SUARA ADZAN & Waktu Sholat DI ERA GLOBALISASI


oleh redaksi Bulletin JIHAD 10 Pagi.alkhomsah.com

Kita semua telah paham bahwa Adzan adalah seruan panggilan untuk semua umat Islam untuk melakukan ritual Sholat. Untuk memahaminya lebih dalam, marilah kita kembali mengulas sejarah riwayat asal muasal adzan itu dikumandangkan.
Pada masa itu, memang belum ada isyarat yang tepat untuk memanggil orang sholat. Orang-orang umumnya berkumpul di masing –masing masjid menurut waktu dan kesempatan yang dimilikinya. Bila sudah banyak terkumpul orang, barulah sholat jama `ah dimulai. Atas adanya dinamika pemikiran, maka timbul kebutuhan untuk mencari suatu cara yang dapat digunakan sebagai sarana untuk mengingatkan dan memanggil orang-orang untuk sholat tepat pada waktunya.
Ada beberapa perbedaan pemikiran yang diusulkan. Ada sahabat yang menyarankan bahwa ketika waktu sholat tiba, maka segera dinyalakan api pada tempat yang tinggi dimana orang-orang bisa dengan mudah melihat ketempat itu, atau setidaknya asapnya bisa dilihat orang walaupun ia berada ditempat yang jauh. Ada juga yang menyarankan untuk membunyikan lonceng. Ada juga yang mengusulkan untuk meniup tanduk kambing. Pendeknya ada banyak saran yang timbul.

Saran-saran itu memang cukup representatif. Tapi banyak sahabat juga yang kurang setuju bahkan ada yang terang-terangan menolaknya. Alasannya sederhana saja : itu adalah cara-cara lama yang umumnya dipraktekkan oleh kaum Yahudi. Rupanya banyak sahabat yang mengkhawatirkan image yang bisa timbul bila cara-cara dari kaum kafir digunakan. Maka disepakatilah untuk mencari cara-cara lain.

Lantas, ada usul dari Umar r.a, jikalau ditunjuk seseorang yang bertindak sebagai pemanggil kaum Muslim untuk sholat pada setiap datangnya waktu sholat. Saran ini agaknya bisa diterima oleh semua orang, Rasulullah SAW juga menyetujuinya. Sekarang yang menjadi persoalan bagaimana itu bisa dilakukan ? Abu Dawud mengisahkan bahwa Abdullah bin Zaid r.a meriwayatkan sebagai berikut:
"Ketika cara memanggil kaum muslimin untuk sholat dimusyawarahkan, suatu malam dalam tidurku aku bermimpi. Aku melihat ada seseorang sedang menenteng sebuah lonceng. Aku dekati orang itu dan bertanya kepadanya apakah ia ada maksud hendak menjual lonceng itu. Jika memang begitu aku memintanya untuk menjual kepadaku saja.

Orang tersebut malah bertanya," Untuk apa ? Aku menjawabnya,"Bahwa dengan membunyikan lonceng itu, kami dapat memanggil kaum muslim untuk menunaikan sholat." Orang itu berkata lagi,"Maukah kau kuajari cara yang lebih baik ?" Dan aku menjawab " Ya !"

Lalu dia berkata lagi, dan kali ini dengan suara yang amat lantang , " Allahu Akbar,Allahu Akbar….. dst"(seperti lafadz adzan saat ini)
Ketika esoknya aku bangun, aku menemui Rasulullah SAW dan menceritakan perihal mimpi itu kepada beliau. Dan beliau berkata,"Itu mimpi yang sebetulnya nyata. Berdirilah disamping Bilal dan ajarilah dia bagaimana mengucapkan kalimat itu. Dia harus mengumandangkan adzan seperti itu dan dia memiliki suara yang amat lantang." Lalu akupun melakukan hal itu bersama Bilal."
Sesungguhnya, mimpi itu serupa dialami pula oleh Umar r.a, ia juga menceritakannya kepada Rasulullah SAW. Dan Nabi SAW bersyukur kepada Allah SWT atas semua ini.

Hal diatas adalah penggalan kisah riwayat Adzan. Inti utamanya adalah bahwa Allah memanggil kita kaum muslimin untuk datang berkumpul bersama dalam suatu tempat (masjid), untuk melaksanakan ibadah Sholat lima waktu bersama-sama atau berjamaah.

Akan tetapi, apa yang terjadi di era2 mutakhir saat ini. Suara Adzan dianggap hal yang biasa dan wajar2 saja. Padahal orang sudah tahu dan paham bahwa suara adzan merupakan panggilan Allah kepada kita kaum muslim untuk melakukan sholat di berjamaah masjid. Kita sebagai hamba Allah sudah barang tentu harusnya sudah paham. Didalam surat Adz Dzariat 56 Allah berfirman :

“ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada – Ku.”


Kita sebagai hamba Allah mempunyai kewajiban utama, yaitu mengabdi dan beribadah kepada Allah sesuai maksud dari penciptaan kita. Ini berarti yang kita utamakan adalah Allah, bukan urusan dunia kita. Banyak sekali cara mengabdi kepada Allah, dan salah satu hal yang utama adalah Shalat, oleh karena Shalat itulah yang amalan pertama kali dihisab/dihitung di akherat nanti.                       
Dari Abu Hurairah, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلَحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسَرَ فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيْضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : انَظَرُوْا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ؟ فَيُكْمَلُ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيْضَةِ ثُمَّ يَكُوْنُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ ” . وَفِي رِوَايَةٍ : ” ثُمَّ الزَّكَاةُ مِثْلُ ذَلِكَ ثُمَّ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ حَسَبَ ذَلِكَ
Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala mengatakan,’Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.” 
"Bilamana shalat seseorang itu baik maka baik pula amalnya, dan bilamana shalat seseorang itu buruk maka buruk pula amalnya.” (HR. Ath-Thabarani)
"Sesungguhnya pertama kali yang dihisab (ditanya dan diminta pertanggungjawaban) dari segenap amalan seorang hamba di hari kiamat kelak adalah shalatnya. Bila shalatnya baik maka beruntunglah ia dan bilamana shalatnya rusak, sungguh kerugian menimpanya.” (HR. Tirmidzi)

Begitu amat sangat pentingnya nilai shalat untuk kita umat Nabi Muhammad shalallahu`alaihi wassalam. Dan panggilan suara Adzan adalah satu sarana untuk menyadarkan kita akan pentingnya shalat di sela-sela aktivitas kita. Dan kalau bisa dikatakan secara simple atau sederhana, bahwa panggilan sholat itu adalah yang pertama diutamakan sedangkan aktivitas dunia kita nomer kedua setelahnya. Kebanyakan dari kita adalah terbalik, urusan dunia yang utama. Bahkan yang lebih parah lagi adalah banyak sekali orang beranggapan secara tidak langsung, bahwa suara adzan itu beralih fungsi dari tujuan utamanya.                                           
Sekarang ini kebanyakan dari kita secara tidak langsung mengangap suara adzan itu adalah seperti alarm atau tanda waktu dalam kehidupan. Suara Adzan hanya sebagai penunjuk waktu dalam aktivitas kehidupan, bukan untuk memenuhi panggilan sholat berjamaah. Hati ini berkata demikian karena banyak sekali menemui pelaku dan peristiwa di sekeliling hati (kejadian nyata dan pernah mengalaminya sendiri). Mengapa beralih fungsi ?? Marilah kita simak bersama beberapa peristiwa (yg pernah hati ini temui dan alami) yang menjadikan suara adzan bukan untuk memenuhi panggilan sholat berjamaah, tetapi sebagai tanda aktivitas kehidupan duniawi.

Pertama, sholat subuh. Ada sebagian orang mengatakan,” Ayo bangun! sudah terdengar adzan subuh. Kitakan ada janjian olahraga.” ….Atau… saat sekelompok pemuda lagi asyik begadang/melek`an serta ada juga yang sedang judi kecil2an, begitu terdengar adzan subuh maka mereka bubar pulang kerumah masing2. Atau… sebagai patokan berakhirnya ronda malam.

Kedua, Sholat Dhuhur. Waktu sholat dhuhur adalah pertengahan hari, dimana adzan dhuhur ini oleh sebagian orang digunakan sebagai alarm waktu untuk istirahat. Kalau bahasa pertukangannya adalah,” laut….laut!! Jarum jam tidaklah atau jarang digunakan atau dilihat, tetapi suara adzan dhuhur sudah dianggap paling afdhol untuk penanda jam istirahat makan. Atau… waktu dhuhur juga sering dijadikan untuk membuat suatu janji dengan orang lain.

Ketiga, sholat ashar. Waktu ini sudah mulai berkurangnya terik matahari. Waktu adzan ashar ini, orang mulai menjadikan pertanda waktu bahwa waktu bekerja sudah mulai habis dan bersiap siap untuk pulang (sebagian orang). Kalau para tukang dan kuli bangunan, begitu terdengar adzan ashar maka pacul, cetok, ember dan peralatan lainnya mulai di cuci. Tidak perlu menambah adonan semen lagi, cukup menghabiskan sisa yang ada. Begitu juga di perkantoran2 resmi.              
 Koq nggak ke masjid??.... aah.. nanti aja sekalian nyampek rumah(iya kalau nyampek rumah, kalau di jalan ada sesuatu? Atau bisa-bisa nyampek rumah sudah kelupaan?

Ke-empat sholat magrib. Ini adalah waktu yang sangat sakral di negeri ini. Seluruh aktivitas mulai menurun, matahari mulai terbenam. “ Magrib-magrib jangan keluyuran, gak ilok(tidak pantas dan tabu). Hewan ternak/piaraan  mulai di masukkan ke kandangnya. Hari dimulainya rehat sejenak bersama keluarga. Suara Adzan Magrib dijadikan tanda bahwa hari telah mulai petang.                                 
 “ Koq nggak ke masjid ??.... aahh.. badan masih capek semua habis pulang kerja. Nikmati istirahat dulu aja sebentar sambil nonton TV…. lalu mandi…lalu ….(itulah yang terbetik di hati kala itu).

Kelima, sholat Isya`. Sering kali waktu isya` dijadikan waktu untuk sebuah undangan. Misalnya tasyakuran, rapat RW/RT dan yang semacamnya. Tertulis dalam undangan itu bahwa , Waktu : Ba`da Isya`. Dan semua orang pasti sudah paham maksud undangan itu. Tidak mungkin seseorang akan mendatangi undangan tersebut jam 12 malam. Padahal tidak salah juga bila dia mendatangi jam 12 malam, karena dia baru sholat isya` jam setengah 11. Dijamin, ketika dia datang jam 12, pasti acara sudah bubar dan sepi. Apalagi bila seseorang sedang punya hajatan besar  seperti, sunatan, aqiqohan, pernikahan dan semisalnya.                 
 “Koq nggak ke masjid??” ..aduh… mas,..masih banyak tamu,… masih ada urusan yang sangat penting…atau… soalnya yang datang ini tamu penting(orang yang berpengaruh)…dll..dll... Orang yang diundang juga demikian pula, sudah dengar kumandang adzan isya`, tidak segera mendatangi masjid, malah mendatangi acara tasyakuran. Idealnya kan panggilan Allah dulu yang didahulukan. Seandainya mendatangi undangan  pada saat selesai sholat isya` berjamaah kan, .. tidak akan mungkin ketinggalan. Inilah yang dalam bahasa jawanya seringkali disebut ,          ” Tumbu oleh Tutup..atau…Cocok sak nomer!!.” (keduanya saling mendukung) 
Pernah berkali-kali hati ini sepulang dari sholat isya`menyaksikan sekelompok orang berjalan berbondong-bondong dengan mengenakan busana muslim rapi, lengkap mulai sarung hingga kopyahnya. Padahal di masjid tadi, mereka tidak terlihat. Ternyata mereka hendak menghadiri sebuah undangan tasyakuran atau tahlilan. Acara undangan itu sudah barang tentu bukan sesuatu yang salah, akan tetapi cara kita menyikapi dari sebuah kewajiban seorang muslim itulah yang harus di pahami lagi. Masak…panggilan Allah, undangan Allah untuk menunaikan sholat berjamaah,  kita kalahkan dengan undangan seorang manusia yang notabene mahluk ciptaanNya. Sudah seharusnyalah kita sebagai seorang muslim menata waktu dengan sebaik-baiknya. Mana yang seharusnya di dahulukan,.. mana yang bisa ditunda sementara dan mana yang berakibat pengikisan keimanan. Kita sebagai hamba Allah, sudah semestinya kita mengabdikan dulu. Intinya mempelajari dengan benar Hablumminallah dan Hablumminannas.               
Wallahu a`lambishowwab
Subhbhanallah, kalau kita lihat bagaimana Allah mengatur jadwal waktu sholat lima waktu diatas, sungguh merupakan sesuatu yang luar biasa. Setiap waktu sholat yang ada, sungguh sangat berkenaan erat dengan sifat dan kebiasaan2 yang dilakukan oleh manusia(diri kita). Irama yang sangat indah untuk  mengatur ritme kehidupan. Setiap jeda kehidupan dalam sehari selalu di batasi dengan waktu2 sholat. Setiap manusia yang mengikuti setiap jedanya dengan waktu sholat, maka InsyaAllah akan menuai keuntungan yang berlipat ganda, baik di dunia maupun di akherat. Dan manusia yang tidak mempunyai jeda dalam urusan dunia, akan banyak menuai kerugian, lebih2 di akherat kelak.                                               
Setiap jeda waktu sholat akan menghapus setiap dosa yang ada dari sebelum waktu jeda lainnya. Dalam artian, dosa dan kesalahan yang kita perbuat antara setiap waktu sholat akan mampu terhapuskan. Bisa jadi setiap Waktu Sholat adalah filter utama penghapus dosa selama tidak terlibat dosa besar.                                        
Dari Ibnu Mas’ud, ia berkata,
أَنَّ رَجُلاً أَصَابَ مِنَ امْرَأَةٍ قُبْلَةً ، فَأَتَى النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – فَأَخْبَرَهُ ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ ( أَقِمِ الصَّلاَةَ طَرَفَىِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ) . فَقَالَ الرَّجُلُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلِى هَذَا قَالَ  لِجَمِيعِ أُمَّتِى كُلِّهِمْ 
Ada seseorang yang sengaja mencium seorang wanita (non mahram yang tidak halal baginya), lalu ia mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengabarkan tentang yang ia lakukan. Maka turunlah firman Allah Ta’ala(yang artinya), “Dan dirikanlah shalat pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam.[1]” (QS. Hud: 114). Laki-laki tersebut lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah pengampunan dosa seperti itu hanya khusus untuk aku?” Beliau bersabda, “Untuk seluruh umatku.” (HR. Bukhari no. 526 dan Muslim no. 2763). Yang dimaksud tepi siang adalah shalat Shubuh, Zhuhur dan ‘Ashar. Sedangkan shalat pada bagian permulaan malam adalah shalat Maghrib dan ‘Isya. Lihat Tafsir Al Jalalain, hal. 234.

Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa bila seorang muslim khusyu dalam sholatnya, maka ia akan diampuni segenap dosanya di masa lalu. Subhaanallah...!

مَا مِنْ امْرِئٍ مُسْلِمٍ تَحْضُرُهُ صَلَاةٌ مَكْتُوبَةٌ فَيُحْسِنُ وُضُوءَهَا وَخُشُوعَهَا وَرُكُوعَهَا إِلَّا كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا قَبْلَهَا مِنْ الذُّنُوبِ مَا لَمْ يُؤْتِ كَبِيرَةً وَذَلِكَ الدَّهْرَ كُلَّهُ

“Tidak seorangpun yang bilamana tiba waktu sholat fardhu lalu ia membaguskan wudhunya, khusyu’nya, rukuknya, melainkan sholatnya menjadi penebus dosa-dosanya yang telah lampau, selagi ia tidak mengerjakan dosa yang besar. Dan yang demikian itu berlaku untuk seterusnya.” (HR Muslim 2/13)

Syaratnya asalkan ia tidak terlibat dalam dosa besar, maka dosa-dosa masa lalunya pasti bakal diampuni Allah ta’aala. Adapun di antara dosa-dosa besar ialah sebagaimana disebutkan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam, yakni:

ذَكَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْكَبَائِرَ أَوْ سُئِلَ عَنْ الْكَبَائِرِ فَقَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَقَتْلُ النَّفْسِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَقَالَ أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ قَالَ قَوْلُ الزُّورِ أَوْ قَالَ شَهَادَةُ الزُّورِ

Ketika ditanya mengenai dosa-dosa besar Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Mempersekutukan Allah ta’aala, membunuh jiwa serta durhaka kepada kedua orang-tua. Dan maukah kalian kuberitakan mengenai dosa besar yang paling besar? Yaitu kesaksian palsu.” (HR Muslim 1/243)

Untuk menghapus dosa-dosa besar tersebut tidak cukup dengan seseorang menegakkan sholat lima waktu. Ia harus menempuh prosedur taubatan nasuha yang khusus. Maka hindarilah sedapat mungkin terlibat dalam mengerjakan dosa-dosa besar. Dalam bahasa berbeda Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mengingatkan kita agar menjauhi tujuh penyebab bencana, yaitu:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ
وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ
وَأَكْلُ الرِّبَا وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصِنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ


Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu bahwa sesungguhnya Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Jauhilah tujuh penyebab bencana.” Para sahabat radhiyallahu ’anhum bertanya: “Apa itu ya Rasulullah?” Beliau bersabda: “Mempersekutukan Allah ta’aala, sihir, membunuh jiwa yang Allah ta’aala haramkan membunuhnya kecuali dengan alasan yang benar, memakan harta anak yatim, memakan riba, desersi dari medan jihad serta menuduh wanita mu’minah yang memelihara diri sebagai melakukan perbuatan keji.” (HR Muslim 1/244)

Demikian yang redaksi sampaikan, semoga berguna dan bermanfaat bagi kita semua, utamanya diri penulis pribadi. Semoga kita di karuniai oleh Allah ke-Istiqomah-an dalam menjaga sholat berjamaah. Dijauhkan diri kita dari sifat malas,  dan dimudahkan diri kita untuk selalu bisa hadir dalam setiap sholat berjamaah di masjid. Diberikan selalu kerinduan akan masjid, serta menyambut dengan suka cita kumandang suara adzan. Selanjutnya, kumandang suara adzan, tidak lagi hanya sebagai penghias waktu kehidupan yang dianggap wajar2 saja. Akan tetapi lebih dari pada bisikan hati bahwa kita di sayang oleh Allah, kita semua diajak menuju kemenangan dan kebahagian, kita semua di panggil untuk memenuhi undangan Allah, yaitu dengan menghadiri sholat berjamaah di masjid.                              
Sebelum tulisan ini kami akhiri, maka akan  kami sampaikan sebuah keistemawaan di balik suara adzan, yang kami ambil atau cuplikan dari sebuah artikel.net                                      

§  ” Hikmah di Balik Seruan Adzan.”                                                                               Di balik keistimewaannya, adzan juga menyimpan fakta unik. Ada tujuh kalimat adzan yang biasa diucapkan oleh seorang muazzin:

Allahu Akbar. Kalimat ini mengandung arti menyerukan kepada umat muslim ketika ingin mencapai kemenangan dimulai dengan menyebut nama Allah Yang Maha Besar. Ingatlah bahwa ada zat Yang Maha Besar yang selalu membantu dan menolongnya dalam mencapai segala maksud dan tujuan. Memulai segala sesuatu dan meyakini bahwa Allah Maha Besar, maka akan berdampak pada rasa percaya diri dalam diri seorang hamba, dan tidak akan takut terhadap apapun di dunia kecuali takut kepada Allah SWT.

Asyhadu Alla Illaha Illallah, bahwa tiada tuhan yang berhak di sembah selain Allah SWT. Ungkapan ini memberikan panduan kepada seseorang yang hendak memulai sesuatu agar memurnikan niatnya karena Allah, dan apapun yang dilakukannya adalah untuk tujuan ibadah. Sebab, tidak ada satupun pekerjaan yang dikerjaan manusia, kecuali bernilai ibadah.

Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah, berarti memberikan petunjuk kepada manusia untuk mencontoh dari teladan Nabi Muhammad SAW. Manusia diperintahkan untuk menjadikan beliau panutan dan teladan dalam setiap aktifitas serta perbuatannya untuk mencapai kesuksesan.

Hayya Alash Shalah, artinya sebagai panggilan untuk segera melaksanakan shalat dan memberikan arahan kepada setiap yang akan memulai sesuatu, bahwa hendaklah mengawalinya dengan ibadah shalat. Ibadah akan mendatangkan keridhaan Allah kepada seseorang, dan jika Allah sudah meridhainya tentulah semua keinginanya akan terwujud dengan sempurna dan kesuksesan dengan mudah akan diraih. Shalat sebagai salah satu bentuk zikir kepada Allah, adalah hal yang bisa mendatangkan ketenangan jiwa bagi pelakunya. Jika seseorang bekerja dengan hati yang tenang dan fikiran yang jernih, tentulah kesukesan akan mudah diraih.

Hayya ‘Alal Falah, ini artinya ajakan sebagai tujuan akhir dari usaha manusia, yaitu kesuksesan. Akan tetapi, kesuksesan ini baru akan diperoleh jika sebelumnya di awali dengan hal-hal yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu memulai dengan nama Allah, memurnikan niat untuk ibadah, mencontoh yang terbaik (Rasulullah), serta mengawalinya dengan ibadah (Shalat). Jika hal itu sudah dipenuhi maka akan terealisasi dengan bukti yang nyata (sukses), bahwa Islam itu rahmatan lil 'alamin.

Allahu Akbar (Allah Maha Besar). Dengan ungkapan Allah Maha Besar setelah meraih kemenangan, akan menyadarkan manusia bahwa kesuksesan dan keberhasilan yang diperolehnya adalah berkat bantuan dan pertolongan Allah SWT. Tidak satupun yang bisa terwujud di alam ini tanpa izin dari Allah. Karena Dialah yang besar yang membantu dan menolong. Pengakuan ini, akan menjadikan manusia untuk selalu rendah hati dengan keberhasilannya, dan tidak berubah menjadi manusia yang angkuh dan sombong.

Laa Ilaaha Illallah (tiada yang berkah disembah selain Allah). Bahwa kesuksesan yang diraih seorang manusia harus benar-benar dipergunakan untuk tujuan ibadah kepada Allah. Saat ini banyak manusia setelah mencapai kesuksesan lupa diri bahkan melupakan Tuhannya sehingga hal ini tidak mendatangkan manfaat kepada sesama manusia lainnya. Oleh karena itu makna dari kalimat di atas ini, diharapkan bahwa kesuksesan yang sudah diraih dapat memberikan manfaat bagi pemiliknya agar menjadi manusia yang berguna, bermanfaat serta semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT caranya melalui ibadah dari segi kuantitas dan kualitas.

Ingatlah bahwa segala kemenangan itu jangan sampai melupakan Tuhan, karena kemenangan itu berkat bantuan dan pertolongan-Nya. "Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah." (al-Anfal: 10). 

Komentar