saw., menetapkan berhak menjadi imam shalat berjama’ah.
“Yang menjadi imam suatu kaum adalah yang paling banyak hafalannya.” (HR Muslim)

3. Hifzhul Qur’an merupakan ciri orang yang diberi ilmu (29:49)

4. Hafizh Al-Qur’an adalah keluarga Allah yang berada di atas bumi
“Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga diantara manusia, para sahabat bertanya, “Siapakah mereka ya Rasulullah?”. Rasul menjawab, “Para ahli Al-Qur’an merekalah keluarga Allah dan pilihan-pilihan-Nya.”." (HR Ahmad)

5. Menghormati seorang hafizh Al-Qur’an berarti mengagungkan Allah
“Sesungguhnya termasuk mengagungkan Allah menghormati orang tua yang muslim, penghafal Al-Qur’an yang tidak melampaui batas (di dalam mengamalkannya dan memahaminya) dan tidak menjauhinya (enggan membaca dan mengamalkannya) dan Penguasa yang adil.” (HR Abu Daud)

6. Al-Qur’an akan menjadi penolong (syafa’at) bagi para penghafal
“Bacalah olehmu Al-Qur’an, sesungguhnya ia akan menjadi pemberi syafa’at pada hari kiamat bagi para pembacanya (penghafalnya).” (HR Muslim)

“Puasa dan Al-Qur’an akan memberi syafa’at kepada seorang hamba pada hari kiamat, ibadah puasa itu akan berkata, “Ya Allah aku telah mencegahnya dari syahwat pada siang hari, maka izinkan aku memberi syafa’at kepadanya.”. Dan akan berkata Al-Qur’an, “Aku telah mencegahnya tidur pada malam hari, maka izinkan aku memberinya syafa’at.”." (HR Ahmad)

7. Hifzhul Qur’an akan meninggikan derajat manusia di Surga
Akan dikatakan kepada shahib Al-Qur’an, “bacalah dan naiklah serta tartilkan sebagaimana engkau dulu mentartilkan Al-Qur’an di dunia, sesungguhnya kedudukanmu di akhir ayat yang kau baca.” (HR Abu Daud dan Turmudzi)

8. Para penghafal Al-Qur’an bersama para Malaikat yang mulia dan taat
“Orang yang membaca Al-Qur’an sedangkan ia mahir bersama para malaikat yang mulia dan taat, dan orang yang membaca Al-Qur’an sedangkan ia terbata-bata dan merasakan kesulitan, ia mendapat dua pahala.” (HR Mutafaqun ‘Alaih)

9. Bagi para penghafal kehormatan berupa tajul karamah (mahkota kemuliaan)
“Mereka akan dipanggil, “Dimana orang-orang yang tidak terlena oleh menggembala kambing dari membaca kitabku? Maka berdirilah mereka dan dipakaikan kepada salah seorang mereka mahkota kemuliaan, diberikan kepadanya kesuksesan dengan tangan kanan dan kekekalan dengan tangan kirinya. Jika kedua orang tuanya seorang muslim, maka keduanya akan diberi pakaian yang lebih bagus dari dunia dan seisinya, kedua orang tuanya akan mengatakan, “Bagaimana kami bisa mendapatkan ini? “Maka akan dijawab, “Ini karena anakmu berdua membaca Al-Qur’an.” (HR At-Thabrani)

10. Penghafal Al-Qur’an adalah orang yang paling banyak mendapatkan pahala dari Al-Quran
Untuk sampai tingkat hafal terus menerus tanpa ada yang lupa, seseorang memerlukan pengulangan yang banyak, baik ketika sedang atau selesai menghafal. Dan begitu sepanjang hayatnya sampai bertemu dengan Allah. Sedangkan pahala yang dijanjikan Allah adalah dari setiap hurufnya.

“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka mendapat hasanat dan tiap hasanat mempunyai pahala berlipat sepuluh kali. Saya tidak berkata: Alif lam mim itu satu huruf, tetapi Alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf." (HR At-Tirmidzi)


Persiapan dan cara menghafal Al-Qur’an

1. Merasakan keagungan Al-Qur’an dan memiliki ihtimam (perhatian) terhadap Al-Qur’an
Mental ini sebagai penguat saat anda menghafal. Yakinkan diri bahwa anda sedang melakukan sesuatu yang sangat agung dan mulia, sesuai dengan keagungan Al-Qur’an itu sendiri dan sanjungan Allah dan Rasul-Nya bagi orang yang menghafal Al-Qur’an. Dengan mental ini anda akan merasakan tidak ada keterpaksaan ketika melakukan hifzhul Al-Qur’an.

2. Pandai mengatur waktu
Kalau anda adalah calon hafizh Al-Qur’an yang berjiwa da’i, tentunya anda memiliki banyak aktivitas. Namun kesungguhan anda dalam mengatur waktu insya Allah membuat anda mampu meluangkan waktu untuk hifzhul Al-Qur’an. Anda harus siap untuk bekerja keras di tengah-tengah kesibukan yang selalu mendera. Kurangi waktu tidur atau waktu bersantai, bahkan bila perlu hiburan anda terdapat dalam hifzhul Qur’an.

Abdullah bin Mas’ud ra., “Seyogyanya bagi seorang penghafal Al-Qur’an dapat diketahui pada waktu malamnya, apabila manusia sedang tidur. (Ia berjaga untuk qiyamul  lail dan tilawah Al-Qur’an)”.

Al-Fudhail bin ‘Iyadh ra., “Penghafal Al-Qur’an adalah pembawa panji Islam, tidak pantas baginya bermain-main bersama orang-orang yang suka bermain, tidak lupa diri bersama orang yang lupa diri, tidak berkata yang laghwu (tidak ada nilainya) bersama orang-orang yang suka berkata laghwu. Itu semua perlu dilakukan untuk menjaga keagungan haq Al-Qur’an.”.

3. Tabah menghadapi masyaqat (kesulitan) menghafal
Perjalanan menuju cita-cita tersebut tidak semudah dan seindah yang anda bayangkan. Anda perlu bermental baja, tidak lekas futur apalagi putus asa.
Tabah dan sabar merupakan kunci sukses sebagian manusia untuk mencapai cita-cita yang sangat berat dilakukan oleh kebanyakan manusia, walaupun sesungguhnya pekerjaan itu tidak ada nilainya di sisi Allah. Kalau mereka bersabar dan tabah untuk aktivitas yang tidak ada nilainya, tentunya seorang penghafal Qur’an harus lebih sabar dari mereka mengingat Al-Qur’an menjanjikan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Teknik Menghafal

1.    Teknik memahami ayat-ayat yang akan dihafal
2.    Teknik mengulang-ulang sebelum menghafal
3.    Teknik mendengarkan sebelum menghafal
4.    Teknik menulis sebelum menghafal

Teknik apapun yang dilakukan tidak akan terlepas dari pembacaan yang berulang-ulang sampai anda dapat mengucapkannya tanpa melihat mushaf sedikitpun.

Teknik-teknik diatas hanyalah langkah awal yang sering dilakukan para penghafal Al-Qur’an ketika memulai menghafal agar mendapat kemudahan. Sedangkan cara mana yang paling ideal tergantung dengan selera penghafal itu sendiri. Yang paling baik adalah yang membuat kita betah dan merasakan kenikmatan ketika menghafal.

Kegiatan Penunjang Menghafal Al-Qur’an
1. Bergaul dengan orang yang sedang/sudah hafal Al-Qur’an
Suatu saat kondisi futur alias kelesuan ketika menghafal akan datang. Faktor penyebabnya dapat hadir dari dalam atau dari luar diri.

Dengan bergaul dengan orang-orang yang sedang atau yang sudah hafal Al-Qur’an, akan membantu anda konsisten dalam program menghafal Qur’an. Anda bertanya, mengapa dia mampu sementara saya tidak? Selain itu mereka juga berfungsi sebagai pemberi motivasi saat kelesuan menghafal datang menghampiri.

2. Mendengarkan bacaan hafizh Qur’an
Hal ini sangat berpengaruh pada anda untuk tetap bersemangat dalam menghafal Al-Qur’an. Perhatikan bacaan sang hafizh, sejauh mana ia menerapkan hukum-hukum tilawah dengan baik, ghunnah-ghunnahnya, panjang pendeknya, dan lain sebagainya. Perhatikan irama bacaan yang dikumandangkan, bagaimanapun masalah irama sangat berpengaruh untuk menghasilkan tilawah dapat yang menarik orang lain agar tertarik dengan Al-Qur’an. Irama yang bagus yang dikumandangkan oleh seorang pembaca yang ikhlas dan taqwa kepada Allah swt., akan mempunyai dampak yang sangat besar bagi para pendengarnya. Kemampuan menguasai suatu irama dapat anda capai setelah anda mendengarnya berpuluh-puluh kali. Perhatikan juga kekhusyu’an sang hafizh dalam membacakan ayat-ayat Allah, ketika merasakan sedih, usahakan anda juga merasakan kesedihan yang sama, karena hal ini akan membekas saat anda membaca ayat yang telah didengar tadi. Perhatian anda yang besar untuk melakukan hal ini sangat membantu tercapainya kesuksesan menghafal Al-Qur’an.

3. Mengulang hafalan bersama orang lain
Ketika anda tidak lancar dalam membaca hafalan, sementara teman anda lancar, anda akan segera mengetahui kualitas bacaan anda selama ini, atau bahkan terjadi sebaliknya anda akan lebih bersemangat lagi untuk melanjutkan program tahfizh ini.

4. Selalu membacanya dalam shalat
Membaca Al-Qur’an pada waktu shalat, suasananya lain dibandingkan dengan ketika anda membacanya di luar shalat. Suasananya lebih menuntut keseriusan dan konsentrasi penuh, terutama ketika anda menjadi imam suatu shalat berjama’ah. Membaca hafalan dalam shalat, merupakan tujuan hifzhul Qur’an itu sendiri.

Problematika menghafal Al-Qur’an
1. Cinta dunia dan selalu sibuk dengannya
Orang yang terlalu asyik dengan kesibukan dunia, biasanya tidak akan siap untuk berkorban, baik waktu maupun tenaga, untuk mendalami Al-Qur’an. Semakin sibuk dengan dunia, anda akan semakin penasaran untuk meraihnya lebih banyak lagi. Dan sebaliknya, semakin lama bersama Al-Qur’an, anda akan semakin merasakan kenikmatan yang sulit digambarkan.

2. Tidak dapat merasakan kenikmatan Al-Qur’an
Besar kecilnya kenikmatan membaca Al-Qur’an sangat tergantung kepada kualitas keimanan dan ketaqwaan pembacanya kepada Allah swt.

Orang yang tidak beriman kepada Allah, mereka tidak akan merasakan nikmatnya ayat-ayat Allah swt., jangankan disuruh membaca, mendengarkannya saja tidak akan mau, bahkan mereka bersikap kecut serta menjauhkan diri. (17:45-46)

3. Hati yang kotor dan terlalu banyak maksiat
Menghafal Al-Qur’an tidak mungkin dilakukan oleh orang yang berhati kotor. Rasulullah saw., menjelaskan bahwa maksiat dan dosa sangat mempengaruhi hati manusia sehingga tercemar.
Jika hati sudah kotor, maka cahay kebenaran iman, Al-Qur’an dan hidayah tidak mampu menembus kegelapan hati. Demikian pula, kekufuran dan maksiat yang telah mendarah daging, tidak lagi mampu keluar dari sarangnya.

Imam Ad Dhahak mengatakan: “Tidaklah seseorang itu mempelajari Al-Qur’an kemudian ia lupa, kecuali disebabkan oleh dosa yang telah diperbuatnya.”
Agar hati tetap bersih dan suci (saliim), sangat perlu bagi penghafal Al-Qur’an untuk memperbanyak amal-amal shalih dan istighfar kepada Allah. Selain itu, banyak-banyaklah berdo’a kepada Allah swt.

4. Tidak sabar, malas dan berputus asa
Kerja keras dan kesabaran sesungguhnya telah menjadi karakteristik Al-Qur’an itu sendiri. Isi Al-Qur’an mengajak anda untuk menjadi orang yang aktif dalam hidup di dunia ini.
Karena itu sebelum menghafal anda harus meyakini benar-benar tujuan dan fadhilah menghafal. Apalagi jika anda seorang da’iyah, ini amat berpengaruh terhadap perkembangan dakwah.

5. Niat yang tidak ikhlas

6. Lupa
Seharusnya anda tidak menjadikan masalah ini masalah besar, yang penting bagi anda adalah ber-istiqamah. Suatu saat anda akan merasakan bahwa setelah anda hafal beberapa ayat/surat anda akan lupa, kemudian diulang lagi. Suatu saat, anda pun akan merasakan bahwa frekuensi lupa akan berkurang. Untuk sampai pada kondisi ini memerlukan proses, waktu dan istiqomah.

Lupa dalam menghafal dapat dibagi menjadi lupa manusiawi atau alami dan lupa karena keteledoran. Lupa yang alami adalah lupa yang biasa dialami ketika hafalannya berproses sampai menjadi hafalan. Sedangkan lupa karena keteledoran bersumber dari penghafal sendiri. Pada hakikatnya tidak akan terjadi lupa, kecuali karena tidak mau membaca lagi hafalannya, sesuai dengan frekuensi bacaannya.

7. Pengulangan yang sedikit
Terkadang ketika menghafalkan, anda merasa kesusahan dalam merekam ayat-ayat yang sedang dihafal. Sebenarnya, hal itu merupakan masalah yang sangat kecil. Ketahuilah bahwa frekuensi waktu dan pengulangan ayat-ayat yang anda lakukan masih sangat sedikit.

8. Tidak ada muwajjih (pembimbing)
Muwajjih dalam dunia hifzhul Qur’an keberadaannya akan selalu memberi semangat kepada anda. Penghafal yang tanpa pembimbing dapat dipastikan banyak jatuh kesalahan dalam menghafal, dan biasanya kalau sudah salah akan susah diluruskan.

Adab bagi Penghafal Al-Qur’an

Agar Al-Qur’an ini mewarnai kehidupan anda, dan tidak mencelakakan anda pada hari kiamat, ikutilah beberapa adab bagi hafizh Al-Qur’an berikut ini:

1. Selalu menjaga keikhlasan karena Allah dan menjaga diri dari riya’

2. Menjaga diri dari laghwu(perbuatan sia-sia) dan selalu bersegera melakukan ketaatan kepada Allah

3. Tawadhu’, jangan merasa dirinya lebih baik dari orang lain

“Diantara kalian nanti akan muncul sekelompok orang yang memandang rendah shalat kalian bersama shalat mereka, puasa kalian bersama puasa mereka, dan amal kalian bersama amal mereka. Mereka membaca Al-Qur’an tetapi Al-Qur’an itu tidak sampai melewati tenggorokan mereka, mereka keluar dari Islam, seperti keluarnya anak panah dari busurnya.” (HR Bukhari)

4. Berhati-hati dari tergelincir kepada maksiat

5. Banyak berdo’a kepada Allah agar Al-Qur’an menuntunnya ke Jannah

Mengingat sangat mungkin justru Al-Qur’an itu akan mengantarkan kita ke neraka

“Al-Qur’an itu merupakan bukti menguntungkan kamu (sehingga mengawalmu ke surga) atau bukti yang mencelakakan kamu (sehingga menyeretmu ke neraka).” (HR Muslim, Ahmad, dan Abu Majah)

6. Selalu bersama Al-Qur’an sampai dia menghadap Allah

Sehingga hafalannya terjaga dari lupa. Dikhawatirkan orang yang melupakan Al-Qur’an termasuk orang yang berpaling dari Al-Qur’an. (20:124)

Maraji’:
Imam Nawawi - Terjemah Riyadhus Shalihin II
Sa’id Hawwa - Tazkiyatun Nafs
Muhammad Abdul Halim Mahmud - Karakteristik dan Perilaku Tarbiyah
Abdul Aziz Abdul Rauf - Al-Hafizh (Kiat Hafidz Qur’an Da’iyah)


Demikian Buletin JIHAD PAGI edisi 5 ini, kami persembahkan kepada siapapun kaum muslim sebagai bentuk dari sarana dakwah juga sebagai pengingat diri. Semata, hanyalah memohon keridhoan Allah.  Juga sebagai peningkatan kualitas keimanan serta  “Tholabul`Ilmi”.  Kritik, koreksi serta saran akan sangat kami butuhkan, agar berbuah kebaikan, mengingat kami yang sangat fakir akan ilmu. Semoga bermanfaat,… semoga kita selalu dalam lindunganNya dan selalu dijauhkan dari segala sesuatu yang menyesatkan. Amiin.
Semoga kajian Buletin JIHAD 10 Pagi ini bermanfaat ….mohon kritik dan saran
·         Mohon bulletin ini disimpan dgn baik, sehingga suatu saat bisa bermanfaat pula bagi saudara kita lain yang berminat membaca atau sebagai koleksi karena dalam membaca sesuatu agar kita paham maka diperlukan membaca secara berulang-ulang di lain hari.
·         Redaksi bulletin Jihad Pagi, alkhomsa studio – abdullahalkhomsa.blogspot.com
·      Sumber : kliping browesing internet , buku & karya tulis pribadi serta hikmah Jihad 10 Pagi

Komentar