Bulletin Perdana 1 : Mencari Ilmu Wajib Bagi Setiap Muslim



Mencari Ilmu Itu Wajib bagi tiap-tiap muslim, demikianlah ucapan sang ustadz yang selalu terngiang dalam telingaku, sampai dalil mencari ilmu suruh di hafalkan. Sungguh menakjubkan ketika wasiat sang ustadz itu di laksanakan dengan sebaik-baiknya dan niat lillahi ta’ala.
Maka tepat sekali bahwa masing – masing orang yang islam di wajibkan untuk menuntut ilmu, karena dengan ilmulah kita bisa menjalankan perintah allah, dan menjauhi laranganNYA, juga mengetahui mana yang haq dan mana yang bathil, serta yang tidak kalah pentingnya juga yaitu, dengan adanya ilmu kita bisa menjalani hidup ini.
Mencari ilmu merupakan amalan yang sangat mulia dan terpuji dalam islam. Bukan merupakan rahasia bagi setiap Muslim bahwa ilmuadalah penting. Karena demikian pentingnya sehingga setiaporang mengklaim bahwa dirinya memiliki ilmu.
Bahkan seorang yang bodoh tidak senang jika dikatakan bodoh, danakan menjadi senang manakala dia dikatakan berilmu.‘Ali bin Abi Thalib berkata: “Ada cukup bukti bahwa ilmudimuliakan dan mereka yang tidak sepadan dengannyamengkalim memilikinya dan bergembira manakala ilmudinisbatkan kepada mereka. Dan ada cukup bukti bahwakebodohan itu tercela bahwa mereka yang memilikinyamembebaskan diri darinya.”1Bagaimana seorang muslim tidak menyadari kebaikan ilmudan jasa para ulama, manakala dia selalu membaca firmanAllah: “Katakan: “Apakah sama orang yang mengetahui dengan yang tidak mengetahui?” (Az Zumar : 9)
Ada beberapa cara atau adab dalam Mencari Ilmu
Berikut  ini adab dalam mencari ilmu :
1.    Ikhlas
Niat kita dalam mencari ilmu harus ikhlas dan tawakal kepada allah, supaya allah ridho dan memberikan kebarokahan kepada kita dalam mencari ilmu. Seperti sabda nabi :
“ sesungguhnya segala pengamalan itu tergantung niatnya” (H.R bukhori)
2.    Mengutamakan ilmu yang wajib, baru ilmu yang lainnya
HADITS MENCARI ILMU
Rasulullah bersabda : “Ilmu yang wajib dicari itu ada 3, selain 3 itu adalah lebihan, yaitu      al-quran, al-hadits, dan ilmu faroidl yang adil” (H.R Abu Dawud)
Setelah kita mempelajari ilmu yang wajib barulah kita mempelajari ilmu – ilmu yang lain sabagai tambahan.
3.    Meninggalkan ilmu yang tidak bermanfaat
Tidak semua ilmu boleh dipelajari, karena ada ilmu – ilmu yang tidak bermanfaat bahkan menjerumuskan orang yang mempelajarinya kepada keburukan. Salah satunya adalah sihir, karena sihir itu bisa menjadi jalan kekufuran, oleh sebab itu orang islam dilarang mempelajari sihir. Allah berfirman dalam al-quran yang maknanya :
“ Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaiton – syaiton pada masa kerajaan Sulaiman, padahal sulaiman tidak kafir (mengerjakan sihir), hanya syaiton – syaitonlah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia  dan sesuatu yang telah diturunkan kepada dua malaikat di negri Babil yaitu Harut dan Marut (Q.S Al – baqarah :102)
4.    Menghormati ulama’ dan guru
Rasulullah bersabda, “ barang siapa yang menyakiti pada waliku(ulama’), maka aku telah mengumandangkan perang padanya” ( H.R bukhori)
Sebuah pameo mengatakan, “ kita tidak akan bisa menguasai suatu ilmu, kalau kita tidak senang dengan ilmu itu sendiri,kita tidak bisa senang dengan suatu ilmu kalau kita benci pada penyampainya”.

5.    Jangan malu dalam menuntut ilmu
Sifat malu dan gengsi bisa menjadi penghalang dalam menuntut ilmu. Oleh karena itu para ulama’ menasehati supaya kedua sifat itu ditanggalkan saja,sehingga kita bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
6.    Memanfaatkan waktu dengan baik
Para pencari ilmu itu hendaknya selalu memanfaatkan waktunya,sehingga tidak menyia – nyiakan kesempatan belajar. Ulama’ besar seperti imam bukhori, bisa di jadikan sebagai tauladan dalam hal ini. Diriwayatkan bahwa belliau menyalakan lentera sampai 20 kali dalam semalam, guna menyalin hadits yang telah beliau peroleh, menunjukan bahwa beliau amat sangat menghargai waktu, sampai – sampai waktu malam pun tidak beliau lewatkan , kecuali untuk menimba ilmu.
7.    Bermujahadah dalam mencari ilmu
Para ulama’ terdahulu kita, tidaklah bersantai – santai dalam mencari ilmu, sehingga saat ini kita bisa merasakan hasil jerih payah  mereka.
8.    Menjaga ilmu dengan menghindari maksiat
Ilmu itu adalah cahaya allah, dan tidak akan pernah bersatu dengan hatinya orang yang suka melakukan maksiat
9.    Mengamalkan ilmu yang telah diketahui
Ilmu itu dicari untuk di amalkan , maka dari itu para pencari ilmu supaya bergegas mengamalkan ilmu  yang telah didapatkan. Seperti pameo :
“Punya ilmu tapi tidak diamalkan, maka bagaikan pohon yang tidak berbuah”
Keutamaan Mencari Ilmu
Banyak Sekali keutamaan orang-orang yang Mencari Ilmu agama yang mulia ini dia antaranya adalah :
1. Senantiasa mendapat naungan malaikat
2. Dimintakan ampunan oleh para malaikat, manusia, dan ikan-ikan di lautan
3. Dimudahkan jalan menuju surga
4. Mencari ilmu agama lebih utama derajatnya di sisi Alloh daripada sholat, puasa, hajji, dan jihad
5. Mencari ilmu sesaat lebih utama pahalanya daripada sholat semalam suntuk, dan mencari ilmu sehari pahalanya seperti puasa satu bulan
6. Orang yang mati ketika sedang mencari ilmu, mendapatkan pahala seperti orang yang mati syahid
7. Bisa menghapus dosa sebelumnya
8. Alloh yang akan menanggung rizqi bagi orang yang mencari ilmu
9. Mencari ilmu termasuk dalam urusan sabilillah
10. Pahala mencari ilmu lebih baik daripada dunia seisinya
11. Mengaji 1 ayat Al Quran pahalanya seperti sholat sunnah 100 kali
12. Diberi rizqi yang halal
13. Diselamatkan dari siksa kubur
14. Di akhirat kelak akan menerima kitab catatan amal dengan tangan kanan
15. Bisa melewati jembatan shirothol mustaqim secepat kilat
16. Di hari qiyyamat akan dikumpulkan bersama dengan Nabi
17. Dibangunkan rumah di dalam surga
18. Pahala mencari ilmu seperti pahalanya menjenguk seribu orang sakit
19. Pahala mencari ilmu seperti pahalanya mengantarkan seribu jenazah. Sementara orang yang sholat dan mengantarkan jenazah diberi pahala sebesar 2 gunung Uhud
20. Mendapat pahala seperti 70 orang yang shiddiq (jujur). Sedangkan derajat orang yang shiddiq seperti derajatnya para Nabi dan para syuhada.
21. Ditulis pahalanya seperti hitungan pasir di dunia, dan dosanya diampuni meskipun sebanyak pasir di dunia
22. Jika sedang mengaji ada anggota tubuhnya yang terkena debu, maka diharomkan tubuhnya untuk masuk neraka
23. Mencari ilmu agama membuat berhasil urusan dunia dan akhirat
24. Diangkat derajatnya di dunia dan di akhirat
25. Mencari ilmu akan menambah kuatnya keimanan
26. Barangsiapa yang belajar ilmu agama dan duduk di depan orang yang mengajar, maka akan mendapatkan 70 pintu rohmat
27. Ketika selesai mengaji, dosanya dihapus bagaikan bayi yang baru dilahirkan
28. Setiap 1 huruf Al Quran yang dipelajari, pahalanya sama seperti 60 orang yang mati syahid. Sedangkan orang yang mati syahid bisa memberi syafaat bagi 70 orang ahli familinya yang ahli neraka. Allohummarzuqnii syahaadatan fii sabiilika (doa supaya diberi mati syahid).
29. Setiap 1 hadits yang dipelajari pahalanya seperti ibadah terus-menerus selama 70 tahun
30. Setiap biaya yang dikeluarkan dalam mencari ilmu, pahalanya akan dilipatgandakan 10 kali lipatnya dunia.

Mengapa Wajib Belajar Bahasa Arab ?

Terdapat 11 ayat dalam Al Quran yang menyatakan bahwa Al Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab. Rasulullah pun pernah bersabda “Pelajarilah bahasa Arab karena 3 hal : 1] Karena Aku (Nabi SAW) orang Arab, 2] Al-Quran berbahasa Arab, dan 3] Percakapan ahli surga adalah bahasa Arab.” Dan para ulama pun menganjurkan untuk mempelajari bahasa Arab karena merupakan bahasa utama dari dienul Islam.
1.    Al Quran Diturunkan dengan Bahasa Arab
Dalam Al-Quran terdapat 11 ayat yang menyatakan bahwa Al-Quran diturunkan dengan bahasa Arab, yakni dalam surat Yusuf : 2 ; Ar-Ra’du : 37; An-Nahl : 103; Thaha : 103; Asy-Syu’ara : 195; Az-Zumar : 28; Fushshilat : 3 & 44; Asy-Syura : 7; Az-Zukhruf : 3; Al-Ahqaf : 12.
Surat Yusuf : 2
2.    Sabda Rasulullah SAW
Di dalam kitab Faid al-Qadir Syarh al-Jami’ al-Sagir susunan Al-Manawiy, disebutkan bahwa dari Ibnu Abbas dengan riwayat Muslim, Rasulullah bersabda:
أَحِبُّوْا الْعَرَبَ لِثَلاَثٍ: لِأَنِّي عَرِبِيٌّ وَ الْقُرْآنُ عَرَبِيٌّ وَ كَلاَمُ أَهْلِ الْجَنَّةِ عَرَبِيٌّ.
“Pelajarilah bahasa Arab karena 3 hal : 1] Karena Aku (Nabi SAW) orang Arab, 2] Al-Quran berbahasa Arab, dan 3] Percakapan ahli surga adalah bahasa Arab.”
3.    Perkataan Sahabat
Umar bin Khattab ra.
أَحْرِصُوْا عَليَ تَعَلُّمِ الُّلغَةِ الْعَرَبِيَّةِ فَإِنَّهَا جُزْءٌ مِنْ دِيْنِكُمْ
“Hendaklah kamu sekalian tamak (keranjingan) mempelajari bahasa Arab karena bahasa Arab itu merupakan bahagian dari agamamu”.
4.    Perkataan Ulama
Abdul Alim Ibrahim,
اَلُّلغَةُ الْعَرَبِيَّةُ هِيَ لُغَةُ الْعَرُوْبَةِ وَ اْلإِسْلاَمِ
“Bahasa Arab merupakan bahasa orang Arab dan sekaligus juga merupakan bahasa agama Islam”
Imam Asy-Syafi’i,
“Manusia menjadi buta agama, bodoh dan selalu berselisih paham lantaran mereka meninggalkan bahasa Arab, dan lebih mengutamakan konnsep Aristoteles. (via Adz-Dzahabi , Siyaru A’lamin Nubala, 10/74).
 Yusuf Al-Qardhawi,
“Umat Islam Indonesia sudah seharusnya menguasai bahasa Arab karena itu adalah bahasa Al-Quran”. (Republika, Jum’at, 29 Oktober 2010)


Keutamaan Menuntut Ilmu Agama Oleh : aL-Ustadz Abu Muawiyah Askari Hafizhahulloh
Menuntut ilmu agama merupakan bagian dari ibadah, dimana setiap muslim diperintahkan untuk mempelajarinya, masing-masing sesuai kemampuan yang Allah berikan padanya.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ على كل مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.”
(Hadits sahih, diriwayatkan dari beberapa sahabat diantaranya:  Anas bin Malik, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ali bin Abi Thalib, dan Abu Sa’id Al-Khudri Radhiallahu Anhum. Lihat: Sahih al-jami: 3913)

Disamping hukum wajibnya menuntut ilmu syar’i, Allah Ta’ala dan Rasul-Nya banyak sekali menyebutkan tentang keutamaan menuntut ilmu, yang seharusnya sebagai seorang muslim, menjadikan dalil-dalil tersebut sebagai penyemangat lalu berusaha  mengisi waktu-waktunya dengan mempelajari kitabullah dan hadits-hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Sebab hal itu akan menjadi pedoman hidup seorang hamba yang mengharapkan hidayah dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
إني قد تركت فيكم شيئين لن تضلوا بعدهما كتاب الله وسنتي
"Sesungguhnya aku telah tinggalkan untuk kalian dua pedoman yang kalian tidak akan tersesat setelahnya: kitabullah dan sunnahku"

(HR.Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (1/172), dari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu. Disahihkan Al-Albani dalam Shaih Al-jami’: 2937)

Berikut ini kami menyebutkan beberapa keutamaan ilmu yang disebutkan didalam Al-qur’an dan As-Sunnah :

. 1).  Ilmu adalah cahaya
Allah Ta’ala berfirman:
قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ  يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan . Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan  Allah mengeluarkan mereka dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.”
(QS.Al-Maidah:5-6)

Kedua ayat ini menunjukkan tentang keutamaan ilmu, yang disifatkan sebagai cahaya yang membimbing siapa saja yang mengikuti keridhaan-Nya menuju jalan-jalan keselamatan, berupa jalan yang menyelamatkan seorang hamba dari penyimpangan dan kesesatan, dan mengantarkan seorang hamba menuju keselamatan dunia dan akhirat, mengeluarkan mereka dari kegelapan, kegelapan syirik, bid’ah, kemaksiatan dan kejahilan, menuju kepada cahaya tauhid, ilmu, hidayah, ketaatan dan seluruh kebaikan.
Oleh karenanya,  jika seseorang lebih condong mengikuti hawa nafsunya, gemar melakukan kemaksiatan, yang menyebabkan hatinya menjadi gelap, maka ilmu akan sulit menempati hati yang gelap tersebut, sulit menghafal ayat- ayat Allah dan men-tadabburi-nya, sulit menghafal hadits-hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, memahami dan mengaplikasikan dalam kehidupannya, sebab tidak akan mungkin berkumpul dalam satu hati antara kegelapan maksiat dengan cahaya ilmu. Diantara bait-bait syair yang masyhur dari Imam Syafi’i tatkala Beliau mengadukan tentang buruknya hafalan Beliau kepada Imam Waki’ bin Jarrah, Beliau mengatakan:
شَكَوْتُ إِلَى وَكِيْعٍ سُوْءَ حِفْظِيْ             فَأَرْشَدَنِي إِلَى تَرْكِ المَعَاصِي
وَأَخْبَرَنِي بِأَنَّ العِلْمَ نُوْرٌ           وَنُوْرُ اللهِ لَا يُؤْتَى لِعَاصِي
Aku mengadukan kepada Waki’ keburukan hafalanku
Lalu Beliau membimbing aku untuk meninggalkan maksiat
Beliau mengabarkan kepadaku bahwa ilmu itu adalah cahaya
Dan cahaya Allah tidak diberikan kepada pelaku maksiat

.2). Ilmu merupakan tanda kebaikan seorang hamba
Ketika seorang hamba diberi kemudahan untuk memahami dan mempelajari ilmu syar’i, itu menunjukkan bahwa Allah menghendaki kebaikan bagi hamba tersebut, dan membimbingnya menuju kepada hal-hal yang diridhai-Nya.
Kehidupannya menjadi berarti, masa depannya cemerlang, dan kenikmatan yang tak pernah dirasakan di dunia pun akan diraihnya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
من يُرِدْ الله بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ في الدِّينِ
“Siapa yang Allah kehendaki kebaikan kepada seorang hamba maka Ia akan difahamkan tentang agamnya.”
(Muttafaq Alaihi dari Muawiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu anhuma)

Dan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ عز وجل خَلَقَ خَلْقَهُ في ظُلْمَةٍ فَأَلْقَى عليهم من نُورِهِ فَمَنْ أَصَابَهُ من ذلك النُّورِ اهْتَدَى وَمَنْ أَخْطَأَهُ ضَلَّ
“Sesungguhnya Allah Azza Wajalla menciptaan makhluk-Nya dalam kegelapan, Lalu Allah memberikan kepada mereka dari cahaya-Nya, maka siapa yang mendapatkan cahaya tersebut, maka dia mendapatkan hidayah, dan siapa yang tidak mendapatkannya maka dia tersesat.”
(HR. Ahmad (2/176), Tirmidzi,no:2642, Ibnu Hibban (6169),Al-Hakim dalam mustadrak (1/84), dari hadits Abdullah bin Amr bin Ash. Disahihkan Al-Albani dalam Ash-Shahihah (3/1076)

Bagi seorang muslim yang yakin dengan nasehat-nasehat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, tentu saja sangat berkeinginan untuk andil dalam mendapatkan kebaikan yang dijanjikan Allah Ta’ala bagi para penuntut ilmu syar’i tersebut.
Berkata Al-Hafizh Ibnu Hajar tatkala menjelaskan hadits Muawiyah yang telah disebutkan diatas:
لأن من لم يعرف أمور دينه لا يكون فقيها ولا طالب فقه فيصح أن يوصف بأنه ما أريد به الخير وفي ذلك بيان ظاهر لفضل العلماء على سائر الناس ولفضل التفقه في الدين على سائر العلوم
“Sebab orang yang tidak memahami perkara agamanya, dia bukanlah seorang yang faqih dan bukan pula seorang yang menuntut ilmu, sehingga tepat jika ia disifati sebagai orang yang tidak dikehendaki kebaikan untuknya. Ini merupakan penjelasan yang terang yang menunjukkan keutamaan para ulama dibanding seluruh manusia, dan menunjukkan keutamaan mendalami agama dibanding ilmu- ilmu lainnya.”
(Fathul bari,Ibnu Hajar Al-Asqalani: 1/165)

Saudaraku muslim!  Jadilah orang- orang terbaik yang dimuliakan Allah Azza Wajalla, dengan berusaha mempelajari agama Allah dan mengajarkannya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
خَيْرُكُمْ من تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik- baik kalian adalah yang mempelajari al-qur’an dan mengajarkannya.”
(HR.Bukhari (4739), dari Utsman Bin Affan Radhiallahu Anhu)

.3). Ilmu agama menyelamatkan dari laknat Allah Azza Wajalla
Disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah Radhiallahu Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ ما فيها إلا ذِكْرُ اللَّهِ وما وَالَاهُ وَعَالِمٌ أو مُتَعَلِّمٌ
“Sesungguhnya dunia itu terlaknat, terlaknat segala isinya, kecuali zikir kepada Allah dan amalan- amalan ketaatan, demikian pula seorang yang alim atau yang belajar.”
(HR.Tirmidzi (2322), Ibnu Majah (4112), dihasankan Al-Albani dalam sahih al-jami’,no:1609)

Berkata Al-Munawi dalam menjelaskan hadits ini: “dunia terlaknat, disebabkan karena ia memperdaya jiwa-jiwa manusia dengan keindahan dan kenikmatannya, yang memalingkannya dari beribadah kepada Allah lalu mengikuti hawa nafsunya.”
(Tuhfatul ahwadzi:6/504)

فكل عمل يعمله العبد ولا يكون طاعة لله وعبادة وعملا صالحا فهو باطل فإن الدنيا ملعونة ملعون ما فيها إلا ما كان لله وإن نال بذلك العمل رئاسة ومالا فغاية المترئس أن يكون كفرعون وغاية المتمول أن يكون كقارون
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah: “Setiap amalan yang dilakukan seorang hamba yang tidak berbentuk ketaatan, ibadah dan amalan saleh maka amalan tersebut merupakan amalan yang batil, sebab dunia ini terlaknat dan terlaknat segala isinya kecuali sesuatu yang dilakukan karena Allah, meskipun amalan batil itu menyebabkan seorang meraih kepemimpinan dan harta, maka seorang pemimpin bisa menjadi Firaun, dan seorang yang gila harta bisa menjadi Qarun.” (Majmu’ fatawa:8/76)
Maka dengan menuntut ilmu dan mengajarkannya, akan menjadikan seorang hamba yang masuk kedalam kelompok yang akan meraih ridha-Nya, dan selamat dari kemurkaan dan siksa-Nya.

.4). Menuntut Ilmu, jalan menuju surga
Disebutkan dalam sahih Muslim, dari hadits Abu Hurairah Radhiallahu anha, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فيه عِلْمًا سَهَّلَ الله له بِهِ طَرِيقًا إلى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang menempuh satu jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah menudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR.Muslim:2699)

Hadits ini menerangkan bahwa seorang yang keluar untuk menuntut ilmu, akan menjadi sebab masuknya seorang hamba ke dalam surga. Mengapa demikian? Ya, tatkala seorang muslim mempelajari agamanya dengan penuh keikhlasan, maka dia akan dimudahkan untuk memahami mana yang baik dan mana yang buruk, antara yang halal dan yang haram, yang haq dan yang batil, lalu dia berusaha mengamalkan apa yang telah ia ketahui dari ilmu tersebut, sehingga ia menggabungkan antara ilmu dan amal dengan keikhlasan dan mengikuti bimbingan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam , maka dia menjadi seorang hamba yang diridhai-Nya, dan tiada balasan dari Allah Ta’ala bagi hamba yang diridhai-Nya melainkan surga.

Banyak kaum muslimin yang beranggapan bahwa menuntut ilmu agama itu hanya tugas para santri yang duduk di pondok-pondok pesantren. Tentu ini merupakan persepsi yang salah, sebab setiap muslim telah diwajibkan untuk mempelajarinya, sebagaimana yang telah kita sebutkan dari hadits Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam.
Hadits ini menjelaskan bahwa balasan yang Allah berikan kepada hambanya setimpal dengan usaha yang telah dia lakukan, sebagaimana dia menempuh jalan untuk mencari kehidupan hatinya dan keselamatan dirinya dari kebinasaan, maka Allah menjadikannya menempuh jalan yang ingin diraihnya tersebut.
(lihat: Miftahu Daris sa’aadah,Ibnul Qayyim: 71)

.5). Ilmu lebih utama dari ibadah
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
فضل العلم أحب إلي من فضل العبادة و خير دينكم الورع
“Keutamaan ilmu lebih aku sukai dari keutamaan ibadah, dan sebaik-baik agama kalian adalah bersikap wara’[1][1].”
(HR.Al-Hakim, Al-Bazzar, At-Thayalisi, dari Hudzaifah bin Yaman Radhiallahu Anhu. Disahihkan Al-Albani dalam sahih al-jami’:4214)

Dalam riwayat lain, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ على الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ على سَائِرِ الْكَوَاكِبِ
“Sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu dibanding ahli ibadah, seperti keutamaan bulan dimalam purnama dibanding seluruh bintang- bintang.”
(HR.Abu Dawud (3641), Ibnu Majah (223), dari hadits Abu Darda’ Radhiallahu Anhu)

Yang dimaksud hadits ini bahwa memiliki ilmu dengan cara menuntutnya, atau mengajarkannya, merupakan amalan ibadah yang lebih utama dibanding amalan ibadah lainnya, seperti shalat sunnah, berpuasa sunnah, dan yang lainnya. Bukan yang dimaksud hadits ini bahwa ilmu bukan bagian dari ibadah, namun maksudnya bahwa ilmu merupakan bagian ibadah yang paling mulia, bahkan bagian dari jihad fi sabilillah. Berkata Sufyan Ats-Tsauri Rahimahullah:
“Aku tidak mengetahui ada satu ibadah yang lebih utama dari engkau mengajarkan ilmu kepada manusia.” (Jami’ bayanil ilmi, Ibnu Abdil Bar: 227)

Beliau juga berkata:
“Tiada satu amalan yang lebih utama dari menuntut ilmu jika niatnya benar.”
(Jami’u bayanil ilmi:119)

Berkata Abu Darda’ Rahimahullah:
“Barangsiapa yang menyangka bahwa berangkat menuntut ilmu bukan amalan jihad, maka sungguh ia telah kurang pandangan dan akalnya.” (Miftahu daris sa’adah:1/122)

Masih banyak lagi keutamaan ilmu yang dijelaskan di dalam Al-qur’an dan Sunnah, namun semoga yang sedikit ini menjadi pemicu semangat kita untuk berusaha menggali warisan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang penuh berkah ini.
KITA HARUS “WASPADA”
Ilmu itu begitu luas, dari yang bermanfaat hingga yang tidak bermanfaat. Contoh ilmu yang bermanfaat adalah ilmu agama, ilmu fisika, ilmu komputer, dsb. Contoh ilmu yang tidak bermanfaat bahkan terlarang adalah ilmu sihir, ilmu meramal/astrologi, dsb. Begitu banyak ilmu namun waktu kita begitu sedikit. Oleh karena itu hendaknya dipakai untuk mempelajari ilmu yang bermanfaat.


Oleh karena itu, Rasulullah SAW pernah memohon dalam doanya, “Allaahumma inni a’uudzubika min ‘ilmin laa yanfa’u”. ‘Ya, Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat.’


Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Allah SWT Memberi wahyu kepada Nabi Dawud a.s. Firman-Nya, “Wahai, Dawud. Pelajarilah olehmu ilmu yang bermanfaat.”


“Ya, Rabbi. apakah ilmu yang bermanfaat itu ? ” tanya Nabi Daud.


“Ialah ilmu yang bertujuan untuk mengetahui keluhuran, keagungan, kebesaran, dan kesempurnaan kekuasaan-Ku atas segala sesuatu.Inilah yang mendekatkan engkau kepada-Ku.”


Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Ar Rabi-i’, Rasulullah SAW bersabda, “Tuntutlah ilmu. Sesungguhnya, menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza wa Jalla, sedangkan Mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah shadaqah. Sesungguhnya ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya didunia dan akhirat.”


Ternyata ilmu yang bermanfaat itu adalah ilmu yang menyebabkan kita semakin dapat mengenal Allah, yang dapat kita amalkan, yang membuat kita rendah hati serta terhindar dari sifat takabur..


Ilmu selain diyakini kebenarannya juga harus diamalkan. Sebab ilmu tanpa amal, seperti pohon yang tidak berbuah.


“Barangsiapa mengamalkan apa-apa yang ia ketahui, maka Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya, dan Allah akan menolong dia dalam amalan nya sehingga ia mendapatkan surga. Dan barangsiapa yang tidak mengamalkan ilmunya maka ia tersesat oleh ilmunya itu. Dan Allah tidak menolong dia dalam amalannya sehingga ia akan mendapatkan neraka “. (hadits)


Begitu juga amal tanpa ilmu, hanya akan membawa kehancuran. Contohnya orang tidak pernah belajar menerbangkan pesawat tentu akan berbahaya jika dia menerbangkan pesawat. Setelah diamalkan, maka disunnahkan bagi kita untuk mengajarkan ilmu tersebut ke orang lain yang belum mengetahui.


Kita menuntut ilmu dunia selama 12 tahun dari SD hingga SMA. Setiap hari paling tidak 5 jam kita mempelajari ilmu dunia. Tapi pernahkah kita menghitung berapa lama kita belajar ilmu agama? Adakah sejam sehari?


Jika tidak, sungguh malang nasib kita, padahal ilmu agama penting bagi kita guna mendapatkan kebahagiaan di akhirat. Bukankah kebahagiaan di akhirat lebih baik dan lebih kekal? Bukankah hidup di dunia hanya sekejap saja (Cuma sekitar 63 tahun)?


Meski dia profesor Fisika atau Pakar Komputer, tapi jika tidak tahu ilmu agama sehingga sholat, puasa, zakat, dsb tidak benar niscaya dia akan masuk neraka.


Tentu saja bukan maksud kita mengenyampingkan ilmu dunia. Mempelajari ilmu dunia yang bermanfaat adalah fardu kifayah. Sejarah Islam menunjukkan bahwa meski ummat Islam gemar mempelajari ilmu agama, namun ilmu dunia mereka juga tinggi. Angka yang dunia pakai sekarang adalah angka Arab (Arabic Numeral) yang diperkenalkan sarjana Muslim kepada dunia. Bukan angka Romawi atau Eropa! Aljabar (Algebra), Algoritma yang mengembangkannya adalah sarjana Muslim: Al Khawarizm. Demikian pula di bidang kedokteran dikenal Avicenna (Ibnu Sinna), di bidang sosial Averroes (Ibnu Rusyid), dsb. Kimia (Chemical) juga berasal dari bahasa Arab Alkimia (Alchemy). Yang memperkenalkan angka 0 ke dunia adalah ummat Islam. Itulah prestasi ummat Islam di bidang ilmu dunia.


Jika sebagian muslim sudah mempelajarinya (misalnya ada beberapa orang yang belajar ilmu kedokteran), maka gugurlah kewajiban itu bagi yang lainnya. Tapi mempelajari ilmu agama adalah fardu ‘ain, kewajiban bagi setiap Muslim. Tanpa ilmu, maka semua amalnya akan ditolak.


Yang pertama harus kita pelajari adalah aqidah atau tauhid yang juga disebut “Ushuluuddiin” (Dasar-dasar Agama). Ini adalah fondasi yang harus kita kuasai. Kita bukan cuma tahu bahwa rukun iman ada 6, tapi juga tahu dalil-dalilnya. Sebagai contoh, beriman kepada Allah. Kita juga harus tahu sifat-sifat Allah seperti wujud (ada). Kita tidak bisa cuma bilang bahwa Tuhan itu ada. Tapi juga harus bisa membuktikan/menjelaskan dalil-dalil bahwa Tuhan itu memang ada.


Tanpa aqidah yang kuat, maka seseorang yang ibadahnya rajin dapat tersesat atau murtad dengan mudah.


Setelah aqidah kita kuat dan dilandasi dengan ilmu, baru kita mempelajari Fiqih. Fiqih adalah ilmu yang menjelaskan cara-cara beribadah kepada Allah seperti sholat, puasa, zakat, hubungan dengan sesama manusia, dan sebagainya. Banyak kewajiban mau pun larangan yang harus kita ketahui, ada di kitab-kitab Fiqih.


Yang harus kita ketahui lagi adalah, ilmu agama harus berlandaskan Al Qur’an dan Hadits yang shahih. Jika satu masalah tidak tercantum dalam Al Qur’an dan Hadits, baru dilakukan ijtihad. Tapi ijtihad ini pun tidak boleh bertentangan dengan Al Qur’an dan hadits.


Menuntut ilmu juga niatnya harus untuk Allah semata. Bukan untuk kepentingan pribadi.

Dalam Kitab Bidayatul Hidayah, Imam Al Ghazali menulis sebagai berikut : “Wahai, hamba Allah yang rajin menuntut ilmu. Jika kalian menuntut ilmu, hendaknya dengan niat yang ikhlas karena Allah semata-mata. Di samping itu, juga dengan niat karena melaksanakan kewajiban karena menuntut ilmu wajib hukumnya, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam laki-laki maupun perempuan” [HR Ibnu Abdul barr]


Janganlah sekali-kali engkau menuntut ilmu dengan maksud untuk bermegah-megahan, sombong, berbantah-bantahan, menandingi dan mengalahkan orang lain (lawan bicara), atau supaya orang mengagumimu. Jangan pula engkau menuntut ilmu untuk dijadikan sarana mengumpulkan harta benda kekayaan duniawi. Yang demikian itu berarti merusak agama dan mudah membinasakan dirimu sendiri.


Nabi SAW mencegah hal seperti itu dengan sabdanya. “Barangsiapa menuntut ilmu yang biasanya ditujukan untuk mencari keridhaan Allah, tiba-tiba ia tidak mempelajarinya, kecuali hanya untuk Mendapatkan harta benda keduniaan, maka ia tidak akan memperoleh bau harumnya surga pada hari kiamat. ” [HR Abu Dawud]


Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut ilmu untuk penampilan dalam majelis (pertemuan atau rapat) dan untuk menarik perhatian orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu, maka baginya neraka…neraka.” [HR Tirmidzi & Ibnu Majah]


“Seorang ‘alim apabila menghendaki dengan ilmunya keridhaan Allah, maka dia akan ditakuti oleh segalanya. Akan tetapi, jika dia bermaksud untuk menumpuk harta, maka dia akan takut dari segala sesuatu.” demikian sabda Nabi SAW dalam riwayat lain. [HR. Ad Dailami]


[1][1]Wara’ adalah meninggalkan sesuatu yang dikhawatirkan memudaratkan kehidupan akhiratnya.

Komentar