SEPUTAR SIHIR atau Guna-guna

Oleh-Oleh JIHAD PAGI Kemarin
abdullah alkhomsa

Sebagai muslim, tentu kita mengerti bahwa sihir dan sejenisnya dilarang oleh Islam. Para Ulama bahkan menganggapnya sebagai dosa besar. Ia dalam hadis Nabi digolongkan di antara tujuh perkara yang merusak. Kata Rasul: "'Jauhilah tujuh perkara yang merusak'. Para sahabat lantas bertanya: 'Apa (tujuh perkara) itu, wahai Rasulullah?' Jawab Rasul: 'Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang dilindungi Allah kecuali dengan cara yang haq, memakan riba, memakan harta anak yatim, lari menghindar saat berkobarnya perang dan menuduh zina wanita yang dilindungi yang beriman dan yang lupa (yang tidak pernah membayangkan untuk melakukannya)." [HR. Bukhari 2560]

Namun begitu, banyak kaum muslimin (juga non muslim) yang melanggar ketentuan-ketentuan tersebut.
Mungkin antum pernah mendengar atau bahkan mengalami masakan yang tiba2 basi, dagangan yang rusak oleh sebab hal2 yang aneh, santet, danlain-lain.
Hikmah yang terbesar dari perkara ini adalah karena KESALAHAN KITA SENDIRI, jangan menyalahkan orang yang melakukan sihir tadi. Karena tidak perlu disalahkanpun, orang itu sudah salah karena berbuat dosa besar. Salah kita adalah, mengapa kita tidak mendekatkan diri pada Allah, Karena hanya Allah saja yang bisa menolong kita dari hal tersebut. Jangan berburuk sangka terhadap orang lain dulu. Perbanyak istighfar dan memperbaiki diri. Bukan malah mencari bantuan ke orang lain yang dianggap pintar untuk menyelesaikan masalah. Apa lagi sampai kita membalasnya atau membuat pagar diri dengan cara yang tidak syari atau dengan kata lain ritual kebendaan walaupun itu berbau islami. Mari kita berhati-hati, jangan sampai kita menganggap sesuatu yang musyrik menjadi kelihatan benar dalam islam. Sebuah contoh ada tulisan arab yang kalau kita tidak teliti membacanya berbunyi Bismillahirrohmannirohim, akan tetapi kalau kita teliti benar ternyata huruf him-nya diberi titik sehingga terbaca jim. Dan arti kata penyayang(Rohim) berubah menjadi Terkutuk(Rojim). Sungguh ini adalah suatu dosa yang teramat besar. Masih banyak lagi contoh2 yang lain yang tidak mungkin terurai disini. (makanya kalau pingin tahu banyak , datang aja ke pengajian JIHAD PAGI...)

Dalam keadaan begini, apa yang sebaiknya kita lakukan? Ada tuntunan-tuntunan Islami yang dapat diamalkan untuk berjaga-berjaga dari kemungkinan gangguan sihir atau jin. Di antaranya yang terpenting adalah membiasakan bacaan-bacaan (dzikir-dzikir) yang disyari'atkan. Salah satunya adalah membaca ayat Kursi setiap selesai menunaikan ibadah salat fardlu; membacanya (ayat Kursi) ketika hendak tidur; membaca surat-surat al-Ikhlas, al-Falaq dan al-Naas setiap usai melaksanakan salat fardlu; membaca ketiga surat tadi setelah subuh (sebelum matahari terbit) dan di awal petang (setelah matahari terbenam. Juga dianjurkan setelah melakukan salat Subuh membaca dua ayat terakhir dari surat al-Taubat. Perlu juga memperbanyak membaca doa mohon perlindungan seperti "a'uudzu bikalimaatillaahittaammaati min syarri maa kholaq" (Saya berlindung dengan kalimat-kalimat Allah dari semua keburukan yang Allah ciptakan); "bismillaahilladzi laa yadlurru ma'asmihi syai un fil-ardli walaa fissamaai wahuwassamii'ul 'aliim" (Dengan nama Allah, tidak membahayakan apa saja yang di bumi dan di langit dengan disertai [membaca] nama Allah) 3X di awal pagi dan awal petang. Dan jangan lupa pula dengan semua doa-doa yang diajarkan al-Quran atau hadits.

Yang perlu kita sadari mula-mula adalah, bahwa anjuran untuk membaca bacaan-bacaan dzikir tersebut adalah dengan tujuan untuk mengingat Allah Swt. Jadi, upayakanlah jangan sekedar membaca namun hatinya kosong tanpa merasakan kehadiran Allah (Yang Maha Dekat), memohonlah dengan segala kekhusyukan, dan kesungguhan.

Diri kita pribadilah yang menjadi KUNCI UTAMANYA. Meningkatkan keimanan, ketaqwaan, pendekatan diri pada Allah, Selalu mohon perlindunganNya. Allah Maha Kaya, Maha Perkasa, Hanya kepadaNya kita mengabdi dan mohon segalanya. Andalkan diri sendiri dengan ketaqwaan kita, jangan terlalu mengandalkan orang lain. Mintalah sampai terkuras air mata kita, karena Allah menyukai yang demikian.
Dari Ibnu Abi Malikah, ia berkata; aku duduk bersama Abdullah bin Amru di atas batu, maka ia berkata:
Menangislah! Jika tidak bisa berusahalah untuk menangis. Jika kalian mengetahui ilmu yang sebenarnya, niscaya salah seorang dari kalian akan shalat hingga patah punggungnya. Dia ia akan menangis hingga suaranya terputus. [HR. Hakim dalam kitab shahihnya, disetujui oleh Adz-Dzahabi].
Keluhan orang yang berdosa kerana dosa-dosanya, Allah amat suka. Sekiranya gugurnya air mata saat menangis mengenang dosa-dosanya, itu dapat memadamkan api Neraka. Takutnya kepada Allah kalau-kalau berbuat salah atau takut tidak diampuni dosanya adalah ibadah. Sedangkan orang yang beribadah belum tentu jadi ibadah. Karena yang namanya ibadah mestilah sampai terasa dan dihayati oleh hati dalam ibadahnya, penghayatan itulah kerja hati.
Jadi, kita tidak akan resah, stres dan tertekan dengan ujian hidup. Hayatilah kata-apa yang ditulis oleh Ibnu Atoillah ini:
“Untuk meringankan kepedihan bala yang menimpa, hendak dikenal bahwa Allah-lah yang menurunkan bala itu. Dan yakinlah bahwa keputusan (takdir) Allah itu akan memberikan yang terbaik.”
Ayo kita semakin belajar tentang sholat, puasa, Zakat dan lainnya dengan semakin lebih baik lagi, bukan hanya sekedar menggugurkan kewajiban saja, tapi lebih dari rasa ketidak berdayaan kita.
Kita bisa meruqyah diri kita sendiri, karena hukum meminta diruqyah adalah tidak boleh oleh sebagian besar ulama. Kita perbaiki terus potensi diri kita dalam hal Agama.

Ada seorang buta menghadap Nabi lalu meminta kepada Nabi agar mendoakannya supaya bebas dari kebutaan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika engkau mau akan aku doakan. Namun jika mau bersabarlah” (HR Tirmidzi no 3578 dari dari Utsman bin Hunaif, dinilai shahih oleh al Albani).

Demikian pula ada seorang perempuan menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Wahai rasulullah aku terkena penyakit ayan. Tolong doakan aku”. Nabi bersabda, “Jika engkau mau akan kudoakan. Akan tetapi jika engkau mau bersabarlah dan untukmu surga” (HR Bukhari no 5328 dan Muslim no 2576 dari Ibnu Abbas).

Jadi tidak perlu memaksa-maksakan diri. Apakah kita lebih sayang kepada orang sakit dibandingkan dengan Nabi?
Alloh menguji hamba-hambaNya dengan sakit. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada satupun rasa capek, sedih, sakit bahkan gelisah yang dialami seorang muslim kecuali menjadi sebab Alloh akan menghapus dosa-dosanya” (HR Bukhari no 5318 dan Muslim no 6733 dari Abu Hurairah dan Abu Said).

Seorang mukmin mungkin saja sakit dan dia akan dapat pahala jika dia bersabar,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأمْوَالِ وَالأنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ ,
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun”.” (QS al Baqarah:155-156)

Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang 70 ribu orang yang masuk surga tanpa hisab, “Mereka adalah orang-orang yang tidak minta untuk diruqyah, tidak minta untuk di-kay (pengobatan dengan besi panas) dan hanya bertawakkal kepada rabbnya” (HR Bukhari no 5378 dan Muslim no 549 dari Ibnu Abbas).

Maka orang yang meminta agar diruqyah itu turun kadar iman dan tawakalnya. Orang-orang yang sakit hendaknya kita nasehati untuk bersabar, tidak meminta untuk diruqyah, mengadu dan berdoa kepada Alloh. Meminta untuk diruqyah tergolong mengemis. Oleh karenanya mengurangi kadar tawakal.
Mukmin selama di dunia ini akan mendapatkan berbagai cobaan berupa sakit dan berbagai musibah supaya Alloh bisa meninggikan derajatnya jika dia bersabar. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika Alloh mencintai seseorang maka Alloh akan mengujinya. Jika dia bersabar maka untuknya buah kesabarannya. Namun jika dia berkeluh kesah maka untuknya buah keluh kesahnya” (HR Tirmidzi no 2396 dari Anas, dinilai oleh al Albani sebagai hadits hasan shahih).

Seorang mukmin yang sakit wajib bersabar terhadap ketetapan Alloh. Lebih baik lagi jika ridha dengan ketentuan Alloh karena ridha adalah tingkatan iman tertinggi dalam menghadapi takdir Alloh. Bersabar terhadap ketetapan Alloh hukumnya wajib. Sedangkan berkeluh kesah hukumnya haram. Jangan pernah berkeluh kesah,
قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلانَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
“Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.”" (QS at Taubah:51)

Jika Alloh berkehendak si sakit ini tidak akan sembuh maka ruqyah atau usaha lainnya tidak ada manfaatnya. Karena segala sesuatu itu dengan kehendak Alloh. Seorang mukmin hanya akan mengadu kepada Alloh, beriman dengan takdir dan bersabar menerima takdir. Lebih baik jika bisa ridha dengan ketentuanNya. Jika ingin berobat maka silahkan berobat. Sedangkan meminta untuk diruqyah hukumnya tidaklah haram namun makruh dan menyebabkan derajatnya di sisi Alloh menjadi turun.

Sedangkan orang yang menjadikan ruqyah sebagai profesi dan berusaha mempopulerkan dirinya sebagai pakar ruqyah bahkan mengiklankan diri di media massa dan membuka ruqyah center, maka orang semisal ini agamanya dipertanyakan. Apa yang mendorongnya melakukan hal tersebut padahal dia sama dengan kaum muslimin yang lain? Keistimewaan apa yang dia miliki? Masih banyak orang yang lebih bertakwa dan lebih berilmu. Prakteknya mereka pun tidak mencukupkan diri dengan ruqyah syar’iyyah bahkan mereka membuat model-model baru dalam ruqyah.
والله أعلمُ بالـصـواب

Komentar